webnovel

Perang Dingin (5)

"Kamu, Put." sapa Randy. "Ada perlu apa? Baru aja aku mau ke bawah."

'Apa? Kak Randy mau ke bawah? Jangan-jangan dia mau bertemu Ditya.' kata Putra dalam hati.

"Hm.. Kak, bagaimana kalau kita minum kopi atau teh bareng? Malam ini cuacanya dingin sekali. Lebih bagus lagi kalau ada yang jual wedang jahe." ajak Putra berusaha mengalihkan perhatian Randy.

"Tapi..." Randy ragu. Bagaimanapun dia sudah berjanji pada Ditya akan menemuinya.

"Kenapa kak? Apa kakak udah punya janji dengan orang lain?" tanya Putra dengan menekankan kata-kata terakhirnya.

Randy terlihat bingung. Kalau dia mengatakan dia ada janji dengan Ditya, Randy takut Ditya akan mendapatkan kesulitan.

"Ok, ayo kita cari warung disekitar sini." Akhirnya Randy menyetujuinya.

Mereka pun pergi mencari warung terdekat dan memesan dua gelas kopi susu.

"Kakak tadi datang jam berapa?" tanya Putra.

"Sekitar jam 1."

"Oh, aku dengar tadi kakak sempat mampir ke barak perempuan ya."

'Ayo, Putra. Kamu harus nanya ke Kak Randy mengenai hubungannya dengan Ditya!' batin Putra.

"Iya. Aku pikir kalian ada disana, biasanya kan kalau jam makan kalian keluyuran ke barak perempuan cari makanan." kata Randy.

"Oh begitu."

"Tadi sepertinya ada yang mau kamu sampaikan ke aku." kata Randy lagi.

"Oh, itu kak.."

'Ayo Putra. Kamu harus tanya...' perintah Putra dalam hatinya. Namun apa yang keluar dari mulutnya selaku berbeda dengan kata hatinya.

"Itu.. Aku mau minta pendapat kakak kira-kira pas di POS nanti aku harus bagaimana ya?" tanya Putra seperti orang bodoh.

Randy merasa terkejut dengan pertanyaan Putra. Dia cukup mengenal Putra dengan baik. Putra merupakan orang yang sangat aktif dalam berorganisasi. Jadi, seharusnya dia sudah paham mengenai apa yang harus dia lakukan. Namun bagaimanapun juga Randy tetap memberi masukannya untuk Putra.

Disisi lain Putra merasa dirinya sangat bodoh. Setiap kali dia ingin menanyakan hubungan Randy dan Ditya, justru hal lain yang dia tanyakan.

Ketika mereka berbincang-bincang, terdengar bunyi notifikasi dari handphone Randy. Ternyata itu dari Ditya.

"Sebentar ya, Put, aku balas pesan dulu." kata Randy.

Putra mengangguk. Kira-kira pesan dari siapa ya, batinnya.

✉️ Kak Randy jadi ke bawah nggak? Kok belum kelihatan juga.

📤 Maaf ya Dit, sepertinya aku nggak jadi ke bawah soalnya tiba-tiba ada urusan. Kamu makan duluan aja.

✉️ Memangnya kakak udah makan?

📤 Disini ada warung kok, nanti aku makan. Kamu jangan tidur larut malam ya. Jam 12 kan kamu harus bangun lagi.

✉️ Roger that, Sir! 👮

Tanpa disadari, Randy tersenyum dan terlihat senang saat membalas pesan Ditya. Mau tidak mau hal ini makin membuat Putra penasaran siapa orang yang mengirim pesan itu.

"Kak Randy kelihatannya senang sekali. Pasti itu pesan dari pacarnya ya?" pancing Putra.

Randy tersenyum lagi. 'Aku bahkan nggak pernah merasa seperti ini ketika punya pacar dulu.' batin Randy.

"Ini bukan dari pacar kok." jawab Randy, tiba-tiba raut wajahnya sedikit kecewa. "Kamu nggak istirahat, Put? Bukankah kalian ada agenda jam 12 malam?"

"Iya, Kak. Kakak nggak istirahat juga?" Putra ingin memastikan kalau Randy tidak akan ke bawah.

"Aku juga mau istirahat." aku Randy.

"Ok, kalau begitu aku pamit ke bawah ya, kak. Maaf udah ganggu waktu kakak." ujar Putra merasa lega.

"It's Ok."

Akhirnya baik Putra, Randy, dan Ditya kembali ke barak mereka masing-masing dan pergi tidur.

Tiga jam kemudian, para senior mulai membangunkan mereka semua. Mereka disuruh berganti pakaian menjadi Hitam-Putih dan membawa perlengkapan seperti papan nama, topi yang terbuat dari kertas berbentuk segitiga, senter, buku dan pulpen. Lalu mereka berkumpul di lapangan dan berbaris sesuai kelompok masing-masing. Di sana hanya tersisa beberapa senior saja. Mungkin yang lainnya sudah pergi menuju pos masing-masing.

Setelah semua berkumpul, Kak Silva dan Kak Lani memberikan pengarahan kepada mereka.

"Baiklah, sekarang kita akan mulai agenda Jelajah Malam. Masing-masing kelompok akan dipersilahkan pergi setiap 5 menit sekali." jelas Kak Silva.

"Kalian harus mengikuti jejak yang kami tinggalkan di sepanjang jalan berupa tali berwarna hitam yang sudah kami ikat di beberapa batang pohon atau kayu. Itu adalah petunjuk pertama untuk mencapai Pos 1. Apa ada pertanyaan?" tanya Kak Lani.

"Nggak kak." jawab mereka serempak masih dengan nada mengantuk.

"Baik. Kelompok pertama silahkan berangkat." perintah Kak Silva menunjuk ke kelompok Yuni dan teman-temannya.