webnovel

Love, Jeane

Entah tidak sengaja atau memang sudah direncanakan, pertemuan demi pertemuan selalu terasa kebetulan dan di waktu yang tidak terduga. Untuk pertama kalinya setelah kejadian di masalalunya Jeane Ayu Claudia jatuh cinta pada seseorang, the best boy ever Rehanul Abid Pranaja. Lelaki yang kepribadiannya sangat berbanding terbalik dengannya. Namun Jeane terlalu naif karena ia meyakini bahwa laki-laki itu tak akan pernah bisa bersamanya.

matchacinno · 若者
レビュー数が足りません
3 Chs

#1.

Matahari nyaris sudah berada ditengah namun gadis berambut pendek yang memiliki tubuh sexy itu masih meringkuk di balik selimutnya. Dering ponsel sudah sekian kali berbunyi namun tidak diindahkan dan dering selanjutnya kembali bersuara, entah kesadarannya sudah mulai kembali dengan masih memejamkan mata ia meraih benda pipih dan menempelkan ketelinga

"Haish, halo"

"Heh udah jam berapa duhai princess Jeane, Buruan bangun katanya mau survey tempat"

"Gue lupa, bentar gue siap-siap dulu"

"30 menit lagi gue jemput"

"Na'ah"

Jeane meregangkan badan sebelum melangkah berat ke kamar mandi. Selesai mandi Jeane membuka lemari dan menghela nafas frustasi melihat pakaiannya yang bisa di katakan tidak ada pakaian formal. Ada namun sangat pendek, sedangkan Tita sudah mewantinya untuk memakai baju yang sopan.

Setelah membongkar isi lemari hingga keranjang baju lama miliknya, pilihannya jatuh pada kemeja coklat garis-garis berlengan panjang dan celana katun yang ia pun tidak sadar memiliki pakaian itu. Sejak tinggal sendiri lemari Jeane hanya diisi Jins belel, hotpants, high waist ketat, skinny, rok mini, crop top, dress pendek dan baju yang menurut Tita kekurangan bahan.

30 menit kemudian Tita benar-benar datang, gadis cantik itu ternganga melihat penampilan Jeane yang tidak biasa, mamun tersenyum setelahnya.

"Nah gini kan cakep"

"Cuma satu ini yang gue punya"

"Tenang nanti selama kita penelitian gue pinjamin baju gue kalo lo gak mau beli, gue yakin kalo ajak lo shopping yang lo beli yang mini-mini" cerocos Tita

"Terserah lo"

Tita berdecak sebal membuat Jeane menganhkat bahu, namun jauh dilubuk hatinya Jeane merasa sangat beruntung mengenal Tita, gadis baik yang selalu peduli padanya walaupun mereka sangat berbanding terbalik. Sejak awal kuliah Laury dan Tita tidak pernah meninggalkannya, keduanya tetap berteman dengan Jeane walaupun banyak yang tidak menyukai Jeane di kampus.

"Hows Rehan? Ada yang bikin lo gak nyaman? Gue minta maaf kalo iya"

"No, he's good, ya gak kayak temen lo yang lain lah"

"Yes, he is, dia paling baik dan netral dari kita semua, makanya gue ngotot bawa lo mau nunjukin ada temen gue yang asyik, but you know dia yang paling religius diantara kita"

"Serius? Gue pasti like a bitch banget ya depan dia?" Ceplos Jeane

"Heh you look a normal kok, sembarangan, kadang pemikiran lo tuh yang membenarkan ucapan orang-orang"

"Lo gak tahu aja sih, kalo gue emang bukan cewek baik-baik gimana? Masih mau temenan?"

Tita terkekeh "sayangnya gue tau lo Je, ck lo bahkan lebih polos dibanding gue, dah ah jangan insecure mulu, lo cantik dan yang pasti lo jadi diri sendiri"

Sampai di sebuah gedung perkantoran yang lumayan besar dan cukup terkenal seindonesia. Tita terlihat menghubungi seseorang di ponselnya, setelah itu baru mereka turun dari mobil dan melangkah masuk.

"Ini kantor cowok lo?"

"Hm, sedikit banyak gue udah tau jadi lebih gampang penelitiannya"

"Doi ada disini?"

"Nggak, kita bakal ketemu Papanya"

Jeane hanya mengangguk tak banyak tanya lagi, tiba-tiba dari arah berlawanan seorang lelaki muncul dengan senyum khas yang entah sejak kapan sudah tersimpan di memorinya.

"Baru nyampe?" Tanya sosok itu menghampiri mereka

"Iya, kebetulan emang janji jam 2 sama Om Hardi"

"Buruan gih, kayaknya beliau mau pergi, gue tunggu di cafe depan ya"

"Oke, bye"

Jeane hanya diam mendengar keduanya berbicara sampai dirinya terpaku, Rehan memberinya senyuman sebelum lelaki ith benar-benar pergi.

Selesai menemui pimpinan perusahaan yang tak lain jika tidak ada halangan akan menjadi calon mertua Tita, sesuai janji kedua gadis itu beranjak pergi ke cafe depan kantor dan benar sudah ada Rehan dengan laptopnya disana.

"Kita nggak lama kan Ta? Gue kerja"

"Nggak Je, bentar kok, Rehan bikin lo gak nyaman?"

"Nope, justru dia terlalu sopan gue jadi canggung"

"Gue gak sanggup buat nahan diri untuk gak jatuh hati " batin Jeane

"Haha santai aja"

Seperti kemaren, pertemuan dengan Rehan hanya diisi pembicaraan singkat, Rehan yang melanjutkan studi di Aussie juga sedang melakukan penelitian di perusahaan yang sama.

"Oh my god, gue lupa ada janji ketemu sama klien" ucap Tita tiba-tiba panik

"Kebiasaan lo, temu dimana?"

"Cafe, duh gimana ya gue harus pergi sekarang, Han gue titip Jeane ya" saking paniknya gadis itu langsung pergi begitu saja tak mengindahkan ucapan Jeane

Kini tinggal Jeane yang masih tertegun karena ditinggal begitu saja oleh Tita berasama Rehan, lalu bagaimana dengan lelaki itu? Ia tetap santai merapikan laptopnya. Suasana mendadak canggung, Jeane tidak tahu harus bagahimana.

"Ayo Je gue anter" kata Rehan tenang

"Eh gak usah Re, gue naik ojol aja deh, takut ngerepotin"

"Gak repot kok, lagian amanah Tita gak bisa gue bantah, dan barusan dia chat lo sering punya pengalaman buruk saat naik ojol?"

Too much information Titaa!! teriak Jeane dalam hati. Benar memang ia beberapa kali pernah hampir dilecehkan driver ojol, karena ya mungkin tampilannya. Tidak suka berdebat Jeane akhirnya mengiyakan ajakan Rehan.

Canggung adalah kata dan suasana yang tepat untuk menggambarkan keadaan mobil sedan itu saat ini, Rehan memutar tape mobilnya untuk sedikit mencairkan suasana. Jeane sesekali menyibukkan diri dengan melihat ponsel hingga bosan, ia buntu akan topik, nyaris tidak ada topik yang akan menghasilkan feedback untuk dimulai Jeane.

"Dekat sama Tita dari kapan Jeane?" Rehan tiba-tiba bersuara

"Awal kuliah, kita sekelas, anaknya pendiem tapi ternyata lebih pendiem gue"

"Haha dia emang gitu, awalnya diem makin kenal jadi nyerocos, dan baik banget" ucap Rehan penuh arti pada kata terakhir

"Saking baiknya kadang bego, oh iya lo udah 15 tahunan berteman kan? Doi emang dari dulu gitu?"

Rehan menoleh sebentar melihat wajah cantik itu "hm, loyal banget sama orang-orang, walaupun udah disakitin"

Jeane mengangguk kecil, hampir dua tahun mengenal Tita, ia pernah mendengar cerita itu beberapa kali. Dan topik tentang Tita yang mampu mencairkan suasana keduanya, hingga tak terasa sudah sampai di depan cafe tempat Jeane bekerja.

"Thanks ya Re, jadi ngerepotin"

"No problem, searah juga kok sama rumah gue, balik ya Je"

"Ya, hati-hati"

Jeane tersenyum tulus pada lelaki untuk pertamakalinya mungkin sejak beberapa lama serta tak lupa melambaikan tangannya, entah kenapa hatinya sedikit berdesir ketika bersama Rehan. Jeane tidak bisa memungkiri bahwa ia sepertinya memiliki ketertatikan pada lelaki kalem itu. Dan memiliki perasaan juga harus mempersiapkan akan patah hati karena tidak terbalaskan? Ya Jeane akan mempersiapkan itu.