webnovel

LOVE NEVER ENDING

Fernando, pria yang dijuluki sebagai pangeran es di sekolah Merry ternyata adalah anak dari siluman naga dan manusia biasa. Merry dan Fernando yang pada awalnya tidak memiliki rasa kini mereka menjalin cinta yang tidak mungkin dilanjutkan. Fernando yang sudah dijodohkan dengan teman masa kecilnya yang adalah siluman ular, harus menikah dengan Elsha demi menyelamatkan nyawa ibunya, sedangkan Merry jika ia berani melanjutkan hubungan dengan Fernando akan ada konsekuensi yang harus ditanggung. Apakah yang harus dipilih oleh pasangan ini? melanjutkan hubungan atau harus mengakhirinya?

agnes_riana · ファンタジー
レビュー数が足りません
57 Chs

SEBUAH RASA

Bertemu denganmu adalah sebuah anugerah, mengenalmu adalah suatu keindahan dan mencintaimu adalah hadiah terindah dalam hidupku. Cinta yang sederhana ini ingin kulukiskan hanya berdua saja denganmu, cintaku, nagaku.- Indahnya Cinta.

Sambil menunggu seseorang, Fanda tertawa geli melihat status Merry yang barusan dipasang,

'Hmm ini pasti dari novel kesayangannya itu.' Batin Fanda.

Fanda yang menggenakan dress bewarna kuning dan sepatu sandal yang serasi dengan bajunya, duduk di sebuah kafe, sambil mengaduk-aduk gelas tehnya, Fanda mulai menenangkan diri agar tidak gugup dan salah tingkah ketika bertemu dengan seseorang.

Sepuluh menit kemudian datanglah seseorang yang sudah berjanji dengannya untuk bertemu diam-diam tanpa diketahui Merry.

"Hai Fan, sudah lama?" Sapa Andrew dengan kaos putih bergambar harimau dan celana blue jeansnya.

"Aku baru saja sampai," Jawab Fanda dengan senyum manisnya.

"Fan, terima kasih sudah mau meluangkan waktumu untuk bertemu denganku," ucap Andre sambil memesan minuman.

Fanda membalasnya dengan senyuman yang sengaja dibuat agar tidak terlihat tegang ataupun gugup.

"Aku mau minta tolong Fan, apa kamu bisa membantuku untuk balikan dengan Merry?"

Andrew tidak berbasa-basi lagi, sifatnya yang tegas dan langsung pada tujuan itulah yang membuat Fanda sedikit kagum dengan mantan kekasih sahabatnya.

Walaupun sedikit kecewa, Fanda berusaha tetap tenang menjawab pertanyaan Andrew. "Apa kamu bisa berjanji untuk tidak menyakiti sahabatku lagi?"

Andrew dan Merry adalah pasangan paling sempurna di sekolah, mereka sama-sama pintar, baik hati, dan ramah, Andrew yang juga menjabat sebagai ketua osis di kelas dua dan Merry yang adalah bendahara osis saling menjalin hubungan, namun hubungan mereka tidak bertahan lama, hanya delapan bulan dan akhirnya putus. Banyak siswa dan siswi yang terkejut jika hubungan mereka berakhir begitu saja. Baik Merry maupun Andrew tidak menyebutkan alasan mereka putus, bahkan terhadap Fanda, sahabatnya, Merry hanya mengatakan bahwa ia sudah tidak cocok dengan Andrew.

Berbeda dengan Merry, Andrew sangat terpukul dengan berakhirnya hubungan ini, dan masih belum bisa menerimanya, karena itu Andrew meminta tolong kepada sahabatnya Merry untuk membantunya balikan dengan Merry, karena bagi Andrew, Merry adalah wanita yang sempurna untuk menjadi pasangannya.

"Aku janji tidak akan menyakiti Merry dan mengulangi kesalahan yang sama, karena itu tolong aku Fan, hanya kamu satu-satunya harapanku untuk bisa bersama Merry. Aku mohon Fan," Ucap Andre yang memohon seperti anak kecil.

"Sebelum itu, aku ingin tahu, alasan sebenarnya mengapa kalian putus? Aku tahu bahwa Merry bukan tipe orang yang akan mengakhiri hubungan dengan begitu mudah,"

Andrew tersenyum sambil mengangkat kepalanya, menatap serius wajah wanita dihadapannya.

"Jika Merry tidak menyebutkan alasannya, itu karena memang hanya menjadi rahasia diantara kita, tetapi aku hanya bisa memberitahu ini padamu sebagai sahabat Merry, kami putus karena kesalah pahaman yang sederhana, agar Merry dan aku tidak malu, kami berjanji untuk merahasiakannya. Aku harap kamu sebagai sahabat Merry mengerti dan tidak mengatakan apapun kepada Merry tentang ini, karena aku tidak mau Merry semakin marah dan menjauhiku."

Tatapan Andrew berubah menjadi sedih, perlahan-lahan tangan Andrew menyentuh tangan Fanda, yang membuat jantung Fanda berdetak kencang.

"Fan, tolong aku,"

Hati Fanda langsung meleleh melihat wajah Andrew, ia tahu ini sebuah kesalahan jika meneruskan kesepakatan dengan Andrew, Merry sudah mengatakan ribuan kali jika ia membenci Andrew, dan tidak akan pernah balikkan dengan Andrew, tetapi hati Fanda sungguh tak kuasa menolak keinginan Andrew.

"Aku akan membantumu, tapi kamu tahu Merry itu anak yang pintar, dan aku tidak bisa membantumu secara langsung, aku hanya bisa membantumu secara perlahan-lahan."

Fanda memberanikan diri untuk menatap wajah Andrew.

Mendengar ucapan Fanda, Andrew yang sangat senang mengenggam erat tangan Fanda, "Betul Fan, Terima kasih Fan, kamu sungguh temanku yang baik, aku janji tidak akan mengecewakan Merry. Terima kasih Fan,"

Hati Fanda semakin berdebar dengan kencang, namun ia hanya bisa menyembunyikan perasaannya, dan berusaha melupakan perasaannya yang semakin menyukai Andrew.

***

Jam sudah menunjukkan pukul 19.00 WIB. Selesai mandi, Fernando segera turun ke ruang makan, disana ibu Fira sudah menyiapkan tiga buah ayam goreng. Karena hanya tinggal berdua saja dengan anaknya, maka sudah menjadi kebiasaan bagi ibu Fira hanya menyiapkan sedikit makanan saja.

"Sayang kamu sudah turun? Itu ayamnya segera diambil."

"Sini ma, biar aku ambilkan nasi untuk mama, mama duduk saja." Nando segera mendorong kursi roda mamanya menuju ke meja makan.

"Seperti biasa ya sayang." Jawab ibu Fira.

"Ini ma nasinya. Mama makan sedikit seperti ini jelas saja tidak bisa gemuk." Nando segera mengambil dua buah ayam untuknya dan sebuah ayam untuk mamanya.

"Hahaha kalau mama gemuk, nanti papamu kaget melihat mama." Canda ibu Fira.

Berbeda dengan Fernando di sekolah, Fernando di rumah memiliki sifat yang sangat menyanyangi mamanya. Ia sangat penurut, bahkan karena sayangnya, ia tidak pernah membantah mamanya, dan selalu berusaha untuk menyenangkan hati mamanya. Kepribadian Fernando sangat bertolak belakang ketika ia di sekolah, ada sesuatu yang membuat Fernando harus bersikap kejam terhadap teman-teman wanita di sekolah, dan yang mengetahui hal itu hanya Fernando dan ibu Fira saja.

Selesai makan malam, Fernando segera membereskan piring dan mencucinya di dapur.

"Sudah selesai sayang?" Tanya ibu Fira sambil menonton televisi.

"Iya, mama sedang lihat apa?" Nando segera duduk di sofa hitam.

"Nando, cewek tadi kalau tidak salah namanya Merry ya? Dia sangat tidak suka terhadapmu, sampai mengejek kamu dalam hatinya hahaha.."

"Mama mendengarnya?" kini Fernando yang terkejut, karena mamanya jarang sekali membaca pikiran orang.

"Saat kamu melarang mereka masuk kerumah, ekspresi wanita itu segera berubah menjadi marah dan tersinggung. Lagipula kamu juga salah sayang, lain kali kalau ada tamu, disuruh masuk saja, jangan habis datang mengerjakan tugas, kamu langsung mengusir mereka, itu tidak sopan." Ejek ibu Fira terhadap anaknya.

"Dia memang gadis yang menjengkelkan! Sengaja berbohong jika dirumahnya tidak ada taman, cewek macam apa yang tidak suka berkebun!" gerutu Nando.

Ibu Fira tertawa mendengar ucapan anak semata wayangnya, "Nando, apa kamu lupa wanita di dunia manusia apalagi gadis dewasa lebih suka ke mall dan bermain bersama teman, berbeda dengan gadis dari dunia kita yang lebih suka berkebun, hahaha seandainya papamu ada disini dia pasti tertawa."

Nando menghela nafas panjang, "Sebentar lagi papa pulang, jadi mama tidak perlu khawatir."

"Iya sayang, tepat pada malam hallowen, mama sungguh merindukan papamu, oh ya bukankah kamu ada acara sekolah, tidak apa-apa kalau kamu mau pergi, papamu bisa menunggu kok sampai kamu pulang."

"Tidak perlu ma, lagipula aku tidak tertarik dengan acara hallowen di sekolah. Aku balik ke kamar dulu, mau mengerjakan tugas." Ucap Nando dan ibu Fira menjawab dengan senyuman manis.

***

Pelajaran olahraga dimulai, kali ini guru olahraga membagi murid dalam beberapa tim, yang berjumlah enam orang untuk bertanding bola voli. Murid-murid dibagi tim berdasarkan hitungan sesuai posisi baris mereka, tentu saja Fanda dan Andrew yang sudah mengetahui kebiasaan guru voli segera berada pada hitungan dimana mereka bisa satu kelompok dengan Merry.

Hasilnya Merry, Fanda, dan Andrew satu kelompok dan kelompok mereka melawan kelompok Fernando dan Novi.

"Mer, kita satu kelompok," sapa Andrew yang mendekati Merry.

Merry hanya membalas sapaan Andrew dengan senyuman datar, namun ketika ia mau pergi tiba-tiba Fanda mendorongannya maju agar lebih dekat dengan Andrew, "Yey, kita satu kelompok."

"Hahaha…" Jawab Merry dengan perasaan agak sedikit kesal, tentu saja Merry kesal karena harus satu kelompok dengan mantan pacarnya.

Pertandingan voli dimulai, Andrew dengan kehebatannya mulai menyerang pihak lawan, banyak para gadis berteriak histeris melihat kepandaian Andrew yang bermain bola voli.

Para siswi yang hanya menonton ikut-ikutan berteriak menyoraki permainan Andrew yang begitu keren. Karena terlalu semangat dan ingin terlihat hebat dihadapan wanita yang ia sukai, tanpa sadar Andrew salah memukul bola hingga arah pukulan bola berbelok menuju Novi, bola yang terlanjur dipukul dengan keras dan kecepatan tinggi, bergerak cepat menuju kearah wajah Novi dan tidak mungkin bagi Novi untuk menghindari bola tersebut, namun tiba-tiba, Fernando berlari sangat cepat kearah Novi dan mendorongnya ke kanan serta menangkis bola voli dengan tangan kirinya.

Semua murid yang melihat sangat terkejut, kemudian mereka bertepuk tangan kagum. Fernando mendatangi Novi yang masih terkejut,

"Kamu tidak apa-apa?" Tanya Fernando.

Melihat Novi yang belum bisa memberi respon karena terkejut, Fernando segera meminta guru menghentikan permainan.

Sementara Andrew yang merasa bersalah, membantu Novi untuk dibawa ke UKS.

Pertandingan voli dilanjutkan oleh kelompok lain, sementara kelompok yang sudah bertanding lebih dahulu, diperbolehkan untuk istirahat.

"Mer, mau ke kantin?" Tanya Fanda.

"Tidak, aku mau ke kelas ambil minum." Jawab Merry.

"Baiklah aku tunggu di kantin." ucap Fanda dan Merry mengangguk setuju.

Saat Merry berjalan menuju kelas, tanpa sengaja ia bertemu dengan Fernando. Wajah Fernando seperti biasa terlihat dingin dan tanpa ekspresi, Merry berusaha ingin menyapanya, namun mulutnya seperti terkunci rapat. Saat Fernando berpapasan dengan dirinya, Fernando mengatakan sesuatu.

"Kerja kelompok kita tunda besok."

"Mengapa? Apa karena Novi?" Merry yang sadar dengan ucapannya segera mengalihkan pembicaraan, "Ah.. mak..maksudku bagaimana keadaan Novi? Apa dia baik-baik saja?"

Fernando hanya menatapnya dengan tatapan dingin, dan berkata, "Bukan urusanmu."

Fernando segera melangkah pergi.

'Sebenarnya siapa kamu? Kadang kamu bisa melindungi wanita tetapi disisi lain mengapa kamu begitu kejam terhadap wanita?' Ucap Merry dalam hati.

***

Ditengah hujan salju yang semakin lebat, aku berusaha menguatkan diriku untuk menunggumu, malam semakin larut, air mataku mulai membeku, namun kamu tak kunjung datang. Dimanakah kamu sayangku? Aku sangat merindukanmu. – Kerinduan yang terdalam

Sambil menunggu hujan reda, Merry sengaja duduk di bangku yang dekat dengan UKS dan membaca novel kesayangannya, saat asik membaca, tiba-tiba Fanda mengirim pesan kepadanya bahwa ia tidak bisa pulang bersama karena ada urusan mendadak.

Merry yang tidak membawa payung, terpaksa menunggu, tiba-tiba datanglah Andrew.

"Sendirian Mer, dimana Fanda?" Sapa Andrew.

"Iya, Fanda ada urusan mendadak." jawab Merry singkat.

"Karena hujan, latihan basket hari ini dibatalkan, mau pulang bersama? Aku bawa jas hujan yang cukup untuk kita berdua," ajak Andrew.

Merry membalas ajakan Andrew dengan senyuman, "Aku tidak bawa helm, tidak apa-apa kamu pulang duluan saja, lagipula aku ingin membaca novel disini, kalau di rumah aku sudah tidak ada waktu."

Andrew yang paham bahwa Merry sengaja menolaknya, tidak bisa berkata apa-apa lagi,

"Baiklah aku duluan, kamu hati-hati," Andrew melambaikan tangan dan Merry membalasnya.

Bagiku, kamu tetap kekasih yang terbaik, meskipun ada saat dimana kita tidak bisa jalan bersama karena hujan, tapi kita masih bisa terbang bersama melihat langit yang indah, hujan membuatmu tidak bisa menyembunyikan wujud aslimu, karena itu mari bermain bersama hujan – Hujan cinta.

Tidak terasa satu jam telah berlalu, hujan sudah mulai sedikit berkurang, meskipun masih rintik-rintik.

"Kalau aku menerjang hujan, lumayang juga, pasti akan basah dan sakit, apa aku tunggu sedikit lagi ya?" gumam Merry.

Karena bosan menunggu hujan, Merry memutuskan untuk pergi ke perpustakaan sekolah yang ada di lantai dua, tidak disangka Fernando juga berada di perpustakaan dan sedang mengerjakan sesuatu.

"Fernando, kamu belum pulang?" Sapa Merry.

"Kenapa kamu ada disini?" Tanya Fernando yang terkejut dengan keberadaan Merry.

"Aku menunggu hujan reda, lagipula aku tidak membawa payung, kalau kamu?" Jawab Merry yang duduk di hadapan Fernando.

"Mencari data untuk penelitian." ucap Fernando yang seakan tidak mempedulikan keberadaan Merry.

Merry yang sedikit kesal segera memukul pergelangan tangan Fernando, yang membuat Fernando menatap Merry dengan tatapan jengkel.

"Hai, kalau tugas kelompok bukannya lebih baik dikerjakan bersama, mengapa kamu mengerjakan sendiri?!"

Fernando segera menarik tangannya dan berkata, "Besok akan kukatakan tentang hasil yang aku cari, lagipulan itu ada payung, kamu bisa pinjam dan pulang."

Fernando kembali menundukkan kepalanya untuk mengerjakan tugas.

Kejengkelan Merry terhadap Fernando semakin bertambah, Saat dia hendak berkata, tiba-tiba penjaga perpustakaan datang, "Kalian berdua, perpustakaan mau ditutup, karena sudah sore."

"Pak apakah saya bisa meminjam payung yang ada disini? Saya tidak bawa payung, besok akan saya kembalikan." ucap Nando sambil membereskan barangnya.

Penjaga perpustakaan yang terkenal baik hati, mengangguk setuju, dan Nando membawa payung tersebut. Ketika sampai di teras sekolah, hujan masih rintik-rintik.

"Pulang duluan sana," Nando memberikan payung bewarna kuning polos kepada Merry, tentu saja dengan tatapan dinginnya.

"Kamu tidak pulang?" Tanya Merry yang sedikit kesal sambil membuka payung.

"Bukan urusanmu."

Merry mengernyitkan dahi, "Jangan-jangan kamu takut air hujan dan berubah menjadi naga." ledek Merry sambil meninggalkan Fernando sendirian, dan tidak melihat betapa terkejutnya wajah Fernando saat mendengar ucapannya.

***

Hujan tidak berhenti sejak siang hari dan ketika menjelang pukul 18.00 WIB, Fanda mengajak Merry untuk pergi jalan-jalan ke salah satu mall favorit Merry, awalnya Merry sangat malas, tetapi karena Fanda sangat memaksa akhirnya Merry menyetujui permintaan sahabat baiknya.

Dengan mengenakan dress mini bewarna putih, dan sepatu sandal yang serasi dengan dressnya, Merry menemui Fanda yang sudah dari tadi menunggunya.

"Ayo Mer kita ke tempat itu," gandeng Fanda.

"Kamu ini hujan-hujan, masih mengajak ke mall, dasar!" keluh Merry.

Fanda sangat tahu bahwa sahabatnya paling malas untuk pergi keluar rumah apalagi jika hujan, bagi Merry lebih baik membaca novel di rumah daripada jalan-jalan di luar. Setengah jam berlalu, Fanda dan Merry lagi-lagi membeli baju kembaran, saat tengah menuju ke tempat makan yang ada di mall, tanpa sengaja mereka bertemu dengan Andrew.

"Hai, kalian juga ada disini?" sapa Andrew.

"Wah kebetulan banget Ndrew, kamu sendirian?" Tanya Fanda.

"Iya, apa aku boleh gabung dengan kalian?" Tanya Andrew.

"Ayo, gabung aja,kita mau cari makan," ucap Fanda, dan Andrew mengangguk setuju.

Andrew sengaja duduk tepat di depan Merry, sementara Fanda duduk di sebelah Merry.

Seperti bisa membaca perbuatan sahabatnya, Merry berkata, "Ayo Fan cari makan."

"Biar aku saja Mer yang belikan makanan, kamu duduk saja," ucap Fanda sambil berdiri.

Wajah Merry mulai terlihat kesal, "Fan, aku tidak mau berdebat denganmu, kalau kamu mengajakku ke mall untuk hal yang tidak penting, aku pulang sekarang!" Merry berdiri meninggalkan Andrew juga Fanda.

Andrew segera menarik tangan Merry, "Mer, kamu jangan salah paham, aku dan Fanda tidak merencanakan apa-apa."

Merry langsung melepaskan tangannya dari genggaman Andrew, "Ndrew, aku mohon tolong jangan ganggu aku lagi!" Merry menatap tajam mata mantan kekasihnya dan segera meninggalkannya.

Kepergian Merry membuat Andrew naik darah, dan ia langsung membentak Fanda didepan umum,

"Kamu kenapa tidak mau membantu aku?! Kalau kamu bisa ter;ihat lebih netral, tentu Merry tidak akan tahu! Haizz gagal rencanaku hari ini gara-gara kamu!"

Andrew berlalu pergi meninggalkan Fanda sendirian yang mulai berkaca-kaca.

'Ndrew, seandainya kamu sadar kalau Merry memutuskanmu karena sifatmu itu, apa kamu bisa terima? Dan bukannya kamu sudah tahu kalau Merry paling benci keluar jika hujan, kenapa kamu memaksa Merry keluar disaat hujan deras?'

Fanda segera berlari kekamar mandi, air matanya sudah tidak dapat terbendung.

Sementara itu Merry yang masih jengkel, berusaha untuk menenangkan perasaannya. Ia tidak menyangka sahabatnya tega berbuat seperti itu padanya, meskipun ia tidak mengatakan secara rinci alasan putus, tetapi Fanda mengetahui bahwa Andrew adalah pria yang tidak benar.

Sambil memandang rintikan hujan di jendela mobil taksi online tanpa sengaja, Merry melihat seorang yang sangat dikenalnya sedang menunggu di pos satpam sekolah.

"Pak, bisa tolong berhenti sebentar?" ucap Merry.

"Maaf non, kalau saya berhenti, nanti saya kena denda." ucap pengemudi tersebut.

"Baiklah pak, saya turun disini saja." Merry mengeluarkan uang juga payung kecil yang ada di dalam tasnya, dan berlari menemui pria tersebut.

"Nando, kenapa masih disini?" Tanya Merry.

Fernando yang tengah melamun, sangat terkejut melihat Merry dihadapannya.

"Mengapa kamu ada disini?"

"Aku baru pulang dari mall, dan begitu lewat sini, aku melihat kamu, kenapa tidak pulang?"

"Bukan urusanmu aku pulang jam berapa," jawab Fernando ketus.

Merry yang sudah tidak tahan dengan perbuatan teman sekelasnya segera menarik tangan Fernando,

"Ayo pulang sekarang, ibumu pasti mencarimu dan khawatir! Apa kamu benar-benar takut air hujan?!"

'Bagaimana jika jawabannya adalah iya, karena wujud asliku yang adalah naga akan terlihat jelas olehmu dan semua orang disini.' Ucap Nando dalam hati.

Ketika air hujan hendak mengenai tangannya yang ditarik oleh Merry, dengan cepat Fernando segera melepaskan tangannya dari Merry.

"Aku pinjam payungmu, sekarang aku akan pulang!"

Saat hendak memesan taksi online, Handphone Merry yang kehabisan daya langsung mati seketika itu juga.

"Tidak… kenapa harus mati disaat seperti ini? Ndo kamu ada aplikasi online?"

"Tidak ada, lagipula kenapa kamu turun dan menemuiku?"

"Ah.. sudahlah terus sekarang aku pulangnya bagaimana?" ucap Merry jengkel.

Meskipun masih gerimis kecil, udara terasa cukup dingin, tidak mungkin mereka berdua berdiam diri. Memandang wajah Merry yang terlihat kedinginan, hati Nando mulai merasakan sebuah debaran.

"Aku antar kamu pulang, tapi kamu mau tidak jalan kaki sampai rumahku?"

"Rumahmu dekatkan?" Tanya Merry yang mulai kedinginan.

"Hanya 15 menit kalau jalan kaki." jawab Nando dan Merry mengangguk setuju.

Fernando segera membuka jaketnya dan berkata, "Maaf ya, seharusnya kamu tidak memakai dress terlalu mini, ini ikatkan di pingangmu."

Dalam perjalanan, baik Fernando ataupun Merry sama-sama terdiam. Sesekali Merry melirik Fernando dan melihat kelakuan Nando yang sangat lucu untuk menghindari air hujan. Tanpa disadari ia tertawa.

"Mengapa tertawa? Apa ada yang lucu?" tanya Nando dengan agak kesal.

"Kamu sungguhan takut air hujan?" canda Merry.

'Seandainya aku bisa menggunakan teleport tanpa ketahuan orang-orang, aku tidak akan bertemu gadis ini! Lagipula kenapa dia harus lewat di depan sekolah malam-malam begini? Apa dia habis bertemu dengan seseorang? Dan kenapa mukanya murung? Ah! Itu semua bukan urusanku.' Keluh Fernando dalam hati.

***

Handphone Fanda berbunyi dan ada pesan dari Andrew.

"Fan, sorry atas perbuatanku kemarin, aku tidak sengaja. Tolong bantu aku untuk baikan sama Merry ya…"

Tidak beberapa lama Handphone Fanda berdering, ternyata benar Andrew yang menelepon. Sambil menahan kesedihan Fanda berusaha mengangkat telepon dari mantan pacar sahabatnya.

"Fan, sorry banget atas perbuatanku, aku janji tidak akan mengulangi lagi, aku mohon tolong bantu aku, tolong ya Fan."

Fanda masih terdiam, karena tidak tahu harus berkata apa.

"Fan, pleaseee bantu aku ya, tolonglah Fan, kalau bukan kamu siapa lagi yang bisa menolongku, aku tahu kamu itu cewek yang baik, please bantu aku ya…"

Seperti anak kecil Andrew terus memohon dan merengek padanya, hal tersebut yang membuat hati Fanda tidak tega untuk menolak permohonan Andrew.

"Tolong Ndrew, jangan bentak aku didepan umum lagi, kalau kamu mengulanginya, aku benar-benar tidak akan membantumu!" Fanda segera menutup teleponnya.