Liana bergegas kembali ke perusahaan dengan tas di tangannya. Seolah ada api yang tersembunyi di matanya, dia merasa kesal dengan Iqbal.
"Liana, bagaimana?" Juwita melihat Liana kembali dan langsung berjalan menghampirinya.
"Tidak terlalu bagus." Liana menekan geraham belakangnya, ekspresi wajahnya tidak menyenangkan.
"Sepertinya pemuda ini sangat sulit untuk ditangani." Juwita berdiri di depannya dengan tangan terlipat.
"Dia tahu apa yang dipikirkan di kepalanya." Liana duduk di kursinya, meraih gelas di sebelahnya dan menuangkan air.
Cairan itu dituangkan ke perut, sepanjang gerakannya membawa sedikit rasa dendam yang menyegarkan dan sedikit menekan di dalam hati.
"Aku hampir marah padanya." Liana memandang Juwita dan mengeluh.
webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください