Di dalam mobil nampak hening hanya hembusan Ac menusuk ke dalam tulang menemani di setiap perjalanan. Salsa melirik sekilas ke arah Devid yang terfokus pada layar ponselnya. Ingin sekali ia bertanya mau di bawa kemana hari ini.
Tapi rasa ragu menyelimuti hatinya. Ia hanya bisa diam menikmati perjalanan yang ada. dengan kepala menunduk ke bawah. Matanya seakan sudah tak bisa tertahan lagi untuk terpejam meski hanya sejenak. Karena takut nanti Devid marah ia memaksakan matanya untuk tetap terbuka.
Tak lama mobil berhenti tepat di depan rumah Salsa. Ia masih menundukan kepalanya entah tertidur atau hanya menunduk. " Hai cepat turun" Pungkas Devid. Namun tak di anggap oleh salsa.
" hai kamu tidur? Mau turun gak?" Suara keras Devid membuatnya sontak terkejut terbangun dari tidurnya.
" Eh iya. Ada apa?" Ucap Salsa masih dengan posisi bingung. Devid hanya terdiam tak menggubris ucapan Salsa.
" nih orang di tanya diem aja" Gumam Salsa lirih ia melirik pemandangan sekitarnya yang nampak sangat familiar di matanya.
" Rumah!!" Salsa bergegas keluar dari mobil dengan terburu buru menuju ke ointu rumahnya.
" Tok..tok..tok.."
" Ibu aku pulang" Teriak Salsa menggelegar masuk ke dalam rumah. Membuat ibunya seketika berlari membuka pintu rumahnya.
" Salsa.." Ia langsung memeluk erat tubuh mungil salsa di depannya.
" Maafin ibu nak sudah membuat kamu jadi seperti ini" pungkas Ibunya diiringi tetesan air mata yang sudah membasahi pipinya.
" Sudah gak papa bu. Lagian aku juga baik baik saja kan" Ucap Salsa dengan
un senyum merekahnya melirik sekilas ke arah Devid.
" Tuan.." Sapa ibu salsa membungkukkan badannya.
Devid hanya membalasnya dengan senyuman tipis.seolah memang ia memaksakan dirinya untuk tersenyum.
" oya. Ayo kita masuk" Ibunya menarik tangan wanita itu masuk ke dalam rumah kecil mereka.
" Maaf tuan rumahnya kecil dan sangat jelek. Pasti jauh di bandingkan istana tuan" Pungkas Ibu salsa mencoba merendah dengan rasa malu harus membicarakan dengan keadaanya.
" Gak masalah" Jawab Devid datar.
" Tuan mau minum apa?" Tanya Ibu salsa pada Devid.
" Gak usah. Aku kesini mau terus terang saja jika mulai hari ini aku akan membawanya tinggal bersamaku" Ucap Devid dengan santainya. Tanpa expresi sedikitpun di wajahnya.
" Dan sekarang kamu cepat ambil barang barang berhargamu. Dan ingat jangan bawa baju lucek punyamu" Lanjut Devid pada Salsa dengan tataoan dinginnya.
Wanita itu nampak sangat kesal. Masih baru saja duduk ia sudah menyuruhnya cepat cepat mengemasi barang barangnya. Ia menghentakan kakinya berjalan dengan tatapan moletot. Bibir menegrucut berjalan pergi dari ruang tamu menuju kamarnya.
" Kakak" Sapa adiknya berlari memeluk kakinya. Karena memang dia masih kecil belum bisa memeluk tubuh kakaknya itu. Yang jauh lebih tinggi darinya.
" Gio" salsa duduk jongkok air mata perlahan menetes melihat adik kecilnya itu. Ia memeluk erat adik kesayangannya itu. Bahkan sekarang ia tidak bisa menjaganya lagi. Untuk mengingatkan dia saat dia nakal.
" Kakak kenapa menangis" Ucap gio dengan polosnya mengusap lembut air mata kakaknya itu.
" Apa lelaki di depan itu menyakiti kakak" Ucapan polos Gio melirik sekilas ke arah Devid. Lelaki dingin itu yang duduk terdiam di ruang tamu.
" Gio kakak gak papa. Sekarang kakak harus beresin barang kakak dulu ya" Salsa memapah tangan adiknya itu masuk dalam kamarnya. Ia menatap sejenak kamar kesayangannya itu. Ia tak kuasa menahan tangisnya harus pergi dari kamar yang udah belasan tahun ia tempati. Bahkan di sinilah canda tawa bersama keluarga itu terjadi. Sekarang ia harus pergi ke rumah batu yang jauh berbeda dari ruamhnya. Entah apa akan ada hal yang sama membuat nya senang nantinya.
Salsa menyeret kakinya menuju ke lemari di depannya. Ia hanya memgambil tas dan membawa barang seadanya. Barang kenangan bersama keluarganya dan sekilas membawa celengan yang pernah di berikan ayahnya dulu sampai sekarang masih ia simpan dan gak mau sama sekali ia pecahkan.
Salsa penuh ragu berjalan menuju mejanya. Ia menatap buku pelajaran di depannya. " Apa aku tak bisa menyentuh ini lagi" gumamnya memegang detail setiap buku di mejanya.
Wanita itu menghela nafas sejenak. Berjalan merapikan semua barang barang yang perlu ia bawa ke dalam tas kecil milinya.
" kakak mau kemana? Nanti siapa yang jaga gio kak.. ku mohon Kakak jangan pergi. Tetaplah di sini bersama gio jaga gio kak. Kasihan ibu harus jualan dan jaga Gio nantinya" adik lelakinya itu menangis tersedu sedu menarik narik kaki Salsa membuatnya tak sangup menatap adiknya. Air mata mulai membajiri pipinya
Salsa memeluk erat adiknya meluapkan rasa kengennya nanti pasti akan sangat sulit jika bertemu dengannya.
" kakak tidak akan pergi jauh jadi sesekali kakak akan ke sini untuk menjenguk ibu dan gio ya" Ucap Salsa memegang ke dua pundak Gio dengan punggung tangan kanan menyeka air matanya.
" Janji ya kakak jangan lupa pulang nantinya" Ucap Gio dengan polosnya.
" Pasti. Gio jangan nakal ya harus bantu ibu" Pungkas Salsa beranjak berdiri menuntun Gio berjalan ke depan ruang tamu.
" kenapa lama sekali" Ucap Devid dengan nada dinginnya. Beranjak berdiri pergi dari ruang tamu menuju ke depan rumah.
Salsa mengehela nafas menahan emosinya. Mendengar ucapan Devid. " gio kakak pergi dulu ya" Ucap Salsa menepuk pundak gio.
"Ibu aku pergi dulu" Ucapnya memeluk tubuh ibunya erat yang berada tepat di samoing gio.
" Kamu haru hati hati. Dan jaga kesehatan" Pungkas ibunya perlahan melepaskan pelukannya. Tangisan membanjiri ruangan tersebut.
Salsa terus meneteskan air matanya berjalan perlahan menjauh dari gio dan ibunya. Ia melihat Gio terus memanggil namanya untuk mencegahnya pergi namun ibunya memeluk erat Gio. Melihat ia harus benar benar pergi dari rumah rasanya sangat sakit. Ia tak kuasa terus meneteskan air matanya. Melihat keluarga kecilnya itu terus menatapnya dengan air mata yang sudah membasahi pipi mereka.
" kenapa kamu masih berdiri di situ. Cepat naik" Bentak Devid membuat nya segera naik ke dalam mobil mewah milik Devid.
" Hapus air matamu. Aku gak mau lihat gadis cengeng" Ucap Devid dengan tagapan dingin. Ia benar benar sangat dingin bahkan untuk senyum seolah mulutnya sangat berat. Salsa menyeka air matanya dengan ke dua punggung tangannya beranjak mencoba tersenyum melambaikan tangan melihat adik dan ibunya.
Perlahan mobil itu mulai melaju menjauh dari karangan rumah Salsa. Wanita itu melirik sekilas ke arah Devid yang hanya diam tanpa sepatah katapun padanya. Melirik ke arahnya saja tidak.
Entah mau di bawa kamana lagi ia pergi oleh Devid. Pikirannya tak bisa di tebak. Di luar ia terlihat sangat dinging dan angkuh. Tapi entah dalam hatinya apa masih ada rasa kasihan atau tidak ia juga tidak tahu.
Salsa hanya terdiam hingga menghitung hari pernikahannya akan segera di mulai. Ia benar benar belum siap untuk menikah. Dan apa kata teman teman sekolahnya nanti. Ia tidak bisa bayangkan itu semua.
Tak lama suara ponselnya berbunyi membuat suara hening di dalam mobil nampak hilang dengan nada sambung milik ponsel Devid.
" Hai sayang. Kamu di mana sekarang?"
" Sepertinya dia lagi Vidio Call dengan pacarnya" Gumam Salsa lirih agar tak terdengar oleh Devid di sampingnya.
" iya ada apa?" Ucap Devid Cuek. Sepertinya memang dia benar benar sudah terbiasa Cuek dengan siapun.
" Aku mau kamu temani aku malam ini. Aku kangen" Ucap Wanita itu dengan ucapan centil menggoda Devid.
" Aku tidak bisa mungkin nanti setelah aku menikah aku akan menemuimu. Sekarang kita jaga jarak dulu. Jika para wartawan tau maka semua rencana kita akan bubar" Ucap Devid melirik sekilas ke arah Salsa yang sedang menatap pemandangan luar tanpa menggubris obrolan mereka.
" Ya sudah baiklah. Kamu kirim uang aku sekarang ya aku mau shopping" pungkasnya dengan nada centil membuat Salsa di samping Devid mendengarnya memutar mata nya malas. Ia seolah ngedumel dengan bibirnya menirukan gaya bicara Wanita itu.
" Baik nanti aku kirimkan" Ucap Devid Cuek mengakhiri Panggilan Vidio call nya.
Ia kembali menatap ke depan tanpa memandang sekilah gadis cantik di sampingnya itu.
" Tuan kita mau kemana?" Tanya Sopir padanya.
" Pulang" Jawabnya singkat.
" Baik" Sopir itu segera melaju ke kiri arah ke rumah Devid. Sepertinya hari ini dia tidak pergi ke kantor malah menemani Gadis kecil itu agar ia lulut padanya dan tidak membocorkan semuanya pada wartawan.