webnovel

Mature Female Knight

Buku dongeng? Itu adalah sebuah buku yang selalu dibaca Sophia, ia tergila-gila akan dongeng. Ksatria Wanita Menyedihkan, adalah dongeng yang paling disukai oleh Sophia walaupun memiliki akhir yang menyedihkan. Sophia selalu berkhayal untuk menjadi tokoh utamanya dan hal itupun menjadi kenyataan.

CeJLnoy · ファンタジー
レビュー数が足りません
18 Chs

Keputusan yang Bijak

Shilo memilih untuk mengikuti Hera dan meninggalkan penyihir itu.

"Kau tunggu di sana dan jangan bergerak sedikit pun!" Scylia menunjuk Hera.

Hera memandangnya dengan tatapan kosong.

Scylia ingin berbicara serius dengan kembarannya yaitu; Shilo.

"Apakah kau sudah gila? Kau tidak ingin perkataan penyihir itu?"

"Aku tidak mau mempercayainya lagi."

"Apa?"

Scylia tercengang.

"Ini semua gara-gara dia," gumannya.

"Bukan salahnya. Dia benar kita berhak memilih jalan kita sendiri," kata Shilo meyakinkan Scylia.

"Kau pilih dia atau aku?" Scylia berdecih sebal.

"Tentu saja aku memilihmu, kau kembaranku mana mungkin aku meninggalkanmu."

"Kalau begitu bawa dia dan serahkan dia pada penyihir."

"A-aku tidak mau mendengarkan kata-kata penyihir itu," Shilo menyilangkan tangannya.

Scylia tetap menarik Shilo, tetapi ia menahannya.

"Kau tidak ingat janji kita pada ibu?"

"Itu bukan janji tetapi itu ancaman," kata Shilo menggertak.

"Ancaman? Memangnya Hera tidak mengancammu?" tanya Scylia menatapnya sinis.

"Itu bukan ancaman Scylia, itu tawaran."

"Ada jaminannya?"

Shilo terdiam.

"Kalau begitu ayo bawa dia," kata Scylia menekankan kalimatnya.

"Memangnya jika kita menyerahkan Hera kepada penyihir itu, kita bisa bebas?"

"Tentu saja, buka matamu Shilo."

"Tidak. Apakah ada jaminannya?" Shilo membalikkan kalimat Scylia.

Scylia menggeram.

"Scylia dengarkan aku."

Shilo menarik Scylia sebelum dia pergi.

"Aku mau kita hidup baru lagi, aku tidak mau kita di kekang kembali."

"Apakah mengikuti Hera adalah sebuah kehidupan baru bagimu?"

"Kita ini buronan di mata mereka, apakah mereka mau menerima kita tanpa persetujuan atau apa pun itu?"

"Aku tahu Scylia," kata Shilo menghela nafas pelan.

"Aku sudah memilih. Aku memercayainnya," kata Shilo sambil melepaskan liontinnya dan memberikannya kepada Scylia.

Scylia terkejut melihat tingkah laku Shilo.

"Kau memilihnya?"

"Aku tetap memilihmu Scylia," ucap Shilo lembut.

Scylia menggertakkan giginya sebal.

"Aku akan membunuhmu dengan tanganku sendiri Hera," katanya sambil mencengkram erat liontin Shilo.

Ia melesat cepat menghampiri Hera, bahkan ia melewati Shilo.

"Scylia jangan!" Shilo ikut melesat mengikuti Scylia.

Scylia sudah lebih dahulu mencengkram leher Hera dan membuangnya ke jurang.

"SCYLIA!" teriak Shilo.

Hera sudah tak sadarkan diri, Scylia membiusnya menggunakan sihir.

"Shilo," guman Scylia yang melihatnya melesat ke bawah menghampiri Hera.

Shilo menangkap Hera tepat sebelum tubuhnya menyentuh tanah. Shilo dan Hera mendarat dengan sempurna di tanah, tubuh Hera terkulai lemas sehingga Shilo memeganginya.

"Hera," panggilnya pelan.

"Kha-ry-sor," racau Hera.

"Kar- apa?" tanyanya.

Hera perlahan-lahan sadar kembali pada saat Shilo menyerap semua biusan yang diberikan Scylia di lehernya.

"Kau tidak apa-apa?"

Hera masih mengerjap-ngerjap bingung.

"Aku dimana?"

"Aku akan mengikutimu," kata Kharysor tersenyum padanya.

"Benarkah?"

"Memangnya kita membicarakan apa tadi?"

Hera berpikir sejenak.

"Sudahlah ayo kita kembali ke campmu."

Hera berdiri dan mengikuti Shilo.

Langit masih gelap, nampaknya sekarang pukul dua atau tiga pagi. Mereka berdua berjalan mengitari Hutan gelap ini menuju Hutan Moist.

"Kemana Scylia?"

"Kami berpisah."

"Kenapa?"

"Dia tidak mau mendengarkanku."

"Aku ingin melihat dunia luar dengan mataku sendiri. Ta-tapi-"

Hera menatapnya.

"Aku takut," katanya menghela nafas pelan.

"Aku juga pernah merasakan itu."

"Benarkah?"

"Di sekolahku aku selalu dipermainkan oleh teman-temanku. Namun, saat aku tiba di sini semuanya telah berubah drastis."

Shilo menatapnya penuh arti.

"Aku bisa melakukan apapun yang aku mau."

"Awalnya juga tidak ada yang mempercayaiku, tetapi aku meyakinkan diriku untuk tetap menyakinkan mereka. Dengan bantuan orang-orang yang mempercayaiku lebih dulu," kata Hera mengingat.

"Kau mau membantuku?"

"Tentu saja."

"Aku akan berusaha semampuku," lanjut Hera.

"Maafkan kami yang telah membunuh ibumu," kata Shilo takut-takut.

"Kau dikendalikan bukan?"

"Ya," jawabnya merengek.

Tiba-tiba ia terduduk di tanah dan menangis.

"Hei! Tak perlu menangis, aku mengerti."

"HUAA..." tangis Shilo pecah.

Shilo mengucek-ngucek matanya.

"Berhentilah menangis! Aku tidak memarahimu," ucap Hera menenangkannya.

Dengan rasa iba pun Hera memeluknya dan mengajaknya berdiri.

"Aku takut mereka menangkapku," bisiknya.

"Aku akan melindungimu," balas Hera lembut.

Shilo tersenyum dan mengangguki Hera.

"Maafkan aku!"

Tangis Shilo tiba-tiba menghilang dalam sekejap.

"I-itu kepribadianku yang lain," jelasnya.

Hera manggut-manggut mengerti.

"Namanya Anthony. Anthony memperkenalkan dirinya sendiri pada Scylia sehingga aku bisa tahu namanya," kata Shilo menggaruk tekuknya yang tidak datar.

"Dia seperti anak kecil."

"Ya. Aku dapat melihatnya," sahut Hera.

"Sebenarnya masih banyak lagi."

"Itu keren," imbuh Hera.

Mereka kembali berjalan menelusuri hutan.

"Aku malah tidak menyukainya."

Shilo menganggap bahwa kepribadian ganda adalah suatu hal yang buruk baginya.

"Itu kelainan tau."

"Aku tahu," balas Hera.

"Apa manfaatnya?"

"Aku sangat ingin memiliki sifat yang ceria, sepertimu."

"Itu kepribadianku yang lain."

"Setiap orang memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing."

"Aku bahkan tidak memilik kelebihan," katanya menegaskan.

"Siapa bilang, kau bisa bertarung bukan?"

Shilo tersadar.

"Orang yang selalu insecure itu adalah orang yang memiliki sayap yang sangat indah di belakang punggungnya, sehingga ia tidak melihatnya."

Shilo tertegun mendengarkan penjelasan Hera, kalimatnya memiliki makna yang dalam.

"Insecure?"

"Rasa tidak percaya diri, rendah diri, tidak puas dengan diri sendiri," jelas Hera cepat.

"Aku tidak begitu mengerti maksudnya," kata Shilo pelan.

"Aku pernah merasakannya juga."

"Anggaplah kau memiliki sayap, apakah kau bisa melihat sayapmu sendiri dengan jelas?"

"Aku rasa tidak."

"Itu maksudnya."

"Kau memiliki sebuah kelebihan yang tidak kau ketahui, Hera juga begitu kan?"

"Huh?"

"Seperti kataku tadi, aku bukan berasal dari sini."

"Kau Ksatria Hera kan?"

"Tentu saja. Tetapi kami berbeda orang," lanjut Hera.

Hal itu membuat Shilo semakin bingung.

"Aku jadi bingung. Pokoknya Hera yang sekarang berbeda dengan Hera yang lain," kata Hera sambil membenarkan anak rambutnya.

Perjalanan mereka berdua cukup panjang. Tak lama kemudian, mereka pun sampai di perbatasan Hutan Moist.

"Hera," panggil Shilo.

"Hm?"

"Kau tahu Pulau Carehayes kan?"

"Tentu saja."

"Sang penyihir telah menemukan pulau itu lebih dulu. Makanya pulau itu menghilang," kata Shilo.

Hera membelalakkan matanya.

"Jadi benar pulau itu dapat berpindah tempat?"

"Tentu saja."

"Pulau itu akan berpindah tempat ketika ada seseorang yang menjejakkan kakinya di pulau itu," lanjut Shilo.

"Jadi benar bawahanmu telah memata-matai kami?"

"Bawahanku?"

"Aku tidak memiliki bawahan," kata Shilo mengerutkan alisnya.

"Pada malam hari aku melihat seseorang dan ia tidak sengaja menjatuhkan liontinnya."

"Liontin? Liontin Delima?"

"Apakah nama liontinnya?"

Hera merogoh sakunya untuk mencari liontinnya.

"Kemana ya?" gumannya.

"Itu adalah kaki tangan si penyihir sendiri," kata Shilo dengan nada muram.

"Benarkah?"

"Setiap pengikut penyihir, ia selalu mengenakan liontin delima."

"Aku harus segera memberitahu komandan soal ini," batin Hera.

"Aku dan Scylia juga mengenakannya," kata Shilo tiba-tiba.

"Scylia masih belum melepas liontinnya ya?"

"Ya. Aku merindukannya," balas Shilo.

"Aku janji, kalian pasti bisa bersama lagi."

Shilo tersenyum mendengar perkataan Hera.