webnovel

Menikahi Ceo

harap bijak dalam membaca adegan 21+ Pernikahan yang di adakan secara tiba-tiba. membuat salsa gadis Cantik berusia 17 tahun harus menikah dengan seorang ceo muda, dari keluarga morgan. Hanya demi ibunya ia rela harus menikah dengannya untuk merubah kehidupannya. namun apa yang terjadi pernikahan tak berjalan bahagia. Bertubi-tubi ia harus mengalami sakit hati karena suaminya terang terangan berselingkuh di depan matanya. gimana kelanjutan kisah mereka??

Imas_gustina · 都市
レビュー数が足りません
246 Chs

Ke sekolah lagi

"Udah, aku turun saja sekarang." ucap kesal Salsa dia sudah tak kuat lagi dengan David. Benar-benar hampir saja membunuhnya.

"Baiklah, silahkan turun." David menghentikan mobilnya mendadak. Seketika dahi Salsa terbentur dasboard mobil. Dengan wajah penuh kekesalan Salsa beranjak turun dari mobil David. Lalu menutup pintunya kasar. Hingga menimbulkan bunyi keras.

Salsa menghentakkan kakinya kesal. Mengumpat berkali-kali seakan mengutuk laki-laki gak punya hati seperti dia.

Ih. dasar laki-laki nyebelin.. David.. Sialan... Aku benci tahu gak.. dasar hati batu.. Teriak Salsa menggema. Semua orang di jalan itu menatapnya bingung. Salsa menelan ludahnya laku menundukkan kepalanya.

"Maaf, tadi kesal saja." ucapnya meringis menahan malu.

Tak lama sebuah mobil sport hitam berhenti tepat di depannya. Sontak membuat Salsa terjingkat dari tempatnya.

"Siapa lagi ini," geram Salsa. Ke dua matanya mengkerut saat melihat pintu mobil terbuka dengan sendirinya.

"Masuklah!" pinta seorang lami-laki dengan kaca mata hitam dan pakaian rapi di dalamnya.

Salsa melebarkan matanya, melihat sosok laki-laki itu. Langsung saja dia masuk ke dalam mobilnya. 

"Kenapa kamu bisa ada di sini?" tanya Devian.

Salsa menghela napasnya kesal. "Tuh, kakak kamu. Aku kesal dengannya. Dia tiba-tiba menurunkan aku di tengah jalan seperti itu." jelas Salsa panjang lebar.

"Ya, sudah aku akan antar kamu ke sekolah."

"Oh, ya! Kak, aku takut jika nanti ada gosip dari teman-temanku. Bisa jaga jarak tidak denganku nanti"ucap Salsa, ragu. di jawab dengan sebuah senyuman oleh Devian.

"Kenapa kamu takut, bukannya semua teman kamu tahu kalau kamu menikah."

"Iya tapi mereka gak tahu aku menikah dengan siapa, tapi semoga saja mereka tidak permasalahkan ini"ucap Salsa.

"Gimana kamu tahu, bukannya kamu gak pernah berhubungan lagi dengan mereka ya?" tanya Devian.

"He.. he. Udah aku turun di sini ya kak, langsung masuk ke kelas." lanjutnya.

"Lagian di depan ada ke dua teman aku." Salsa, tersenyum. Ia mulai menbuka pintu mobilnya. menundukkan kepalanya sejanak pada Devian, lalu berlari pergi mengikuti ke dua temannya yang sudah berjalan di depannya.

"Jeni, Ika" Sapa Salsa berlari mendekati Jeni dan Ika, teman satu kelas mereka. Ya, bisa di bilang teman akrab banget.

"Eh... Kamu Salsa." tanya Ika yang mampak ragu nelihat sahabatnya itu di depan matanya.

"Iya siapa lagi kalau bukan aku"Gumam Salsa, tersenyum memegang ke dua bahu temannya itu.

"Kamu kemana saja Sa, aku sering ke rumah kamu tapi gak ada. Udah hampir 1 minggu kamu gak masuk" saut Jeni.

"Apa kalian gak tahu tentang kabar aku, kalau aku menikah" gumam Salsa, tanpa rasa malu menunjukan jika dia sudah menikah.

"Apa? Menikah?" ucap Jeni dan Ika kompak, mereka melebarkan matanya terkejut, baru mendengar jika Salsa sudah menikah. Dan ibunya sebelumnya juga tidak memberi tahu ke dua sahabatnya.

"Jadi kalian baru tahu, ku kira semua anak di sekolah sudah tahu tentang gosip aku."ucap Salsa, menarik tangan ke dua temannnya itu berjalan masuk ke sekolahan.

"Kenapa kamu tidak cerita dengan kita-kita, jadi kita gak tahu kalau kamu menikah. Dan aku bisa hadir di pernikahan kamu"Ucap Ika, merasa kecewa dengan temannya itu.

"Aku cerita di dalam saja ya, takutnya banyak anak yang denger nantinya."

"Baiklah"

"Eh.. Itu bukannya pemilik sekolah ini ya?" tanya Jeni, menatap kagum wajah Devian.

Salsa memukul lengan Jeni, "Itu adik ipar aku, jadi jangan ganggu dia ya"ucap Salsa mengancam pada temannya, dengan nada bercanda.

"Apa? Dia adik ipar kamu, jadi kamu menikah dengan pemilik perusahaan Morgan Group itu, waah... Beruntung banget kamu Salsa, bisa dapetin dia. udah kaya, dia juga ganteng. Aku pernah melihat dia di Tv."ucap Ika, memegang tangan Salsa, ia tak menyangka sahabatnya ini sekarang jadi orang kaya.

Enak apanya, menikah denganya seperti bencana bagiku, dia selaku menyuruhku seperti pembantunya. Bikin kesal aja, lama-lama juga darah tinggi aku jika dengannya, batin Salsa, memalingkan pandangannya ke arah berlawanan.

"Eh, Sa tapi kamu jangan marah ya, Aku mau tanya padamu?" ucap Jeni.

"Boleh mau tanya apa?" Salsa menatap Jeni yang berjalan di sampingnya.

"Bukannya pemilik perusahaan Morgan itu sudah punya pacar ya, namanya Dea. Dia kan artis terkenal. Aku saja juga pegemar dia."ucap Jeni, nampak ragu, ia takut jika sahabatnya itu marah.

"Mereka sudah lama putus, dia sendiri yang bulang padaku."ucap Salsa, yang mulai masuk ke dalam kelasnya. Dan duduk di depan. Tempat duduk dia biasanya.

Semua teman sekelasnya langsung mendekati Salsa, mendorong jauh Jeni dan Ika yang duduk di samping Salsa. Seakan mengintrogasi dirinya. "Sa, benar kamu sudah nikah?"

"Kamu jadi nyonya dong, sekarang." saut teman yang lainnya.

"Gimana rasanya jadi nyonya besar sekarang?" Sambung teman lainnya.

Salsa hanya diam, ia bingung harus jawab apa semua temannya, tak behenti mengoceh. Membuat telingannya rasanya mau pecah.

"Selamat pagi anak-anak" sapa guru Biologi yang mulai berjalan masuk.

Semua anak di kelas itu yang tadinya riuh, dan terus mengintrogasi Salsa, semua balik ke tempat duduknya masing-masing.

Hingga 4 jam pelajaran berlangsung, seperti biasa Salsa sangat aktif dalam pertanyaan yang selalu di berikan gurunya. Karena dia murid yang paling pintar di sekolah. Meski kadang tingkahnya benar-benar membuat guru-guru terkadang geram padanya.  Tidak ada guru yang berani mengeluarkan dia.

Dan apalagi sekarang statusnya tambah tinggi, sebagai nyonya dari keluarga Morgan group. Dan adik iparnya Devian adalah pemilik sekolahan itu. Membuat apra guru tidak berani tanya berlebihan atau marah dengannya. Meski dia sudah tidak masuk 1 minggu lebih. Guru juga tidak berani tanya. Dan ujian juga semakin dekat, guru tidak mau mempermasalahkan itu lagi.

Bel istirahat berbunyi, Jeni dan Ika, langsung menarik tangan Salsa, keluar dari kelasnya sebelum semua anak di kelas mereka mengintrogasinya lagi.

"Kenapa kalian menarikku"tanya Salsa, yang mengikuti Ika dan Jeni terus berlari menuju ke kantin.

"Aku tidak mau kamu di kerubungi mereka, kamu tahu gak gara-gara kamu tadi, aku di dorong kereka menjauh. Kurang ajar banget kan. Padahal aku teman kamu, dan masih banyak yang ingin aku tanyakan padamu"Ucap Jeni.

"Iya, betul itu, bahuku masih sakit nih kebentur meja tadi, gara-gara di dorong mereka." Saut Ika, yang mulai duduk di kursi kantin.

"Ya maaf, Kalau gitu sekarang aku traktir deh. Sebagai tanda minta maafku pada kalian"ucap Salsan mencoba tersenyum di depan mereka.

"Wah beneran nih, baiklah. Aku mau bakso ya sama es teh"ucap Jeni.

Tapi aku dapat uang dari mana ya, lagian juga Devid gak memberiku uang jajan tadi. Haduh sial banget aku, sudah terlanjur ngomong lagi. Semoga kak Devian masih ada di sini, dan melihatku ke kantin. Biar aku pinjam uang dulu padanya, batin Salsa.

Kenapa kamu diam Sa?" tanya Ika, melihat temannya sekana ada masalah.

"Hai, boleh gabung gak?" ucap devian yang tiba-tiba sudah berdiri di belakangnya.

Salsa mengusap dadanya, "Oh.. Tuhan.. Makasih kirim malaikat ini lagi untuk menolongku"Batin Salsa, menoleh ke arah Devian, dan menyapanya dengan senyum manis. Ia segera menggeser duduknya. Dan mempersilahkan dia duduk di sampingnya.

Jeni dan ika hanya menatap kagum, Devian yang sudah berada di depannya itu.

"Jen kamu pesan ya, sekalian sama kak Devian juga." ucap Salsa.

"Baiklah, siap." ucap Jeni, yang segera menuju ke pak Mat, penjual bakso di kantin sekolahnya.

"Kamu mau kan bakso?" tanya Salsa, pada Devian di sampingnya.

"Sebenarnya aku belun pernah coba, tapi Sudah kamu pesankan jadi aku harus makan habis nanti." ucap Devian, Salsa benar-benar merasa senang ada Devian di sampingnya.