Mumut kembali ke pantry, beberapa orang terlihat memenuhi ruangan itu. Mereka memberondongnya dengan pertanyaan seputar kondisi ibunya. Mereka juga menyerahkan amplop yang berisi sumbangan yang dikumpulkan dari beberapa karyawan. Mumut menangis terharu atas perhatian teman-temannya. Sebagian besar orang-orang itu menyuruhnya bersabar atas musibah yang menimpa ibunya.
Saat orang-orang iitu mulai meninggalkan ruang pantry dan meninggalkan hanya Hari, Harti dan dirinya. ponsel di sakunya berdering. Mumut menatap layar telponnya kemudian mengangkatnya.
"Ya, bu? Maaf saya belum kesana lagi, nunggu jam kerja selesai. Alhamdulillah ini ada sumbangan dari para karyawan di sini, belum tahu jumlahnya berapa tapi semoga cukup buat bayar DP"
"Gak apa-apa, Mut. Tadi sudah ada yang melunasi DP nya dan alhamdulillah ibu kamu sedang dioperasi sekarang, ibu mau pulang dulu. Perawat yang kamu sewa untuk mengurus semua keperluan ibu kamu sudah datang, jadi ibu mau istirahat dulu," kata Bu Wati di ujung telepon."Besok ibu ke sini lagi untuk melihat kondisi ibu kamu."
"Ya, bu. Terimakasih sudah menunggu ibu di rumah sakit, terimakasih banyak"
Mumut merasa sangat bersyukur ibunya akhirnya mendapat penanganan. Air matanya kembali menetes. Mendengar apa di katakan bu Wati di telepon tadi, Mumut merasa amazing, semua itu terasa di luar nalarnya. Sambil mengusap air matanya menggunakan ujung jilbabnya Mumut mengucap syukur dan terimakasih berkali-kali kepada Bian dalam hati. Tak butuh waktu lama Bian telah memenuhi apa yang dikatakannya tadi. Mata Mumut kembali basah dan ia merasakan kegugupan yang luar biasa tapi setidaknya kondisi ibu terkendali untuk saat ini.
Setelah selesai membersihkan ruangan para direksi, Mumut beristirahat sebentar di pantry. Ia membuka-buka ponselnya dan melihat beberapa pesan pribadi yang ditujukan kepadanya, sebagian besar mengungkap keprihatinan mereka dan mendoakan agar ibunya segera sembuh. Mumut membalas pesan itu satu persatu. Tiba-tiba ia ingat tadi Bian memasukkan nomornya di sini, Mumut segera beralih ke kontak dan menemukan nama Bian di sana.
Sejenak ia ragu sebelum akhirnya ia menulis (Terimakasih)
(Ya, itu sudah menjadi tugasku sesuai kesepakatan tadi)
Mumut membalasnya dengan emoticon terimakasih.
Ia kemudian bersiap-siap untuk ke rumah sakit untuk menjemput ibunya.
Setelah mandi Mumut kemudian bersiap menuju rumah sakit Cempaka. Ia masih mengenakan pakaian kerjanya karena tadi pagi tidak menyiapkan baju ganti. Mumut berjalan ke luar kantor dan menuju halte yang ada di depan perusahaan. Sebelum ia mencapai halte sebuah range rover hitam menghampirinya. Mumut segera ingat kalau dia sengaja tidak mengabari Bian saat hendak keluar dari ruangannya. Mobil itu berhenti tepat di depannya, pintu belakang mobil itu terbuka.
" Masuk!" sebuah suara yang begitu dingin terdengar dari dalam mobil.
Mumut ingin menolak tapi dia tak punya pilihan, dengan segera ia masuk ke dalam mobil itu dan duduk di sebelah Bian sebelum orang-orang di perusahaan melihat mereka. Pak Arya segera melarikan mobilnya dengan kecepatan tinggi meninggalkan halaman kantor yang mulai sepi. Kedua penumpang di belakangnya sama-sama diam selama dalam perjalanan, hingga akhirnya tiba di rumah sakit Cempaka.