webnovel

Pertemuan

"Bagaimana apa kau terpilih? Ucap seseorang yang duduk di sebelah Kaihan saat masuk mobil.

"Tentu saja, bahkan aku akan menjadi pengawal Viona.Dia pikir aku lemah sehingga memilih aku untuk menjadi pengawal Viona" jawab Kaihan pada Raka sedikit kesal karena di remehkan oleh Rafael.

Raka adalah orang yang dihubungi oleh Rafael untuk mencari pengawal dan juga adalah sahabat Kaihan.

"Baguslah jadi kau lebih mudah untuk menjaga dan melindungi Viona" Ucap Raka.

Di dalam mobil, dalam perjalanan tiba-tiba Kaihan menghentikan mobil di pinggir jalan.

Raka merasa heran, "Kenapa berhenti?" tanya Raka.

"Turunlah aku ingin menemui Viona." Ucap Kaihan dengan wajah datar membuat Raka merasa di khianati.

"Dasar kau, aku sudah membantumu bisa-bisanya kau mengusirku" ucap Raka tak terima.

"Nih ambil, pulang naik taksi aja" ucap Kaihan sambil menyodorkan sejumlah uang.

Raka mendecak "ah. Oklah" ucapnya mengambil uang itu dan turun dari mobil dengan perasaan kesal dan membanting pintu mobil sedikit keras.

Kaihan hanya tersenyum tipis melihat sahabatnya yang kesal.

Raka pun hanya memandang Kaihan yang melaju dan perlahan menghilang dari pandangannya. Raka memekik, "Hey, Kembali tidak ada taksi disekitar sini." Teriak Raka yang baru menyadari jika ia berada di daerah yang sepi.

Viona termenung sendirian di ranjang rumah sakit. Ruangan itu terasa dingin dan sunyi, hanya terdengar suara detak mesin yang mengukur denyut nadinya. Sinar matahari sore yang masuk melalui jendela memberikan cahaya lembut pada ruangan yang steril. 

Pikiran Viona melayang kembali pada kejadian tragis yang membawanya ke tempat ini. Ia mengingat kilasan peristiwa kecelakaan mobil yang membuatnya terluka. Tiba-tiba, bayangan samar seorang pria muncul dalam benaknya. Pria itu, dengan wajah penuh kekhawatiran, menariknya dari reruntuhan kendaraan yang hampir hancur. Ia bisa merasakan tangan kuat pria itu memeluknya, dan memberinya rasa aman. 

"Siapa dia?" Viona bergumam pada dirinya sendiri, berusaha mengingat lebih jelas. Wajah pria itu samar dalam ingatannya, namun raut wajah kekhawatiran tampak jelas. "apa aku mengenalnya?" Viona bertanya -tanya. 

Saat itu, pintu kamar rumah sakit terbuka perlahan. Seorang perawat masuk, membawa nampan obat-obatan. 

Seorang perawat mendekati Viona untuk melakukan pemeriksaan rutin. "Bagaimana perasaanmu hari ini, Nona Viona?" tanyanya lembut sambil meletakkan nampan di meja samping ranjang. 

Viona tersentak dari lamunannya "eh iya suster, aku sudah jauh lebih baik" jawab Viona. 

"Sudah selesai. Istrirahat yang cukup jangan terlalu stress agar pulih dengan cepat" ucap perawat itu setelah selesai memeriksa Viona. 

Viona tersenyum tipis, menunjukkan rasa terimah kasihnya "Terima kasih, suster." 

Perawat itu membalas senyumannya sebelum beranjak keluar, "sama-sama nona Viona" lalu meninggalkan Viona kembali dengan pikirannya. Di dalam hatinya, Viona bertekad akan menemukan pria misterius itu. 

Kaihan telah sampai dirumah sakit, dan hari sudah gelap dengan langkah tegasnya ia menyusuri koridor rumah sakit menuju kamar Viona. 

Viona setelah melakukan pemeriksaan ia pun sendiri lagi. Rasanya sangat membosankan dengan pandangan gelap, tanpa seseorang ia merasa sangat kesepian. Viona hanya duduk termenung di Kasur penyakitannya. 

"Kenapa tidak ada yang menjenguk ku, padahal Ketika ayah masih ada jika aku sakit bahkan hanya demam biasa saja banyak kolega ayah yang datang menjenguk. Dasar munafik" gerutu Viona. 

Ketika asik dengan pikirannya sendiri, tiba-tiba Viona merasakan kehadiran seseorang mungkin karena kehilangan penglihatannya sekarang pendengaran Viona jadi lebih sensitive. Awalnya Viona mengira itu adalah perawat namun setelah dipikir lagi "Bukankah perawat baru saja melakukan pemeriksaan" heran Viona. 

Viona mendengar langkah kaki itu semakin dekat dengan buru-buru Viona merebahkan tubuhnya di Kasur dan berpura-pura tidur, tak lama kemudian terdengar suara pintu kamar itu bergeser lalu masuk lah pria itu. Iya seorang pria, dia adalah Kaihan. 

Kaihan memasuki kamar Viona dengan menggunakan topi dan masker, walaupun Viona tidak bisa melihatnya ia menggunakannya untuk berjaga jika seseorang melihatnya. Dengan langkah yang berhati-hati Kaihan mendekati Viona setelah ia berdiri tepat di samping ranjang Viona ia menatap Viona dengan tatapan yang tidak bisa di artikan. Raut wajahnya menandakan kekhawatiran serta kesedihan yang dalam. 

Viona yang merasakan jika orang itu sangat dekat dengannya dan tak berbicara apapun membuatnya sangat takut dengan tangan yang memegang tombol Nurse call ia siap menekannya jika orang itu ingin melakukan hal jahat padanya. 

Kaihan masih menatap lekat pada Viona, ia lalu menarik sebuah kursi yang ada di dekat ranjang itu dann duduk. Kaihan dengan lembut memegang tangan Viona dan tetap diam. 

Merasakan tangannya di sentuh, Viona membeku dan merasakan ketakutan seolah otaknya berhenti bekerja ia hanya diam, tak lama kemudian Kaihan merapikan helaian rambut yang menutupi wajah Viona kebelakang. Viona merasakan sentuhan lembut orang tersebut. Hatinya berkata jika orang ini tidak akan menjahatinya namun ia bertanya-tanya siapa dia? 

Kaihan akhirnya berbicara, "Aku tak akan membuatmu merasa kesakitan lagi, aku akan melindungimu. Kali ini aku gagal melendungimu, maaf kan aku" ucapnya dengan suara penuh penyesalan kemudian pergi tanpa menyadari jika sedari tadi Viona tidak tidur dan mendengar semua ucapannya. 

Viona di buat semakin penasaran mendengar ucapan orang itu yang ia sadari adalah seorang pria dari suara bassnya yang berat. "Sipa dia? Kenapa dia meminta maaf? Apa aku mengenalnya?" pertanyaan- pertanyaan itu memenuhi kepal Viona. Semakin lama ia berpikir semakin jauh pula ia dari jawaban. "Apa dia Rafael? Tidak mungkin suaranya berbeda" Viona menepis jawaban itu. Tak mau larut dalam pikiran Viona pun memilih untuk tidur. 

Setelah mengemudi beberapa menit akhirnya Kaihan pun sampai di salah satu rumahnya. Dengan nuansa monokrom dengan jendela-jendela kaca besar yang menghiasi rumah itu. Karena rumah ini adalah yang terdekat dengan rumah sakit dan merupakan hunian yang di tempati Raka. Kaihan dengan kasar menjatuhkan tubuhnya di sebuat sofa besar yang terletak di ruang Tengah. Kaihan merasa heran kemana sahabatnya, seharusnya ia akan mengomel tidak jelas padanya jika Kaihan melakukan hal yang membuatnya kesal. 

"Raka" panggil Kaihan dengan suara lantang namun tak menerima jawaban dari sipunya nama. 

Kaihan melihat jam di tangannya sudah lebih dari dua jam kenapa ia belum sampai, heran Kaihan. Ia mencoba menelpon Raka namun telponnya tidak aktif. Lalu Kaihan mengingat kembali dimana ia menurunkan Raka dan teringat jika ia menurunkan Raka di tempat yang tidak di lalui taksi. 

"Astaga, apa aku menurunkannya disana. Dan apa HP nya kehabisan baterai sehingga ia tidak bisa pulang dengan ojek online." Setalah mengucapkan kata itu Kaihan bergegas menjemput Raka. Namun ketika Kaihan membuka pintu terdapat Raka yang sudah berdiri di depan pintu hendak menekan pin rumah. Lalu Raka menatap Kaihan dengan tajam aura kemarahan terpampang jelas di raut wajah Raka. 

Kaihan yang merasakan tatapan kemarahan dari Raka membalik tubuhnya dan duduk Kembali di sofa. Ia duduk dan siap mendengar ocehan sahabatnya itu. 

2,5 jam yang lalu....

Setelah ditinggalkan oleh Kaihan ia mencoba memesan taksi online namun kesialan menimpanya lagi, HP nya kehabisan baterai. Raka sangat kesal dengan sahabatnya itu, Raka pun mencoba berjalan menyusuri jalanan yang sepi itu sesekali ia mencoba menghentikan pengendara yang lewat namun taka da yang bersedia membantunya. Sudah hampir satu jam setengah ia berjalan namun ia tak kunjung menemukan orang yang akan membantunya. Jalanan ini seperti jalan tol tak ada bangunan atau toko yang buka disekitar membuat Raka semakin frustasi.

Raka tetap berjalan beruntung ia memiliki fisik yang kuat. Tak lama kemudian tampak seorang wanita menggunakan motor berhenti tepat di depan Raka dan membuatnya kaget. Wanita itu tampak seksi, ia menggunakan tanktop croptop di padukan dengan jaket kulit hitanm dan celana hitam ketat yang membuat tubuh seksi nya terlihat jelas. Lalu wanita itu turun dari motornya melepas helm dan menampakkan wajahnya yang cantik dengan rambut pendek.

Wanita itu menatap Raka denagn lekat seolah sedang menganalisis ia menatap Raka dari ujung kaki hingga kepala. "Hmm…. Tampan" ucap gadis itu.

Raka memang tampan seseorang yang gila olahraga ini memiliki tubuh yang atletis di tambah dengan wajah yang tegas dengan jawline dan kulit coklat eksotis membuatnya tampak seksi.

"Apa maksudmu" tanya Raka heran.

"Apa kau memerlukan bantuan" tanya gadis itu dengan tatapan yang aneh.

"Iya aku memerlukan bantuan" ucap Raka seadanya.

"tapi ada syaratnya, kau harus membantuku" ucap gadis itu

"Aku harus membantumu dengan apa?" tanya Raka. 

"Aku akan memberi tahumu nanti," ucap gadis itu lalu menaiki dan menyalakan motornya. 

Raka yang sudah kelelahan pun tanpa berpikir lagi dan menyetujui permintaan gadis itu. "Baiklah aku setuju" ucap Raka lalu menaiki motor tersebut. Lalu ia bertanya nama gadis itu namun gadis itu diam tak menjawab dan melajukan motornya dengan kencang membuat Raka memeluk gadis itu. 

Tak lama kemudian akhirnya mereka sampai, Raka pun turun dari motor dengan sempoyongan. Lalu gadis itu berkata, "Hmm…. Ini rumahmu lumayan mewah juga, aku akan menjemputmu dua hari lagi kau harus memenuhi janjimu." Ucap gadis itu lalu pergi.

"Dasar tuh cewek bar-bar banget" gerutu Raka.

Kemudian Raka hendak menekan pin rumah tersebut belum sempat ia menekan tiba-tiba pintu itu terbuka menampakkan wajah seorang yang membuatnya seperti ini. Ia menatap Kaihan dengan tajam namun Kaihan tak menghiraukan dan Kembali masuk dan duduk di sofa. Raka sudah lelah ia tahu watak sahabatnya itu, tak mau menghabiskan tenaga dengan memarahi Kaihan.

Raka pun menarik napas dalam dan mencoba menenangkan diri. Lalu ia pun duduk di sofa juga.

"Loh, nggak jadi ngoceh" tanya Kaihan yang ingin membuat sahabatnya kesal.

"Diam" ucap Raka dengan menatap tajam kearah Kaihan.

Setelah sempat hening sejenak, Raka memulai pembicaraan. "Bagaimana pertemuan mu dengan Viona, apa kau memberi tahu identitasmu" tanya Raka penasaran.

Kaihan menjawab ekspresi wajahnya berubah sulit diartikan. "Aku sudah melihatnya ketika aku datang ia sedang tidur. Aku juga tidak akan langsung memberitahu identitasku, aku akan memberitahunya ketika dia sudah siap.

"Terserah mu saja lah" ucap Raka.

Keesokan paginya di bantu oleh perawat Viona membereskan barangnya. Viona sudah siap berkemas ia sedang menunggu jemputan. Tak lama kemudian seseorang memasuki kamar Viona. Dengan lantang dan tegas ia memperkenalkan diri. "Nama saya Kaihan saya akan menjadi pengawal yang akan melayani nona Viona."

Deg …. Suara itu bukankah dia yang tadi malam pikir Viona.