webnovel

Chapter 16 Secara Tiba-Tiba Dia Menghampiriku

Semisalkan, terjadi lagi tahun sekarang. Pasti kebanyakan orang mempertanyakan kepadaku aduh, jadi bingung harus melakukan apa lagi? Persoalannya aku sudah tak ada rencana untuk berdamai dengannya. Apalagi dalam keadaan sudah membaik misalkan, pasti tetap saja bakal marah padanya. Karena, sudah menyakiti hatiku.

Please.... untuk saat ini, aku tak bisa main-main dalam percintaan. Karena, sudah saatnya menempuh ke jenjang lebih serius. Terserah sih, kalau keadaan sekarang kurang berkenan melakukan hal bodoh dalam kehidupanku. Uhhhh.... jadi, bingung mencari solusi ketika bertemu dengannya aku harus bicara apa?

Pasti gugup banget setelah bertatapan dengannya! Sedangkan, perkataan dari teman sekantor mudah untuk dilakukan. Apalagi sahabatku sudah melarangku, "Citra, tolonglah jangan bergaul sama dia lagi." Dengan ekspresi seperti ketakutan banget, kalau aku bersedia bergaul sama dia. Padahal niat sebelumnya ingin menjaga tali silaturahmi, bukan untuk merasakan kembali jatuh hati padanya seperti apa?

Please.... pikiran seperti itu perlu di hilangkan, daripada nanti salah paham mulu. Hah.... pokoknya aku perlu menjelaskan kepada Putri lebih detail lagi. Supaya sahabatku lebih mengerti daripada mempertanyakan rencanaku! Padahal rencana ini sudah dari dulu. Sayangnya, aku tak bisa melakukan hal bodoh.

Pasti dia bakal marah padaku selagi bisa dilakukan olehnya memakai bahasa kasar, tapi aku tetap berusaha menghargai sebagai teman. Namun, setelah umur makin bertambah, dan mampu berpikir secara dewasa pasti mendapatkan anugerah yang terbaik untukku. Pada saat itu, memang aku tak bisa di andalkan permintaan dari dia.

Jika, memang karakter dia sudah seperti itu. Ya, bagaimana lagi aku tak bisa memaksa dirinya untuk mengikuti permintaanku. Hah.... setelah berminggu-minggu memikirkan hal ini, pasti mendapatkan gangguan entah dari teman sekantor, SMA, dan lain-lainnya. Nah, baru kali ini aku enggak tahu kenapa mereka selalu menghindar dariku.

Ya, sudahlah aku enggak mau mengurus permintaan yang mungkin bisa terjadi pertengkaran secara berlebihan. Namun, entah kenapa firasat kali ini lebih buruk dari sebelumnya? Setelah berkeliling tempat aku bekerja mereka ingin mengatakan padaku. Sayang sekali aku tidak bisa membaca pikiran mereka!

Nah, ketika sahabatku datang ke sini merasa paling bisa di andalkan. Heh.... sayangnya, Putri malah mengabaikan permintaan. Mau marah padanya enggak bisa kulakukan tanpa adanya, bukti bahwa sahabatku benar-benar bersalah. Jika, aku terus terang padanya yang ada malah memberikan respon kurang baik.

Apalagi hubungan persahabatan aku dengannya, bakal terjadi suatu masalah sangat berat. Aku juga enggak tahu ke depannya bakal terjadi masalah apa lagi selain ini, tapi sebisa mungkin aku akan tetap berusaha mempertahankan hubungan persahabatanku. Selama satu jam kemudian, kenapa Putri tidak datang lagi ke kantorku.

Aduh, pasti dia sudah berpikiran aneh terhadap sahabatnya sendiri. Seharusnya, tetap berusaha berpikir positif bahwa aku sama dia ingin berteman saja. Bukan untuk mengingatkan kenangan ketika masih duduk di bangku Sekolah. Rasanya, aneh kalau aku harus merasakan kembali jatuh cinta padanya.

Tidak ada sesuatu bahwa aku akan kembali padanya, dan memperjuangkan cinta sebelumnya belum tersampaikan. Apalagi aku mendapatkan pesan dari orang tuanya, "Maaf, anak ibu sudah punya pacar orang Sukabumi." Bayangkan saja secara mendalam dia sudah punya pacar lalu, kenapa aku harus jatuh hati lagi padanya? Alasan apa coba?

Secara 'kan aku sudah berjuang melupakan rasa suka padanya, selama bertahun-tahun baru menyadari bahwa dia bukan sosok pendamping masa depanku. Percuma juga kalau aku berpacaran dengannya, pasti hati dia bukan untukku. Melainkan untuk perempuan lain, tapi aku tetap ingin berteman dengannya.

Selagi masih bisa komunikasi dengan baik lalu, kebanyakan orang sudah berpikiran bahwa aku belum bisa move on padanya. Lantas, salah ya aku bergaul sama dia? Setahu aku nih, berteman itu jangan melihat ke belakang. Tetapi harus mampu menjaga tali silaturahmi meski dulunya, pernah merasakan jatuh cinta padanya.

"Citra, di panggil lagi sama bos."

"Hah? Barusan aku sudah ke sana. Sekarang mengenai apa lagi?"

"Nah, aku kurang tahu. Bisa saja pekerjaan kamu ada yang belum selesai,"

"Aneh banget bosku, padahal aku sudah bilang ke beliau bahwa pekerjaanku sudah selesai. Lalu, kenapa harus di panggil ke ruangannya?" tanya dalam hatiku sambil berpikir.

"Citra, jangan banyak melamun. Lebih baik langsung ke ruangan bos deh, agar pekerjaan kamu di sini baik-baik saja."

"Siap!" ujar Citra langsung berdiri dari tempat duduk.

Setelah berjalan melewati ruangan cowok yang pernah aku jatuh cinta padanya, langsung berhenti sejenak sambil melihat ke ruang tersebut. Sepertinya, tidak ada orangnya deh. Aduh, kenapa aku masih memikirkan dia sih? Please.... aku sudah move on seharusnya, memikirkan cowok yang kurang ajar enggak pantas di perjuangkan.

Jika, memang dia suka padaku. Dari dulu sudah mengungkapkan perasaannya kepadaku. Lah, ini malah tidak mengungkapkan sama sekali. Berarti dia enggak serius dong sama aku, sesuai perkataan dari Putri. Lantas, sekarang dia ke mana? Pasti pekerjaan cukup berat dari karyawan biasa. Coba saja lihat di ruangan banyak sekali berkas pekerjaan, belum di selesaikan olehnya.

"Assalamua'alaikum, Citra apa kabar?"

"Heh .... Wa'alaikumsallam, alhamdulillah baik. Loe gimana kabarnya?"

"Alhamdulillah, baik. Tumben sekarang pakai loe biasanya, kamu. Wah .... ada apa nih?"

"Enggak ada apa-apa,"

"Yakin enggak ada apa-apa, Citra?"

"Yakinlah, masa enggak yakin omongan aku sendiri."

"Baiklah, lalu loe di sini ngapain?"

"Cuma mau melihat ruangan loe sepertinya, masih numpuk berkas pekerjaan yang belum selesai ya?"

"Hmmmm .... ya, sih belum selesai. Tumben masih perhatiaan sama gue?"

"Stop!" ujar Putri langsung membawa meninggalkan cowok tersebut.

Aduh, bagaimana nih menjelaskannya? Pasti, Putri bakal bertanya secara terus menerus. Membuatku enggak bisa menjawab secara jujur, apalagi suasana baru barusan tanya kabar aku bagaimana? Sedangkan, Putri sudah berpikiran bahwa aku masih enggak bisa move on padanya. Kalaupun aku tak bisa berikan alasan yang masuk akal bagaimana?

Ayo! Aku harus bisa menjawab pertanyaan dari sahabat sendiri. Masa iya, harus bohong mulu ke Putri? Padahal dia sudah susah payah datang ke sini, demi bertemu sama aku. Terus, malah mengadakan pertemuan secara mendadak dengannya. Apalagi dekat ruangan kerja dia, meski belum satu jam berbincang bahwa ingin berteman.

Walaupun suatu saat nanti, pasti perasaanku bakal muncul kembali secara tiba-tiba. Makanya, rencana ini harus segera mungkin menyampaikan ke cowok barusan. Agar enggak banyak pikiran aneh masuk ke dalam pikiranku.

"Citra, kenapa diam? Pasti bingung mau jawab apa ya, kan?"

"Bukan gitu, Putri. Barusan memang aku bicara sama dia, itu pun secara tiba-tiba."

"Pasti, Citra bohong lagi."

"Aku serius, Putri enggak bohong. Ngapain juga harus bohong sama, Putri."

"Serius ya, kamu enggak bohong sama aku?"

"Iya, Putri enggak bohong."

"Memang dia barusan bicara mengenai apa?"