Bianka menoleh. Tangisannya pun pecah karena masih tak terima dengan ulah ayahnya. "Apakah ayah menyayangiku? Bukankah dia sudah sangat membenciku? Bahkan dia rela menamparku, apa itu yang dinamakan sayang, Bu? Tidak Ibu, tidak! Mungkin lebih baik Ibu membiarkan Bianka mati saja," kata Bianka yang sudah sangat tak kuasa, bahkan dia berkata sangat putus asa seperti itu.
"Apa yang kamu katakan, Nak! Jangan gila! Kamu masih mempunyai kedua orang tua yaaa. Jadi jangan berfikiran yang macam-macam! Jangan membuat Ibu ikut marah, cukup!" Ibu Bihana berucap dengan sedikit meninggi, tapi sembari mengeluarkan air matanya, jadi suaranya sumbang dan agak tidak jelas. Membuat Bianka terdiam dan tak tega dengan ibunya. Bianka pun langsung memeluk erat ibunya. Keduanya di dalam pelukan saling menangis sama-sama.
webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください