Masih diperkebunan teh milik Tuan Henry, ketiga anak muda tersebut masih menikmati hamparan pohon teh sebagai tempat persembunyian mereka.
Aroma khas daun teh yang mengelilingi mereka, seakan menenangkan pikiran dan merelaksasi jiwa mereka. Ketiganya seakan terhipnotis oleh suasana kebun yang elok nanti asri. Namun kenikmatan mereka di kejutkan oleh panggilan sang pemilik kebun.
"Kalian keluarlah, mereka sudah beranjak dari kebun ini," ucap Tuan Henry.
Ketiganya terdiam kalau mendengar ucapan Tuan Henry.
"Apa kalian sungguh tidak mendengarku?" ucap Tuan Henry lagi.
"Apa Tuan sedang berbicara kepada kami?" tanya Alice menampakan diri.
"Tentu, dengan siapa lagi Nona?" tanya Tuan Henry.
"Kalian keluarlah, disini ada Tuan Henry," pinta Alice kepada Luna dan Eryk.
Keduanya pun segera berdiri untuk menampakkan diri, kemuadian meraka melangkahkan kaki menghampiri Tuan Henry.
Sang pemilik kebun pun kaged saat melihat Alice datang kembali ke kota ini.
"Kalian lagi? Bukankah tempo hari engkau berpamitan denganku dan istriku untuk kembali ke desa?" tanya Tuan Henry.
"Iya Tuan, kami kembali lagi ke sini. Sebelumnya kami ingin berterima kasih kepada Tuan, karena sudah membantu kami," ucap Alice.
"Nona, apakah maksud dan tujuanmu datang ke kota ini ingin mencari informasi tentang keluarga Haugert lagi sehingga para pengawal itu mengejar kalian? Apakah gadis ini merupakan temanmu dari desa?" tanya Tuan Haugert sesaat melihat Luna.
"Benar Tuan. Tapi alasan mereka mengejar kami, karena mereka tidak terima saat kami tegur sewaktu mereka memungut pajak. Dan perkenalkan ini Luna, gadis yang akan di jodohkan dengan Marck Haugert," jawab Alice.
Jawaban Alice sontak membuat Tuan Henry kaget.
"Untuk apa kalian menegur mereka? Tidak ada gunananya, mereka bertindak sesuka hati mereka," ucap Tuan Henry.
Kemudian ia menyapa Luna dan mengajaknya untuk sedikit mengobrol.
"Halo Luna, saya Henry. Apakah benar kamu calon istri Marck?" tanya Tuan Henry.
"Halo Tuan Henry, perkenalkan saya Luna teman Alice. Benar Tuan, saya gadis yang akan dijodohkan dengan Marck Haugert lelaki yang belum pernah saya jumpai sebelumnya. Dan sepertinya kedatangan saya ke kota ini untuk merubah status saya dari Calon istri Marck menjadi Mantan Calon istri Tuan," canda Luna.
Ucapan Luna membuat Tuan Henry dan kedua kakak beradik itu tertawa. Ia terlihat sangat jujur dan polos.
"Nona, sepertinya kamu harus bekerja keras untuk itu. Keluarga mereka sangat berpengaruh di kota kami," ucap Henry.
"Kami akan berusaha semampu kami Tuan," jawab Luna.
"Kalian sudah mendapat tempat tinggal disini?" tanya Tuan Henry.
"Sudah Tuan, kami menyewa penginapan Tuan lagi," sahut Alice.
"Ya sudah, kalian kembalilah ke penginapan. Sebentar lagi hari akan gelap. Kalian ikuti saja jalan setapak itu, jalan itu menghubungkan kalian dengan penginapanku," kata Tuan Henry menunjuk kearah jalan setapak yang ada di sebelah barat perkebunannya.
"Baiklah Tuan," kata Alice.
Luna dan rombongannya itu pun mengikuti saran Tuan Henry, mereka menyusuri jalan setapak yang ditunjuk oleh sang pemilik penginapan tersebut.
"Luna, apa yang kau bawa itu?" tanya Alice.
"Ini makanan yang aku beli dipasar tadi, maukah kalian?" kata Luna.
"Kebetulan perutku lapar," sahut Eryk.
"Ambilah, aku membeli beberapa potong untuk kita," kata Luna mengulurkan bungkusan yang ada ditangannya.
Kakak beradik yang menemaninya itu melahap kue yang Luna beli dengan sangat nikmat.
"Luna, kau tak ingin memakan kue ini. Ini enak sekali," ucap Alice.
"Baiklah Alice, berikan satu saja untukku," pinta Luna tergoda.
"Bolehkah aku memakannya lagi? Perutku sangat lapar dan aku tidak sempat membeli apa-apa karena kejaran para pemungut pajak tadi," tanya Eryk.
"Tentu Eryk, ambilah. Ini masih ada dua potong kue," ucap Luna memberikan bungkusan itu.
"Terima kasih Lun," ucap Eryk.
Kue yang Luna beli memang belum pernah ia makan sebelumnya, seperti yang sahabatnya sampaikan jika kue tersebut memang enak.
"Teman-teman, malam ini bulan purnama akan datang. Maukah kalian mengantarkan aku kerumah keluarga Haugert. Aku ingin menyaksikan sekelompok serigala seperti yang orang-orang katakan," pinta Luna.
"Tentu saja kami akan mengantarmu, sepertinya kita perlu mengajak kuda-kuda kita. Karena rumah keluarga Haugert cukup jauh dari penginapan," saran Eryk.
"Baiklah, ayo kita percepat langkah kita menuju penginapan." ucap Luna.
Ketiganya pun menyegerakan langkah mereka menuju tempat tinggal sementaranya itu. Lima belas menit kemudian tibalah mereka dipenginapan, Charlie tampak sedang tertidur dibawah pohon rindang yang tumbuh di halaman penginapan.
"Charlie sudahkah kau makan?" peluk Luna.
Kuda kesayangannya itu membuka mata dan kembali melanjutkan tidurnya.
"Sepertinya ia lelah Lun," ucap Alice.
"Atau mungkin ia lapar," ucap Alice.
"Mungkin, tapi dia memang seperti ini kala menjelang malam. Eryk bisakah setelah ini kau membelikan makanan untuk Charlie?" ucap Luna.
"Tentu Luna, setelah mandi aku akan membawakan makanan untuk Charlie dan kuda lain," ucap Eryk.
Eryk bergegas memasuki penginapan, sedangkan Alice dan Luna tampak sedang menyusun rencana.
"Luna, bagaimana jika kita kerumah keluarga Haugert mendekati tengah malam. Supaya kita tidak menunggu terlalu lama dan tidak ada yang mencurigai kita, sekelompok serigala itu mendatangi mereka tepat jam dua belas malam," ucap Alice.
"Apa menurutmu itu ide yang bagus Alice?" tanya Luna.
"Sepertinya begitu. Malam ini kita mencari hidangan untuk makan malam, sambil kita mencari tahu jalan kerumah itu. Sekalian kita pahami medannya Lun," saran Alice.
"Baiklah Alice, nanti kita bicarakan kepada Eryk," ucap Luna.
Sang adik terlihat sudah selesai mandi, ia pun pamit untuk membeli makanan kuda mereka.
"Aku pergi dulu untuk mencarikan Charlie dan kawan-kawannya makanan," ucap Eryk.
"Jangan lama-lama, karena ada yang ingin kami sampaikan," ucap Alice.
"Baiklah aku akan segera kembali," ucap Eryk.
Ia pun segera menunggangi kudanya untuk mencari makanan yang dibutuhkan. Sepuluh menit kemudian ia kembali dengan membawa rerumputan.
"Aku sudah kembali," teriak Eryk memberi kabar.
"Masuklah dulu, Luna masih mandi," ucap Alice.
Keduanya pun menunggu Luna didalam penginapan. Tak berapa lama Luna pun terlihat.
"Lun, Eryk sudah datang, mari kita jelaskan rencana kita," ucap Alice.
Luna mengangguk, keduanya mulai menjelaskan rencana mereka supaya perjalanan menuju rumah keluarga Haugert berjalan lancar.
"Bagaimana menurutmu Eryk?" tanya Luna.
"Aku setuju dengan rencana kalian, tapi lebih baik kita membawa dua ekor kuda saja. Nanti kamu bersama Luna menunggangi kuda yang sama," saran Eryk.
"Kenapa harus begitu Eryk?" tanya Luna.
"Ini untuk menghindari agar kita tidak berpencar misalkan terjadi sesuatu dengan kita. Contohnya seandainya ada yang mencurigai kita dan kita dikejar para pengawal keluarga Haugert seperti hari ini," jawab Eryk.
"Baiklah Eryk, aku setuju dengan usul kamu," ucap Luna.
"Aku pun setuju," sahut Alice.
Pemikiran Eryk ternyata sangat luas, bahkan ia sudah menyiapkan cara untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.