webnovel

LUKA DI SMA

Fiona. Gadis berusia 18 tahun yang cantik, berprestasi, dan menjadi kebanggaan keluarga serta teman-temannya. Sejak kecil ia bercita-cita menjadi seorang Arsitek karena ia memiliki keinginan untuk bisa membangun rumah yang mewah dan nyaman. Itu semua dia inginkan karena sejak kecil hingga berusia 18 tahun ini Fiona hanya bisa tinggal di sebuah rumah yang sangat kecil dan tidak layak huni oleh kedua orangtuanya. Sehingga Fiona ingin sekali membangun rumah yang layak huni untuk kedua orangtuanya dengan tangannya sendiri. Sejak kecil Ayah dan Ibu Fiona sudah mewanti-wanti Fiona untuk menjaga anak perempuan semata wayangnya supaya tidak salah dalam pergaulan sehingga bisa menjadi anak yang sukses suatu saat nanti sesuai dengan yang dia cita-citakan selama ini. Fiona juga pernah berjanji kepada kedua orangtuanya jika dia akan fokus sekolah dan tidak akan pacaran. Tetapi semuanya berantakan sejak Fiona mulai mengenal Lukas hingga akhirnya Fiona hamil dengan Lukas, pacarnya, yang kemudian pergi ke luar Negeri dan meninggalkannya. Inilah perjalanan hidup Fiona di mulai, yaitu llika-liku Fiona untuk menghadapi kehamilannya. Semua cita-cita yang sudah dia bangun sejak kecil hancur seketika. Kehilangan kepercayaan orangtua, di kucilkan teman, di tinggalkan kekasih, perjuangannya menjadi seorang Ibu muda namun dia juga harus tetap meraih cita-citanya. Ternyata Fiona masih memiliki keberuntungan. Ketika dia sedang dalam keadaan sangat terpuruk seperti ini bisa bertemu dengan laki-laki baik bernama Kendrick. Sejak saat itu cinta segitiga di mulai, persaingan dengan Jane dan masalah lainnya yang ada di dalam kehidupan Fiona.

Arummsukma · ファンタジー
レビュー数が足りません
21 Chs

Bertemu Kembali

Hari sudah kembali berganti. Fiona dan Lukas sudah sama-sama berada di taman biasa mereka bertemu. Di sana Fiona dan Lukas duduk di salah satu kursi yang ada di taman itu. Keduanya terlihat sama-sama sedang memikirkan hal yang mereka berdua sendiri takuti.

Di sana Fiona menangis sejadi-jadinya di dalam pelukan Lukas. Dan Lukas merangkumkan tangannya ke dalam pelukannya. Setidaknya perasaan Fiona saat ini sedikit tenang karena Lukas masih mau di ajak bicara tentang masalah mereka berdua.

"Terus sekarang kita harus apa Lukas? Aku bingung."

"Sama, aku juga bingung. Aku takut kalo aku di keluarin dari sekolah, gimana nasib cita-cita aku nanti?"

Fiona langsung terbangun dari sandaran Lukas setelah Lukas berbicara seperti itu. Fiona tidak terima dengan ucapan Lukas barusan. Karena apa yang di ucapkan oleh Lukas tadi memang terdengar seperti dirinya hanya mementingkan dirinya sendiri tanpa memikirkan Fiona. Padahal jika bicara tentang cita-cita, Fiona juga pasti mempunyai cita-cita yang ingin dia wujudkan.

"Apa? Jadi kamu cuma pikirin cita-cita kamu aja? Kamu ga pikirin aku? Kamu ga pikirin cita-cita aku juga? Aku juga punya cita-cita Lukas."

"Engga. Maksud aku ga seperti itu. Aku juga mikirin kamu. Aku ga kebayang gimana jadinya nanti kamu kalo kamu ketahuan hamil di luar nikah. Pasti kamu akan di anggap sebagai pelaku cacat moral, wanita yang ga baik-baik. Dan pasti kamu akan di keluarkan dari sekolah."

"Jadi selama ini kamu anggap aku bukan wanita baik-baik gitu?"

"Engga. Aku hanya bicara tentang fakta. Kalo nantinya kamu ketahuan hamil, pasti nanti semua orang akan bicarakan kamu seperti itu. Iya kan?"

Lagi-lagi ucapan Lukas kepada Fiona membuat Fiona semakin sedih. Masalah diantara mereka berdua bukannya membaik tetapi semakin memburuk. Keduanya sama-sama memikirkan egonya masing-masing sehingga mereka berdua tidak bisa menemukan titik terang dari permasalahan mereka berdua.

Lukas memegang tangan Fiona kembali tetapi di tepis olehnya.

"Oke Fiona aku minta maaf atas ucapan aku barusan. Aku tau kalo ucapan aku tadi itu kasar. Tapi emang kenyataannya seperti itu. Sayang, aku janji, aku ga akan pernah tinggalin kamu. Kamu percaya kan sama aku?"

"Iya. Tapi gimana nasib bayi kita? Kalo nanti lama kelamaan perut aku membesar dan semua orang tau gimana?"

"Gimana kalo kita gugurkan bayi itu aja?"

"Apa? Di gugurin?"

"Iya Fiona. Kita udah ga ada jalan lain selain harus gugurin kandungan kamu itu. Dengan begitu, kamu bisa lanjutkan cita-cita kamu, sekolah kamu. Begitu pun dengan aku. Gimana?"

"Nanti aku pikirkan lagi ya."

"Yaudah. Sekarang sini."

Lukas merangkul tubuh Fiona dan membiarkannya bersandar di bahunya. Lukas juga memberikan pelukan untuk Fiona. Sekarang perasaan Fiona sudah sedikit membaik setelah kedatangan Lukas di hadapannya. Karena yang Fiona inginkan saat ini adalah Lukas selalu ada untuk dirinya.

"Kamu pikirkan ucapan aku tadi ya. Ini semua demi kebaikan kita. Dan aku ga akan pernah tinggalin kamu," ucap Lukas kembali yang hanya di balas dengan anggukan kepala oleh Fiona.

*******

Keesokan harinya, ketika Ibu dan Ayahnya sedang sibuk di Restaurant mereka, di rumah Fiona justru sibuk untuk menggugurkan kandungannya. Setelah memikirkan tentang menggugurkan anaknya itu, akhirnya Fiona memutuskan untuk mendengarkan saran dari Lukas. Semua cara dilakukan oleh Fiona. Mulai dari makan nanas, meminum jus pare, makan durian dan semua hal yang di larang oleh Ibu hamil sudah Fiona lakukan. Tetapi tidak ada perubahan apa-apa dari dirinya. Perutnya merasa baik-baik saja setelah Fiona melakukan itu semua.

Di dalam kamar mandi Fiona terdiam. Dia berpikir kenapa perutnya tidak sakit atau ada kontraksi sama sekali. Padahal semua larangan untuk Ibu hamil sudah dia lakukan.

"Kenapa perut aku rasanya baik-baik aja? Ga terjadi apa-apa. Ga keluar darah atau apa gitu? Padahal semua larangan yang di larang untuk Ibu hamil udah aku lakuin. Rasanya pingin ke Dokter kandungan untuk mastiin. Tapi aku ga berani untuk datang ke Dokter kandungan," pikir Fiona.

Kebetulan sekali sore ini Lukas akan tampil di salah satu Cafe yang berada dekat dari rumahnya. Fiona akan datang ke sana sekaligus untuk membicarakan tentang masalah kandungannya.

Fiona datang ke Cafe itu dengan menggunakan taksi online.

"Ini uangnya, makasih ya Pak."

"Sama-sama neng."

Setelah membayar ongkos taksi itu, Fiona langsung masuk ke dalam Cafe. Tanpa di sadari, handphone miliknya terjatuh. Untung saja ada orang baik yang menemukan handphonenya.

"Woy, ini handphonenya jatuh," teriak orang itu. Tetapi Fiona tidak mendengar teriakannya.

"Ga dengar lagi. Gua kejar aja kalo gitu."

Akhirnya orang itu mengejar Fiona untuk mengembalikan handphonenya. Tetapi ketika sedang mengejar Fiona, handphone Fiona menyala. Terdapat pesan masuk di handphonenya. Dengan tidak sengaja orang itu pun membaca pesan singkat yang masuk di handphone Fiona.

[Fiona kamu dimana? Nanti kita harus bicarakan tentang masalah kita berdua di belakang aja ya. Aku ga mau sampai ada orang lain yang dengar.]

"Masalah? Ada masalah apa mereka berdua? Kayanya besar banget masalahnya," pikirnya.

Tetapi setelah itu dia tetap mengejar Fiona dan akan mengembalikan handphone milik Fiona ke tangan Fiona.

"Eh tunggu. Ini handphonenya jatuh."

Fiona menengok ke arah orang itu. Seketika Fiona teringat sesuatu.

"Orang ini? Dia kan kakak kelas di sekolah dan dia sempat liat gua waktu gua beli test pack. Mampus. Apa dia tau kalo gua itu hamil?" pikir Fiona di dalam hatinya.

"Lu? Lu kan cewek yang waktu itu ketemu gua di..."

Belum selesai orang itu bertanya tetapi Fiona sudah memotongnya.

"Lu kenapa kejar-kejar gua? Ada yang penting?"

"Ini handphone lu jatuh. Makanya kalo bawa barang berharga itu di liat. Hati-hati."

"Iya. Makasih."

"Oh ya, sorry tadi gua ga sengaja baca pesan singkat yang masuk di handphone lu."

Fiona langsung mengecek handphonenya. Dan kebetulan sekali pesan singkat yang masuk di handphonenya itu dari Lukas. Fiona langsung panik karena takut orang itu mencari tahu atau bahkan sudah mengetahui masalah mereka berdua.

"Lu tenang aja. Gua orangnya ga pingin tau banget. Jadi santai aja. Apapun masalah kalian berdua dan sebesar apa masalah kalian berdua. Hadapilah. Jangan sembunyi-sembunyi terus kaya gitu. Karena lama kelamaan bangkai kalo di tutupi juga akan mencium juga baunya."

Lagi-lagi Fiona hanya terdiam. Dan justru doang itu mengeluarkan tangannya untuk saling berkenalan satu sama lain.

"Oh iya, gua Kendrick. Satu sekolah kan kita? Cuma beda angkatan aja."

Fiona pun mengulurkan tangannya juga ke Kendrick. Dan mereka sama-sama berjabatan tangan untuk saling berkenalan satu sama lain.

"Iya. Gua Fiona."

-TBC-