webnovel

Mature Female Knight

Buku dongeng? Itu adalah sebuah buku yang selalu dibaca Sophia, ia tergila-gila akan dongeng. Ksatria Wanita Menyedihkan, adalah dongeng yang paling disukai oleh Sophia walaupun memiliki akhir yang menyedihkan. Sophia selalu berkhayal untuk menjadi tokoh utamanya dan hal itupun menjadi kenyataan.

CeJLnoy · ファンタジー
レビュー数が足りません
18 Chs

Hilang

"Apakah benar Ksatria Hera melihat Pulau Carehayes?"

"Tentu saja, aku bahkan juga melihatnya dengan mata kepalaku sendiri."

"Tapi, kemana pulau itu?"

"Aku juga tidak tahu."

Sekarang, Komandan Haides sedang berdiskusi tentang Pulau Carehayes yang hilang begitu saja dengan tiga prajurit dari istana.

"Apa yang akan kita katakan kepada raja?"

Komandan Haides hanya diam.

"Aku tidak mungkin keliru. Aku, Hera dan Kharysor melihatnya dengan sangat jelas," kata Komandan Haides tegas.

"Aku tahu Komandan, dan aku percaya padamu."

"Aku juga, hanya saja apa yang akan kita katakan kepada raja nanti."

"Tidak mungkin kan jika raja percaya bahwa pulau itu lenyap begitu saja."

"CUKUP!" Komandan Haides menggebrak meja.

Semuanya langsung terdiam.

"Sudahlah! Aku minta tolong pada kalian untuk memeriksa bawahanku agar tidak ada yang terluka," Komandan Haides memelankan suaranya.

"Baik komandan," tanpa banyak basa-basi lagi mereka langsung keluar camp.

"Oh iya. Aku yang akan memeriksa putriku sendiri," kata Komandan Haides sebelum mereka pergi.

Mereka mengangguk pergi.

"Kau tidak apa-apa kan Demure?" tanya Noah.

"Ya, aku baik-baik saja."

"Aku lebih mengkhawatirkan Kharysor dan Hera," sambung Demure.

"Aku rasa kami juga," kata Owen menoleh ke arah teman-temannya.

"Bukankah mereka yang membuat kita menjadi bertarung dengan para siren?"

"Tapi tetap saja," bantah Mats.

"Seharusnya kalian marah kepada mereka," sahut Leucos.

"Tentu saja tidak, jika Kharysor tidak menyelamatkanku tadi. Aku bahkan tidak tahu aku akan mati atau hidup sekarang."

Luka Demure tidak separah Hera dan goresannya juga tidak terlalu banyak.

"Yang lain pun bisa menolongmu, tidak hanya Kharysor."

"Kau ini apa-apaan sih?" bentak Noah.

"Tenanglah!!" Alaska menenangkannya.

Leucos tidak menganggapnya.

"Kemana Kharysor?"

"Entahlah Owen, aku sudah mencarinya tadi."

Setelah sampai di campnya, Kharysor mengganti pakaiannya dan pergi keluar. Sementara tadi kondisi di luar sedang hujan deras, sampai sekarang pun ia belum kembali.

"Hujannya sudah mulai berhenti."

"Haruskah kita mencarinya?"

"A-"

Sebelum Demure menyelesaikan kalimatnya, beberapa prajurit istana masuk ke dalam camp mereka.

"Kalian semua baik-baik saja?"

"Ya," jawab mereka semua serempak.

Prajurit itu seperti merasa ada yang ganjil di antara mereka semua.

"Hanya enam?"

"I-iya."

"Kemana Kharysor?"

"Tadi setelah ia mengganti pakaiannya ia langsung pergi keluar camp dan sampai sekarang ia belum kembali."

Prajurit itu saling memandang.

"Haruskah kita mencarinya?"

"Kami juga sempat berpikir untuk mencarinya," jawab Alaska.

"Biar kami saja."

Ketiga prajurit itu pun pergi meninggalkan camp mereka.

"Baguslah kalau Kharysor pergi," guman Leucos.

"Apa kau bilang?" bentak Noah

Semuanya memandang Noah dan Leucos bingung.

"Aku bilang baguslah kalau Kharysor pergi," cibir Leucos.

"Kau," Noah menggeram.

"Sudah biarkan saja dia," cegar Mats sebelum mereka berkelahi.

"Bagaimana mereka semua baik-baik saja?" tanya Komandan Haides.

"Ya. Kecuali-"

"Kecuali apa?"

"Kharysor tidak ada di campnya."

"Apa? Dimana dia?"

"Kami juga tidak tahu. Mereka bilang Kharysor sudah pergi dari tadi tapi mereka tidak tahu Kharysor pergi kemana."

"Tetaplah kalian cari di sekitar camp, aku akan memeriksa putriku."

"Baik!"

Komandan Haides memasuki camp putrinya, ia sedikit terkejut mendapati putrinya sedang tertidur bersama Kharysor. Tetapi Kharysor tidur sambil duduk dengan tangan yang digenggam oleh Hera. Komandan Haides tersenyum kecil melihat hal itu dan langsung meninggalkan mereka berdua.

"Kalian tidak perlu mencari Kharysor, ia baik-baik saja?"

"Benarkah?"

"Iya. Kalian istirahat saja," ucap Komandan Haides.

"Baiklah."

Mata Hera perlahan-lahan mengerjap. Ia mendapati dirinya sedang berbaring dan ia terkejut melihat Kharysor tertidur sambil duduk, tangan Kharysor menggenggam tangannya. Hera duduk dari tidurnya, ia mengambil kompres yang ada di keningnya dan meletakkan di sebelahnya.

Hera duduk di sebelah Kharysor tertidur, iris matanya yang berwarna biru menatap Kharysor yang sedang tertidur sangat pulas. Hera mengelus rambut berantakan Kharysor menggunakan tangan kirinya, ia seperti merapikannya atau malah memainkannya.

"Lucu sekali."

Hera mengambil selimutnya dan menyelimuti punggung Kharysor. Hera beranjak pergi tetapi Kharysor menarik tangannya untuk tetap di sampingnya.

"Maaf," Hera melepaskan tangannya perlahan.

Ia memotong buah-buahan, mulai dari apel, mangga, jeruk, pisang, anggur dan jeruk. Hera belum sempat makan siang tadi, sedangkan sekarang sudah malam hari.

Kharysor terbangun dan Hera tidak ada di tempat tidurnya.

"Hera."

Ia menoleh ke sekitarnya dan melihat Hera sedang memotong buah di mejanya.

"Kau sudah bangun?"

Kharysor baru menyadari bahwa ia menggunakan selimut. Kharysor langsung berdiri menghampiri Hera.

"Biar aku saja," Kharysor mengambil alih pisau dari tangan Hera.

"Memangnya kau bisa?"

"Tentu saja-"

"Tidak bisa?"

"Bisa kok," sahut Kharysor.

"Itu terbalik," kata Hera.

Kharysor langsung membalikkan pisau ke arah sebaliknya dan tidak sengaja mengenai jari manisnya.

"Akh," ia langsung melempar pisau itu.

Sebercak darah menetes dari jarinya.

"Jangan!"

Hera langsung meraih tangan Kharysor. Awalnya Kharysor ingin mengemut jarinya yang berdarah tetapi Hera mencegahnya.

"Darahnya kotor," jelas Hera.

Hera membilasnya dengan air lalu ia mengambil obat.

"Aku bisa sendiri."

"Ih aku juga bisa," paksa Hera.

Akhirnya Hera mengoleskannya dan memasangkan perban di sana.

"Aku tahu kau tidak bisa," Hera terkekeh.

Kharysor hanya diam dan memperhatikan Hera yang sedang memotong buah-buahan.

"Kau mau?"

Hera menyuapi buah ke muluh Kharysor dan ia hanya memakannya.

"Rasanya lebih manis."

Hera memiringkan kepalanya.

"Ini lebih manis jika kau yang memotongnya," kata Kharysor tertawa sendiri.

Hera memalingkan wajahnya malu. Tawa Kharysor semakin kencang saat melihat wajah Hera yang menghangat.

"Diamlah," Hera langsung menyodorkan anggur agar Kharysor berhenti tertawa.

"Kalo aku tersedak gimana," ledek Kharysor sambil mengunyah anggur dari Hera.

Hera hanya manyun kesal ke arahnya.

Kharysor menyenggol Hera gemas.

"Lebih baik kau kembali ke camp mu," kata Hera jengkel.

"Kau mengusirku?" tanya Kharysor mendekatkan kepalanya ke kepala Hera.

"Ya bukan begitu."

"Lalu?"

"Ini sudah malam sana tidur," balas Hera mencari alasan.

Kharysor dengan santai menuju ke kasur Hera dan tidur.

"Apa yang kau lakukan?"

"Katanya di suruh tidur."

"Di camp mu," Hera menunjuk keluar dengan jengkel.

Kharysor malah tertawa renyah.

"Apakah menurutmu aku keliru tentang pulau itu?" tanya Hera sambil memakan buahnya.

"Tentu saja tidak," jawab Kharysor cepat.

Hera menghela nafas pelan.

"Jangan pikirkan ucapan Leucos, ia gila."

"Tapi, bagaimana jika dia benar?"

"Tidak. Aku tahu," Kharysor beranjak dari tempat tidur Hera.

Ia menghampiri Hera.

"Apa?"

Pada saat Hera menghadap kebelakang Kharysor sudah berada di dekatnya.

"Pulau itu dapat berpindah tempat."

"Hah?"

"Ya. Kau pernah bilang kan kalau pulau itu dapat berpindah tempat."

"Ta-tapi aku sendiri bahkan tidak yakin."

"Aku pasti."

Hera terdiam.

"Aku akan bicarakan ini dengan komandan besok pagi," kata Kharysor percaya diri.

"Apakah komandan akan percaya?"

"Tidak mungkin komandan tidak percaya pada putrinya sendiri," balas Kharysor.

"Baiklah."

Kharysor tersenyum senang.

"Aku akan istirahat," Kharysor berjalan keluar camp.

"Kharysor."

Kharysor menoleh ke belakang.

"Terima kasih," kata Hera tersenyum.

"Tak masalah," balasnya meninggalkan camp.