webnovel

Bersin!

Agatha keluar dari kamar mandi dan bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Dipakainya seragam sekolahnya kemudian memakai bedak tabur baby yang biasa di pakainya sehari-hari dan menyisir rambutnya. Setelah itu dimasukkannya buku tugas yang sudah dikerjakannya tadi malam ke dalam tasnya yang sudah diisi dengan buku-buku sesuai jadwal pelajaran hari itu.

"Astaga, tisuku sudah habis rupanya." Gumam Agatha sambil mengeluarkan sebingkus besar tisu dari dalam tasnya lalu membuangnya ke tempat sampah.

"Aku menghabiskan satu bungkus tisu besar hanya dalam dua hari." Ucap Agatha sambil menggelengkan kepalanya dan mengambil satu bungkus besar tisu yang baru dari dalam lemari lalu memasukkannya ke dalam tasnya.

"Oke, mari lewati satu hari yang baru." Agatha tersenyum di depan cermin sambil merapikan poninya yang sudah mulai mengganggu matanya.

"Tha, sarapan dulu ya." Ucap Irene, Ibu Agatha ketika anaknya berjalan mendekati meja makan.

Agatha mengangguk sambil menarik sebuah kursi di meja makan kemudian duduk.

"Nanti kamu ada kursus bahasa inggris jam 3 sore ya, Tha. Jangan pulang kesorean kayak kemarin lagi. Kasihan Bu Maya nunggu kamu lama." Irene meletakkan roti yang sudah dioleskannya dengan selai coklat ke atas piting yang ada di depan Agatha.

"Pa, besok bisa kan temani mama ke arisan teman SMA mama?' Tanya Irene pada Prayoga, Suaminya.

"Papa besok ada pertemuan dengan klien papa, ma. Mama pergi sendiri gak apa-apa kan, ma?" Jawab Prayoga.

Agatha yang sedari tadi sedang asyik menikmati sarapaannya tiba-tiba bersin berkali-kali tanpa henti. Irene dan Prayoga spontan melihat ke arah Agatha.

Irene mengalihkan tatapannya ke arah suaminya, "Kenapa papa bohong sih?" ucap Irene sambil bersedekap dan menatap tajam suaminya.

Prayoga menghelakan napasnya. Melanjutkan kebohongan yang baru saja di lakukannya tadi benar-benar ide yang sangat buruk karena ada Agatha di dekat mereka.

"Baiklah. Maaf ya ma tadi papa bohong. Papa besok mau main golf dengan Pak Bayu, ma. Papa kan sudah lama gak main golf, ma." Jawab Prayoga.

Irene melihat ke arah Agatha yang sudah tidak bersin-bersin lagi.

"Kali ini papa jujur kan?" Ucap Prayoga sambil tersenyum ke arah istrinya.

"Baiklah. Mama besok pergi sendirian saja. Papa silahkan pergi main golf."

"Agatha berangkat dulu ya, Ma, Pa." Ucap Agatha memotong percakapan orangtuanya.

"Sarapannya kan belum habis, sayang." Ucap Irene.

"Agatha takut keselek, ma." Jawab Agatha sambil berlalu keluar dari rumahnya.

Irene dan Prayoga saling menatap mendengar ucapan anak mereka.

Agatha maasuk ke dalam mobilnya, "Kita berangkat, pak." Ucapnya pada supirnya.

"Baik, Non." Ucap Pak Sugi, supirnya segera menghidupkan mobil dan melajukan mobilnya menuju sekolah Agatha.

Sesampainya di depan sekolahnya, Agatha segera turun dari mobilnya dan berjalan menuju kelasnya.

Tiba-tiba seorang siswa laki-laki yang baru keluar dari tempat parkiran sekolahnya menabraknya hingga hampir terjatuh.

"Lu buta, ya? jalan jangan ditengah dong. Ganggu orang jalan tahu!" bentak siswa laki-laki itu pada Agatha.

"Lu yang gak lihat ja.." Kalimat Agatha terputus setelah seorang siswi datang menghampiri laki-laki itu.

"Glenn!" Panggil siswi itu.

Siswa laki-laki itu menoleh ke arah sumber suara yang memanggilnya, "Rora." Ucapnya.

"Kamu kemana sih kemarin. Aku kan nungguin kamu semalam dirumah. Kata kamu mau jemput nonton." Ucap Rora sambil cemberut.

"Maaf sayang, semalam mama sakit demam, jadi aku nganterin mama ke Rumah Sakit tadi malam." Ucap Glenn.

Agatha bersin berkali-kali tepat di depan Glenn.

"hanphone kamu kenapa gak kamu angkat? Aku telepon kamu berkali-kali. Kan kamu bisa kabarin aku kalau gak jadi datang." Ucap Rora lagi.

"Ponselku ketinggalan di rumah waktu aku nganterin mama ke Rumah Sakit." Jawab Glenn.

Agatha terus bersin tanpa berhenti. Kepala sudah mulai pusing. Segera diambilnya tisu dari dalam tasnya dan menutup hidungnya.

"Aku lihat aplikasi chatting kamu online kok semalam." Lanjut Rora.

"Itu adik.."

Baru saja Glenn akan menjawab pertanya Rora, Agatha langsung mengulurkan tangannya dan mengisyratkan agar mereka berhenti berbicara.

"Stop!! Please stop!!" Ucap Agtaha disela bersinnya, "Tunggu aku pergi dari sini dulu ya. Please jangan bicara apapun sampai aku benar-benar menghilang dari pandangan kalian dan tidak mendengarkan apapun yang kalian katakan." Agratha masih terus bersin.

"Lu kenapa sih? Gangguin aja dari tadi!" Omel Glenn kesal sambil terus melihat ke arah Agatha.

Tangan Agatha sterus mengisyratkan tanda stop ke arah Glenn dan Rora sambil terus bersin, kemudian dia segera berlari meninggalkan Glenn dan Rora yang menatapnya dengan pandangan bingung sekaligus kesal.

Agatha tiba di bangku tempat duduknya di kelas. Napasnya tersengal-sengal sambil menggosok hidungnya yang sedikit agak gatal akibat bersin-bersin tadi.

"Lu kenapa tersengal-sengal begitu, Tha?" tanya Davira, sahabat sekaligus teman semeja dengan Agtatha.

"Lu lihat hidung gue." Agatha memperlihatka wajahnya ke arah Davira.

"Lu bersin-bersin lagi? Sepagi ini udah ada aja orang yang bohong di dekat lu?" tanya Davira.

"Kenaikan kelas ini entah bagaimana orang-orang yang akan aku temui. Semoga saja bukan seorang pembohong ulung." Agatha menghela napasnya.

"Tapi Tha, gue bersyukur banget bisa sekelas lagi sama lu. Akhirnya kita bisa sama-sama masuk ke jurusan IPA ya Tha." Davira memeluk sahabatnya itu.

"Gue juga senang bisa sebangku lagi dengan Lu, Vir. Susah gue kalau bukan Lu." Agatha membalas pelukan sahabatnya itu.

Bel tanda masuk kelas pun berbunyi. Semua murid mulai masuk ke dalam kelasnya masing-masing. Seseorang dengan sengaja menyenggol meja Agatha yang membuat Agatha terkejut dan spontan melihat ke arah orang yang menabrak mejanya.

"Apa Lu liat-liat?!" Ucap Glenn ketus dengan tatapan emnantang ke arah Agatha. Tasnya segera di letakkanya di meja tepat di sebelah Agatha.

Agatha membelalakkan matanya. Mulutnnya sampai terbuka karena begitu terkejut dengan apa yang dilihatnya.

"Lu kenapa, Tha?" tanya Davira sambil menyikut pelan Agatha.

"Dia sekelas dengan kita?" tanya Agatha pada Davira.

"Siapa?"

"Itu yang duduk di sebelah gue."

"Oh Glenn? Dia kan juara umum satu Tha. Masa lu gak kenal? Dia populer loh di sekolah kita. Ganteng, gaul dan pintar. Ikon kesempurnaan di sekolah ini." Jawab Davira yang sesekali mencuri pandang dengan Glenn yang sama sekali tidak melihat ke arahnya.

"Kesempurnaan? Dia pembohong ulung, Vira. Gue hampir kehabisan napas bersin karena dia tadi pagi." Oceh Agatha membantah pujian yang dilontarkan Davira pada Glenn.

"Ah masa. Banyak cewek-cewek yang tergila-gila ke dia loh. Malah kakak kelas dan siswi sekolah lain bela-belain nemuin dia karena naksir."

"Mereka udah buta. Mau-mau aja dikibulin."

Agatha melirik Glenn sesekali dengan tatapan kesal.

"Kalau naksir, bilang aja." Ucap Glenn pelan setengah berbisik pada Agatha karena sadar di perhatikan oleh Agatha sejak tadi.

Agatha menggeram. Baru saja akan membalas ucapan Glenn, guru mereka datang dan masuk ke dalam kelas. Agatha segera mengurungkan niatnya dengan kesal.