webnovel

Chapter 19 Rizky Penasaran Sama Keadaan Hatiku

Apa pun alasan Bapak yang sudah tersampaikan padaku, seharusnya harus bisa menghadapi secara tegas. Jangan mau langsung setuju saja permintaan dari Ibu! Kalaupun suatu saat nanti, ada keinginan mau beli sesuatu. Sayangnya, malah Ibu kurang setuju permintaan dari Bapak. Sebisa mungkin harus adil dong, daripada nanti mendapatkan teguran entah dari siapa?

Sayangnya, aku malah kasihan sama Bapak. Dari dulu ada keinginan mau beli mobil untukku, tapi Ibu kurang setuju. Lalu, perjuangan bisa beli mobil dari kerja keras aku menyelesaikan pekerjaan dari pagi sampai malam. Bayangkan setiap mau ambil cuti malah enggak di bolehkan oleh bos, tapi karyawan lain dapat dukungan penuh.

Kan, membuatku kesal kepada bos. Seharusnya, sebagai pemilik Perusahaan ternama di Kota Bandung. Mampu memberikan terbaik bagi karyawan yang bekerja di sini, jangan sampai merasa terganggu oleh keputusan dari bos. Hah.... sudahlah aku pun tak ada harapan mau minta izin untuk pulang kampung ke Jakarta.

Pasti tidak mendapatkan acc dari pemilik Perusahaan ini, tapi di satu sisi aku mendapatkan amanat dari Putri. Hampir melupakan amanat tersebut, "Citra, kalau bisa nih pulanglah ke rumah orang tuamu. Daripada bekerja 24 jam, tapi enggak pernah memberitahu keadaanmu di sini. Apalagi ada cowok kurang ajar yang sudah membuatmu tersakiti,"

Benar sih, apa yang dikatakan oleh Putri. Sayangnya, untuk bulan sekarang aku tidak mendapatkan cuti dari kantor. Bayangkan saja kerja kerasku akan sia-sia, apabila mereka berusaha menyuruhku untuk bekerja terus. Tetapi ada kalanya, merasa jenuh tidak melakukan healing ke kampung halaman di Jakarta.

Berharap sih, bulan depat dapat di acc oleh bos terkait aku mau pulang kampung. Tunggu deh, kenapa karyawan baru langsung di acc oleh bos? Sedangkan, aku malah mendapatkan teguran oleh beliau. Kan, membuatku makin curiga kepada bos. Wah.... jangan-jangan nanti malah semakin parah, tapi sebisa mungkin aku tetap berpikiran positif.

Karena, keadaan sangat darurat. Perlu namanya healing bersama keluargaku di Jakarta. Semenjak pekerjaan Bapak pindah ke Ibukota Jakarta, membuatku susah berkunjung ke Kota Tasikmalaya. Namun, malah Putri mampu datang ke Kota Bandung. Sempat berpikir sih, "Bos, Putri enggak masalah cuti ketika banyak pekerjaan di kantor? Kok, bisa ya? Jadi, penasaran coba hah ..., tanya ke sahabatku."

Setelah mau menghampiri malah dia lagi berbincang sama teman sekantor, tapi kelihatan bahwa Putri penasaran sama hubunganku selama bekerja di sini. Apalagi ia sangat berhati-hati takut ketahuan olehku, tapi entah mengapa aku merasa ragu untuk bertanya soal pekerjaan dia? Karena, Putri sering malah enggak jelas.

Tidak perlu mengingat ke masa lampau yang ada malah semakin risau, bahkan dapat teguran dari teman sekantor. Mungkin salah satu penyebab sangat berhati-hati bahwa mereka peduli sama aku, setiap ada masalah pasti mereka mendengarkan curahan hatiku. Hah.... sayangnya, enggak bisa memberikan solusi maupun jalan keluarnya seperti apa?

Hah.... aku harap Putri, sikap seperti ini enggak berubah sampai tua nanti. Walaupun umur kita beda dua tahun, tapi ketika membahas soal kesukaan kita selalu satu frekuensi. Setelah keadaan sekitar sudah bubar, aku bisa bicara sama Putri. Mungkin tidak usah buru-buru daripada nanti terjebak oleh pertanyaan sahabatku.

"Citra! Citra! Citra, lagi ngapain di sana? Sini!"

"Iya, bentar aku lagi tunggu seseorang."

"Siapa? Penasaran."

"Biasalah, cowok yang sudah menyakiti hatiku."

Setelah mengatakan demikian ia langsung lari menghampiriku, tapi malah bertemu sama cowok yang pernah aku sukai ketika masih duduk di bangku Sekolah. Wah.... jangan-jangan bakal berdebat nih, aku perlu menghampiri Putri sebelum terlambat. Alhamdulillahnya, kalian berdua saling bertatapan. Tidak ada sedikit pun saling menyapa satu sama lain.

"Sini! Ngapain Citra, masih ingin di sakiti oleh cowok kurang ajar barusan?" tanya Putri dengan berikan tatapan sangat menyeramkan.

"Putri, enggak perlulah melotot segala."

"Citra, takut?"

"Bukan takutnya, tapi lihat sekelilingnya kita."

"Memang kenapa sih?" tanya Putri sambil melihat sekitar kantor.

Dan anehnya, malah makin marah padaku. Padahal niat aku ingin menjaga tali silaturahmi, tapi sahabatku enggak boleh. Masih ada rasa trauma dalam benaknya, tapi di satu sisi ia masih peduli kepadaku. Mudah-mudahan saja, umurnya makin bertambah, dan pekerjaan dia di mudahkan. Tidak merepotkan orang lain, apalagi kejadian masa lalu kita.

Sering banget berdebat enggak jelas! Setiap mau berikan solusi heh.... malah Putri bilang kepadaku, "Jangan harap Citra, bisa baikkan denganku." Lantas, aku pun sempat berpikir menuju ke arah yang kurang di setujui kebanyakan orang. Hahahaha.... ada-ada saja kelakuan sahabatku, kukira bakal baikkan setelah melewati perang dingin.

"Kenapa, Citra masih di sini?"

"Enggak boleh aku di sini?"

"Iya, enggak bolehlah kita masih marahan. Bisa enggak kamu tinggalkan tempat ini?" tanya Putri dengan ekspresi kurang tepat.

"Seharusnya, Putri dong tinggalkan tempat ini."

"Citra!"

"Putri!"

"Sudah kalian tidak usah berantem segala, kan bisa ngomong secara baik-baik." ucap Rizky sambil pegang kedua tangan aku maupun Putri.

Sebenarnya, dari dulu suka kepadanya. Tetapi setelah aku pikirkan kembali heh.... mendapatkan reaksi kurang baik, bahkan setiap aku bicara soal tugas pun enggak pernah di kerjakan secara bersama. Pasti bakal berikan alasan tidak masuk akal, bahkan sempat terjadi keributan selama ada Guru di kelas. Yang mendapatkan hukuman malah aku sedangkan, Rizky enggak dapat hukuman.

Wah.... aku sudah berpikiran buruk padanya, tapi sekarang malah hubunganku sama Rizky malah baik-baik saja. Uhhhh.... semoga saja, perasaanku tidak suka padanya. Karena, aku masih trauma takut di sakiti lagi oleh cowok. Sebisa mungkin aku bakal mencari cowok yang bisa menjagaku, tulus mencintaiku, dan kalau bisa setia kepadaku. Jangan pernah berpaling ke cewek lain!

Kalau bisa jaga perasaanku dengan baik, kalaupun suatu hari nanti bisa jaga kisah cinta kita berdua. Terserah sih, kondisi hatiku belum benar-benar pulih. Hah.... sudahlah aku hanya mengharapkan bahwa cowok tersebut bisa memahami perasaanku, terutama enggak usah memaksakan untuk menerima cinta dari dia. Yang ada malah hubungan kita berdua enggak langgeng sampai pernikahan, lebih sering banyak berantem dibanding kebahagiaan.

"Citra, bagaimana hubungan kamu sama cowok yang katanya kurang ajar?"

"Aduh, kenapa sering sekali mendengar ucapan cowok kurang ajar?" tanya dalam hatiku terpaksa tersenyum.

"Citra, kenapa diam aja? Pasti dari larut wajah kamu punya masalah ya, kan?" tanya Rizky sambil tersenyum kepadaku.

"Benar apa yang kamu katakan," ucap Putri dengan ekspresi seperti mengejek kepadaku.

"Husssh ....." ucap Citra sambil tunjuk jari ke dekat bibirku.

"Sebenarnya, Citra ada masalah apa?" tanya Rizky tetap berusaha tersenyum kepadaku.

"Bilang aja secara jujur mengenai keadaan hati Citra," kata Putri sambil pegang pundakku.

Sebenarnya, ingin sekali mengatakan secara jujur. Tetapi setelah ada pertimbangan takutnya, malah Rizky bilang ke teman sekelas pada saat masih duduk di bangku SMA.