Davira kini memalingkan wajahnya. Tak ingin menatap sang mama yang kini memberi sorot teduh penuh pengharapan agar Davira mau kembali berbaik hati dan melonggarkan waktunya untuk sang papa.
"Davira sudah menjenguknya waktu itu. Mama bilang itu pertama dan terakhir, jadi jangan mengingkari janji. Davira membencinya," protesnya sembari menggerutu. Aneh! Sebab sang mama hanya diam. Tak menanggapi dengan kalimat cerewet untuk kembali memaksanya seperti kala itu.
Tatapan Davira kini kembali tertarik. Ditatapnya sang mama yang kini melukiskan wajah sedih. Davira tak bisa menebak keadaannya sekarang ini. Entah marah sebab ia kembali menolak, atau sedang merasa sedih sebab sesuatu sedang terjadi di luar kendalinya.
"Mama marah?"
Diana tersenyum ringan. Menggelengkan kepalanya kemudian mengusap puncak kepala sang putri. Ia menghela napasnya ringan. Menghirup kembali napasnya dalam-dalam dan mengembuskannya perlahan.
webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください