webnovel

Dia Sangat Menyebalkan (3)

Randy tiba-tiba merasa terpuruk. Ini memang bukan kali pertamanya ada seseorang yang menyukai Ditya. Tapi Randy belum pernah merasa sekacau ini karena Ditya bahkan tidak pernah membahas atau menyadari hal tersebut.

Tapi hari ini berbeda. Ini pertama kalinya Ditya bercerita dan merasa terganggu oleh seorang laki-laki. Bukankah itu berarti Ditya menganggap hal ini penting, pikir Randy.

"Apakah kamu jatuh cinta pada lelaki ini tanpa kamu sadari, Ditya? Ya ampun, kenapa aku jadi merasa takut kehilangan dia? Aku takut seseorang merebut dia dari sisiku. Padahal aku bukan pacarnya. Aku hanya seorang kakak yang bahkan tidak memiliki hubungan darah sama sekali dengannya." Randy berbicara pada dirinya sendiri.

"Ini pasti karena aku sudah terbiasa dengan Ditya. Jadi aku takut kalau Ditya nggak membutuhkan aku lagi karena sudah memiliki pacar. Ya, pasti karena itu." Randy berusaha meyakinkan dirinya sendiri.

"Tapi bukankah aku seharusnya merasa senang kalau Ditya sudah menemukan laki-laki yang tepat dalam hidupnya? Tapi kenapa yang aku rasakan justru sebaliknya? Atau jangan-jangan . . ." Randy terhenti sejenak. Menimbang apakah yang dia pikirkan ini masuk akal. " . . . aku sudah jatuh cinta pada Ditya?"

-- Malam hari di kontrakan Ditya --

Malam ini, Ditya dan kawan-kawan sibuk mempersiapkan segala sesuatu yang harus dibawa besok. Sayangnya mereka tidak tergabung dalam satu kelompok. Selesai mengepak barang, Ditya masuk ke kamar Yuni dan melihat mereka semua sedang berkumpul disini untuk menonton sebuah drama Korea berjudul "The Last Empress".

"Hei, Dit. Kamu udah selesai packing?" tanya Anisa.

"Udah." jawab Ditya sambil menonton drama tersebut.

"Dit, besok kan kita akan terpisah. Please, ya, kamu jangan membuat masalah lagi dengan Kak Putra. Karena kalau sampai dia marah, nggak akan ada orang yang akan membela kamu." ucap Niar tulus.

"Iya, Dit. Lagipula kenapa kamu sampai bisa sebenci itu sih, sama dia?" tanya Triana heran.

"Aku nggak benci sama dia, aku hanya nggak suka."

"Ya.. ya.. ya.. kamu udah sering mengatakan hal itu." kata Yuni.

"Nggak suka sama benci itu beda loh." Ditya mencoba membela diri.

"Begitu juga benci dengan cinta. Kamu jangan terlalu nggak suka sama dia. Nanti lama-lama jadi benci." kata Triana.

"Dan akhirnya jadi cinta, deh!" ledek Anisa. Mereka semua tertawa kecuali Ditya.

"Really? That wouldn't happen. Never!" jelas Ditya.

"Dit, kamu tau nggak? Kak Putra itu selain aktif di musik, tapi dia juga aktif di BEM. Banyak mahasiswa baik yang seangkatan sama dia atau dengan kita yang mengagumi dia dan berlomba-lomba untuk menjadi pacarnya." kata Anisa.

"Ya benar. Yang aku tahu, selama disini dia pernah dua kali pacaran, dan dua-duanya, perempuannya duluan yang menyatakan perasaan mereka ke kak Putra." tambah Triana.

"Berarti, awalnya Kak Putra nggak suka sama mereka?" tanya Niar.

"Mungkin." jawab Yuni.

"Kalian mau bertaruh nggak?" tanya Ditya.

"Apa?" tanya Anisa.

"Aku bisa membuat dia suka sama aku!" tegas Ditya.

"Apa?" Sontak Niar dan yang lainnya terkejut dengan pernyataan Ditya.

"Dia? Siapa yang kamu maksud, Dit?" tanya Niar lagi.

"Kak Putra." jawab Ditya datar.

"Wah, mulai nggak waras nih, Ditya. Bukannya kamu bilang kamu nggak suka sama dia?" kata Anisa.

"Benar. Aku kan bilang kalau aku akan membuat dia suka sama aku, bukan sebaliknya. Minimal dia akan merasa penasaran sama aku." Ditya coba mengoreksi pemahaman teman-temannya.

"Tapi untuk apa kamu melakukan hal itu kalau kamu nggak suka sama dia?" tanya Triana bingung.

"Untuk menunjukkan kepada dia bahwa nggak semua wanita yang ada di muka bumi ini bisa jatuh cinta dan tergila-gila sama dia. Dan nggak semua wanita yang dia suka juga memiliki perasaan yang sama terhadapnya." ungkap Ditya.

"Duh, jangan main api deh, Dit." saran Yuni.

"Kalian tenang aja. Kita lihat nanti, siapa yang jatuh cinta pada siapa terlebih dahulu." ucap Ditya.

Keempat temannya hanya bisa pasrah mendengar pernyataan Ditya. Mereka hanya takut nantinya Ditya akan terluka karena ulahnya sendiri.

Mohon maaf karena beberapa bab terakhir ini terlalu sedikit karena mempertimbangkan pembagian setting dan moment dalam cerita. Semoga chapter berikutnya bisa lebih panjang untuk memenuhi keinginan para pembaca. Terima kasih atas sarannya ?☺️

rheditya18creators' thoughts