webnovel

Chapter 6 ( Ending Yg Menyentuh )

"Hebat juga ya!" seru suara dari belakang, saat aku telah berhasil menenangkan tante Liskani ke dalam kamarnya. Aku balas tersenyum perkataan itu.

"Apa maksud ucapan elo tadi? Elo bener udah relain semuanya?" tanyaku menanggapi hal yang lain.

Alexa mengangguk.

"Iya. Aku sudah merelakan semuanya. Ini memang sudah jadi takdir. Belakangan aku baru sadar kalau balas dendam dan saling membenci itu nggak ada gunanya sama sekali. Semua itu hanya sia-sia belaka," seru Alexa dibalik bayangannya yang samar.

Aku kembali menyunggingkan senyum penuh kebahagian padanya.

"Tapi napa elo masih juga di sini?" tanyaku heran setelah melihat Alexa tetap tidak menunjukkan tanda-tanda akan ke dunia lain.

"..." Alexa hanya diam.

Tiba-tiba pintu terbuka. Seorang pria baya berkacamata masuk. Ia melangkah masuk dan merasa heran atas kehadiran orang yang tidak dikenalnya, yaitu aku. Lalu dari sudut pandangku, aku menangkap sedikit kejangganjal pada Alexa yang saat itu juga berada di sisi yang lain.

Wajahnya menenggang. Dan kedua tangannya menutup mulutnya dengan tidak biasa. Terdengar sebuah nama dari mulutnya, "Bima?"

Aku spontan mengerti.

"Anda Tuan Bimantoro?" tanyaku pada pria itu dan ia mengganguk dengan bingung.

"Aku sepupu Mbak Alexa. Aku datang untuk menemui Tante Liskani. Dia sekarang sedang istirahat di kamarnya," kataku menjelaskan.

Bima mengangguk mengerti.

Ternyata semenjak kematian Alexa, Bima kelap kali rajin berkunjung ke rumah Tante Liskani untuk sekedar menemani mertuanya yang sering sendirian karena ditinggal oleh suaminya ke luar kota. Seperti yang terjadi, Bima ternyata juga ikut mempersalahkan dirinya sendiri atas kematian Alexa. Menurutnya semua ini tidak harus terjadi kalau saja ia tidak menikah dengan Alexa, yang kini sudah jadi almarhum istrinya.

Dasar! Kenapa sih semua harus mempersalahkan diri mereka sendiri untuk masalah ini?!

Untungnya, sekarang Bima sudah bisa meng-ikhlaskan semua ini dengan lebih berlapang dada. Baginya ini sudah jadi suratan takdir. Dan Tuhan telah menentukannya. Kita tidak bisa berkata apapun jika Ia sudah berkehendak.

"Lalu kenapa Mas keliatan masih sedih?" tanyaku.

Mas Bima tersenyum milis, "Masih ada hal yang belum sempat aku sampaikan pada Lexa. Dan aku ingin sekali dia mendengar hal itu."

Alexa yang sudah sejak tadi duduk manis, eh, salah.. melayang manis disampingku mulai menunjukkan sikap ketertariknya, pada apa yang ingin dikatakan Bima barusan. Alexa memaksaku untuk bertanya.

"Boleh aku tahu apa itu, Mas?"

"Bukan sesuatu yang rahasia sebenarnya," jawab Bima, "Aku hanya ingin mengatakan kalau aku.. 'Aku sangat mencintainya'. Ya, sangat mencintainya. Bahkan dari awal pertama kali kami bertemu, hingga detik ini juga, aku masih sangat mengharapkannya. Ia gadis yang sangat luar biasa. Walau ia tak pernah mencintaiku, walaupun kami juga sering sekali bertengkar, tapi sampai kapanpun Lexa tidak akan pernah tergantikan."

Airmata Alexa seketika mengalir. Entah itu ungkapan perasaan haru, rasa bersalahnya, atau rasa tidak percayanya, dan bahkan ungkapan penyesalan serta rasa terimakasihnya. Aku tidak tahu. Tapi kemudian aku mulai mengatakan sesuatu pada Mas Bima secara spontan. Kata-kata ini muncul begitu saja tanpa disadari.

"Aku yakin, Mas. Mas Bima juga punya tempat di ruang hati Mbak Alexa yang terdalam."

Perlahan sosok samar itu menghilang kemudian lenyap. Aku yakin tak perlu mencarinya lagi karena apa yang sebenarnya ia cari telah ia temukan. Apa keinginan terdalamnya yang bahkan tidak ia sadari telah tercapai. Mengutarakan apa yang sebenarnya ia rasakan pada orang yang paling berarti dalam hidupnya. Juga mendengar sendiri dari mulut orang yang berarti itu mengenai dirinya.

Cinta memang sesuatu yang rumit. Bahkan tanpa kita sadari sebelumnya cinta itu telah hadir dalam hati kita, walaupun terlambat. Tapi cinta sesungguhnya bukan soal waktu, melainkan soal hati yang selalu ikhlas dan menerima.

Ini menjadikanku pelajaran penting. Manusia sering kali mengejar dan mencari kebahagiaannya sendiri sejauh mata memandang. Tapi mereka tidak menyadari, bahwa sebenarnya kebahagiaan itu ada dan akan selalu hadir di sekeliling mereka. Bahkan kebahagian itu begitu dekat tanpa bisa mereka sadari. Inilah hal yang ingin kusampaikan.

***