webnovel

Siasat Licik

Maya sedang bekerja mengurusi banyak hal di kantor, tetapi hati dan pikiran wanita itu tidak bisa berdusta kalau terus-menerus memikirkan tentang kemungkinan apa yang dilakukan oleh Justin. Memang sebagai seorang istri perasaan yang mendalam itu biasanya adalah hal yang benar-benar terjadi. Apalagi soal firasat buruk saat ini.

"Bu Maya, ada laporan dari orang yang mengikuti Pak Justin," bisik salah seorang suruhan yang menjadi kepercayaan Maya.

"Ada apa?" Maya sebenarnya tidak siap untuk mendengarkan hal itu tetapi mau tidak mau harus mengetahui kenyataan apa yang terjadi di belakangnya saat ini.

"Ini laporannya," ujar pria berkemeja hitam tersebut menyodorkan sebuah map berwarna putih yang berisikan beberapa data dan juga foto-foto yang diambil oleh orang suruhan Maya.

Tangan wanita itu sedikit bergetar saat menerima map berwarna putih karena tidak kuasa untuk melihat apa yang sebenarnya dilakukan suaminya. Namun rasa penasaran dan juga curiga semakin meraung-raung untuk mendapatkan penawar yaitu bukti serta saksi yang didapatkan dari orang kepercayaan yang mengikuti Justin beberapa hari. Saat Maya membuka map tersebut, betapa terkejutnya melihat beberapa foto yang diambil.

"Siapa wanita ini?"

"Maaf, Bu, belum diketahui siapa wanita itu karena setiap keluar dari tempat tersebut tidak ditemukan wanita dengan pakaian yang sama seperti itu."

"Kenapa bisa begitu? Apa wanita licik ini ganti pakaian?!"

"Bisa jadi seperti itu, Bu. Lalu ini alamat apartemen yang digunakan Pak Justin."

"Iya, aku paham. Awasi dan laporkan jika sudah tahu siapa wanita itu."

"Baik, Bu!"

Maya menatap ke arah beberapa lembar foto yang diambil dari sudut samping dan juga belakang. Sama sekali tidak mendapatkan petunjuk siapa wanita yang menjadi selingkuhan Justin saat ini. Maya merasa sakit hati karena ternyata suaminya setelah sembuh dari sakit pun masih saja melakukan hal buruk dengan wanita lain yang jauh lebih muda dan seksi.

Padahal Maya juga masih terlihat cantik dan menggoda tetapi masih saja suaminya tidak pernah merasa puas dengan satu wanita saja di atas ranjang. Entah karena hyper atau kelainan, sehingga perselingkuhan bagaikan candu untuk pria itu. Setidaknya Maya merasa lega dan tenang karena Mark tidak meniru sifat Justin. Hanya saja Mark kurang pandai memilih pasangan hidup.

Di tempat lain ....

Justin dan Luna sudah selesai enam ronde tanpa henti. Mereka sudah lemas dan lengket penuh keringat dan cairan nikmat. Kemudian mandi bergantian. Luna selalu berganti pakaian karena setiap bermain dengan Justin selalu saja pakaiannya koyak. Luna sudah memiliki stok pakaian yang cukup banyak di apartemen Setelah membeli beberapa waktu yang lalu dengan uang cash yang diberikan oleh Justin.

Pria itu sudah jago dan terbiasa dalam melakukan kecurangan sehingga tidak menggunakan transfer ketika memberikan uang ke Luna. Memberikan uang secara cash lebih efektif dan tidak bisa dilacak. Justin belajar dari pengalaman yang sebelumnya karena mudah ketahuan oleh Maya lewat transaksi online, ATM, atau kredit.

"Om, Luna pergi dulu, ya. Ada perlu soalnya," pamit wanita muda dengan dress press body warna hitam itu segera pergi meninggalkan kamar apartemen.

Luna masih belum mengetahui kalau tempat itu sudah diketahui dan dicurigai oleh Mama Maya dan Mark. Saat Luna keluar dari apartemen, sudah ada taksi yang menjemput wanita itu karena tidak menggunakan mobil pribadi. Hal itu akan membuat sulit dilacak karena mobil pribadi mudah untuk diketahui dan dikenali orang lain. Luna tersenyum dan merasa puas sudah mendapatkan uang yang cukup banyak dari Justin.

"Kalau begini jadinya, Mark bisa aku dapatkan dan papanya juga iya. Lumayan, uangnya banyak dan aku nggak perlu lagi capek-capek mikir keuangan." Luna terlalu pergi ketika taksi itu melaju perlahan menuju ke restoran yang dimilikinya. Ada beberapa hal yang harus diselesaikan oleh Luna di restoran.

Sedangkan Justin ya sudah selesai ganti pakaian dan mandi bergegas keluar dari kamar apartemen. Saat menuju ke lift, pria itu bertemu dengan orang yang menyewa apartemen di paling ujung dekat lift. "Justin! Hei!"

"Oh, hello. Gimana?"

"Tadi putramu ke sini mencarimu, malah salah ketuk di tempatku. Putramu tampan dan gagah, aku sampai lupa karena berbeda dengan masa kecil."

"Putraku? Mark?"

"Iya, aku sudah memberitahu tempatmu. Apakah sudah bertemu?"

Justin langsung terkejut mendengar hal itu bagaimana mungkin bisa putranya mengetahui tempat ini? Namun tadi memang tidak ada yang ke tempatnya atau jangan-jangan suara yang Luna dengar tadi benar-benar Mark? Justin terkejut dan langsung khawatir.

"Oh, iya. Sudah. Thanks, ya infonya."

"Iya, sama-sama."

Justin merasa terkejut dengan hal itu tetapi juga bersyukur ada yang memberitahu kalau putranya sudah mengetahui tentang kamar di apartemen tersebut. Justin masuk ke dalam lift dan segera menelepon orang kepercayaannya untuk mengatur agar membuat nama pemilik kamar apartemen tersebut berubah menjadi milik orang lain. Justin sangat pandai dan juga licik untuk mengatur semua siasat tentang perselingkuhan agar tidak diketahui atau dicurigai orang lain. Bahkan saat ini sudah hampir ketahuan pun pria itu akan membuat aneka macam cara untuk bisa mengalihkan perhatian dan membuat istri serta putranya percaya kalau hal itu hanya salah paham belaka.

"Hai, Om, ada apa telepon?" tanya Luna yang bingung mendapatkan telepon panggilan dari Justin padahal baru saja berpisah.

"Luna, Mark udah curiga dan udah tahu tempat apartemen itu. Jadi Om sudah minta sama orang kepercayaan untuk urus agar jadi milik orang lain. Ini hanya seolah-olah saja untuk membuat Mark tidak curiga lagi. Kamu jangan datang ke apartemen itu lagi."

"Mark?! Kok, bisa, Om? Duh, terus gimana, nih? Aku nggak mau kalau Mark tahu. Aku mau nikah sama Mark!"

"Iya, iya. Tunggu dulu! Om udah ada rencana. Kamu ikuti saja. Nanti semua pakaianmu yang ada di apartemen akan dikirim oleh orang suruhan Om. Soal Mark, nanti Om yang tangani. Kamu pura-pura aja nggak tahu apa-apa, oke?"

"Ya, Om."

Bagaimana mungkin Luna bisa tenang begitu saja dengan mendapatkan kabar seperti itu? Luna jelas merasa khawatir dan juga takut kalau Mark tahu tingkah laku busuk Luna selama ini. Bisa jadi Luna tidak akan mendapatkan kesempatan sama sekali untuk mendapatkan hati Mark.

Luna merasa tidak tenang sesampainya di restoran padahal harus bertemu dengan seorang klien yang merupakan investor. Klien itu akan membuka peluang bagi Luna mempunyai cabang di Kota Semarang dan Salatiga. Investor itu tertarik dengan restoran yang dikelola Luna, pun juga dengan kecantikan Luna yang menjadi foto model di beberapa tempat elite.

"Aku harus mendapatkan kontrak dengan investor ini karena aku juga ingin mengembangkan bisnis ke tempat yang lebih banyak. Aku ingin menjadi wanita yang terlihat mandiri dan juga terkenal agar tidak ada orang lain yang merendahkan aku lagi. Apalagi mantan ayah tiriku yang brengsek dan bajingan itu! Aku tidak sedih untuk memaafkannya sampai aku mati pun. Bahkan Mama tidak tahu apa yang menimpaku selama waktu kecil, jadi aku harus bisa balas dendam dengan keadaan melalui caraku sendiri."

Kepahitan dalam diri Luna belum pulang begitu saja. Meski waktu tetap bergulir dan situasi berubah total, tetap saja rasa tahu trauma dan juga amarah serta dendam itu masih ada. Luna ingin menjadi orang yang jauh lebih sukses daripada saat ini dan mendapatkan pendamping yang juga kuat dalam keuangan dan juga strategi agar bisa mengubah keadaan. Namun Luna lupa kalau semua itu budaya yang dia lakukan justru akan mengantar kaki wanita itu kepada suatu hal yang lebih kelam. Perselingkuhan dan menjadi pemuas hasrat yang tidak ada habisnya.

"Selamat sore, Tuan. Saya sangat senang bisa bertemu Tuan," ujar Luna dengan senyum yang menawan sambil menyambut pria yang datang dengan uluran tangannya.

"Selamat sore juga, Nona Luna. Ternyata Anda jauh lebih cantik dilihat secara langsung daripada di media massa. Saya merasa tersanjung bisa bertemu dengan Anda secara langsung dan tidak salah jika ingin menginvestasikan harta saya untuk cabang restoran ini."

"Tentu, Tuan. Saya akan memberikan penawaran terbaik yang bisa saya berikan agar investasi ini berjalan dengan lancar dan cabang yang diinginkan buka di kota sesuai dengan usulan dari Anda. Silakan duduk untuk membahas bisnis ini. Saya bersama dua orang kepercayaan saya. Ini Andre dan Yuan asisten saya." Luna mempersilahkan calon investornya untuk duduk dan di meja yang cukup besar itu terdapat beberapa orang lainnya bukan hanya Luna dan konglomerat itu saja.

Pembahasan tentang bisnis pun dimulai. Luna berusaha untuk fokus saat ini membahas bisnis dan mencoba untuk melupakan apa yang dikatakan oleh Justin tadi. Anda kata ketahuan, bukankah Justin yang pertama kali akan mendapatkan masalah besar? Luna tidak akan membuat pusing hal itu dan fokus untuk mendapatkan penawaran investasi terbaik. Ya, Luna mengincar uang dari konglomerat itu, meski harus mempertaruhkan tubuhnya.