Lilifa adalah seorang perempuan yang terlahir tanpa kekurangan apapun, cantik, anggun, cerdas, dermawan, baik hati dan harta dari orang tuanya cukup untuk membuat hidupnya serba ada.
Di tengah kesibukannya sebagai mahasiswi dia suka pergi melancong ke tempat-tempat yang menurut dia sedang buming. Bukan hanya tempat terkadang juga dia hobi mencari makanan yang sedang membuming meski jauh dia tak peduli karena sejauh apapun dia pergi dia tak akan lelah karena ada supir pribadinya yang siap mengantarkan nya kemanapun yang dia ingin kan.
Tapi kian lama dia jenuh, tidak merasa bebas dan merasa merepoti orang lain jika masih selalu menggunakan jasa supir untuk keperluannya bepergian.
Hingga terfikir oleh Lilifa memutuskan untuk belajar menyetir sendiri.
"Ma... boleh gak kalau hari libur aku mau belajar nyetir .. ?"
Dengan sejuta rayuan Lifa merayu Mamanya agar mau memberikan izin untuknya.
"Bukannya Mama larang kamu, tapi kamu mau belajar sama siapa? Mama enggak mau loo kalau kamu mau ngajak temen buat ngajari nyetir"
"Emangnya kenapa kalau temen ..?" tanya Lifa yang tidak paham dengan ucapan Mamanya.
"Lalu.. kamu mau bilang yang ngajarin kamu cowok ? iyaa ?"
"Hehehe terus siapa donk Ma?"
"Ah itu si alesan kamu aja buat berduaan sama cowok kan, ahhh Mama tau pikiran kamu."
"Iich... kok gitu siii .. yaaa enggaklah
aku itu malu kalau maen sama temen kemanapun sama temen-temen di tungguin sama supir, kasian juga kan Ma?"
Dengan banyak pertimbangan dari ucapannya Lifa, tapi juga di rasa berat karena kekhawatiran kepada Lifa.
"Enggak tau lah terserah kamu, eett tapi inget kalau sampe yaaa, sampe kamu kelayapan dengan judul latihan nyetir lihat Mama mau apain kamu!"
"Bawel yaaa" ucap Lifa sambil bermanja-manja di samping mamanya
"Apa ..?!"
"Iyaa iyaa ini lagi mikir kok mau sama siapa."
"Udah jam segini Kakak belum pulang yaaa fa?"
"Yaaaaaaaaa!!"
dengan nada semangat dan kegirangan Lifa menjawabnya. Mamanya terkaget dengan nada ucapan Lifa yang tiba-tiba penuh semangat. Hingga terbangun dari sandarannya.
"Kakak Fa apa belum pulang ..?" tanya Mamanya keheranan.
"Iyaaa Ma .. aku tau dia yang harus ngajarin aku nyetir .. yeeeeeeeee..."
Dengan wajah yang ceria bahagia. seakan justru menjadi suatu pesan yang sampai kepada Lifa.
Tak lama kemudian terdengar suara bel pintu dan kakaknya pun masuk dengan muka kusut karena kelelahan setelah seharian bekerja. Dan Lifa menyambutnya dengan ceria.
"Yeeee Kakak udah pulang."
"Mendengar kata itu dan melihat Lifa yang langsung mendekatinya Ketryn tau pasti Lifa punya keinginan.
"Hmmmm apa ..?!"
dengan jawaban yang cuek dan melepas dasi yang di pakainya.
"Kakak yang cantik." rayu Lifa kepada Ketryn.
Sedangkan Ketryn justru memandang aneh sikap Lifa yang seperti ini. bukannya terlihat menghibur tapi justru membuat Ketryn bertambah capek saja.
"Ah bodo amat capek gue mau mandi."
Ketryn pun meninggal kan Lifa yang sedang merayunya.
"Tuuu kan Ma.. dia itu pasti kaya gitu .. aku tu sebel banget rasanya. dia itu nyebelin pokoknya Ma .. pokoknya aku enggak suka punya Kakak seperti si Keket Ma" tambah Lifa berdrama.
"Uh... udah malem tidur sana Kakak itu capek. Mama juga capek, terserah kamu dech mau apa. Tapi jangan bikin Kakak marah .. Mama sumpek rasanya ..ok.!"
Terkadang menjadi pendengar yang baik untuk anaknya itu perlu. Tapi yang Lifa lakukan ini adalah berdrama dan Mamanya pun sudah paham dengan wataknya yang suka di manja. dan bukannya tidak peduli dengan keinginannya Lifa untuk bisa berkendara sendiri. Tapi mungkin bisa di bilang belum tepat waktunya.
"Sudah sana udah malam tidurlah. Mama ngantuk Fa." suruh mamanya dengan meninggalkan Lifa yang masih rebahan di sofa.
Keesokan paginya Lifa bangun lebih pagi.
menyambut hari ini dengan lebih ceria. memakai baju rumah yang terlihat santai. kulit putihnya begitu menawan karena celana selutut dan kaos pasangannya yang pendek. rambutnya di biarkan tergerai, hanya sedikit yang sengaja di ikat. tidak ada makeup yang menawan di wajahnya hari ini. Dia terlihat santai cantik yang alami.
Setelah rapi dia langsung ke dapur untuk membuatkan Kakaknya sarapan tapi sampai di dapur dia tak bisa berbuat apa-apa karena para pembantunya sedang sibuk pula menyiapkan sarapan untuk semuanya.
"Uuuuhhhh... susah juga ternyata mau masak perasaan dapur itu lega kalau malam yaaa."
gumam Lifa sambil terus berjalan ke kamar Kakaknya .
"Ket.... bukain pintu nya donk!"
teriak Lifa yang memanggil dan mengetuk-ngetuk pintu kakaknya. Dan tak lama kakaknya keluar. Dengan masih amburadul dan mata yang sayup suara seraknya membalas teriakannya Lilifa.
"Apa siiiiiiii .... ??" jawab Ketryn dengan hanya menampakan wajahnya dan menahan pintu agar Lifa tidak bisa masuk ke kamarnya.
"Ket.... aku mau ngomong."
"Yaa udah ngomong apa?" jawab Ketryn jutek namun Lifa tidak puas dengan sikap Kakaknya yang seakan mengabaikan permintaannya. Lifa dengan sengaja mendorong pintu yang di tahan oleh kakaknya dan berhasil masuk dan langsung tiduran di tempat kakaknya.
"Keluar gak fa ...!?" ucap Ketryn sambil membukakan pintu kamarnya.
"Ooogah" jawab Lifa dengan sengaja. Dan mulai terpancing emosinya Ketryn.
"Apa sii masih pagi udah ngajak ribut aja."
"Ket .. pokoknya aku gak mau keluar dari kamar ini kalau Keket gak mau ajarin aku nyetir.
"Eheeemmmmhemmm ... gitu yaaa?"
dengan tidak mempedulikan ucapan Lifa Ketryn menarik Lifa agar keluar dari kamarnya.
"Fa... nanti aku ada acara meski hari libur. jadi tolong yaa jangan ganggu aku yaaa .. paham?"
"Iyaa dech ... aku ikut tapi." jawab Lifa dengan merayu. Dan kakaknya pun hanya mengangguk. Ketryn langsung menutup pintu kamarnya dan segera bersiap untuk mandi. Sementara Lifa sabar menunggu di sofa tamu dengan sibuk berencana akan kemana saja nanti jika dia sudah bisa nyetir mobil sendiri.
"Non Lifa tidak Kuliah hari ini?" tanya Bibi' nya yang sedang menyapu di sampingnya.
"Enggak Bi' hari ini kan libur."
"Oh iyaa libur yaa Non. tapi kok Bibi hari ini gak libur Non" jawab Bibi'nya iseng.
"Kalau tidak libur berati Bibi' uangnya tidak berkurang ya Bi'."
"Ah Non Lifa bisa saja hehehe"
Waktu yang di tunggu pun tiba. Setelah berjam-jam Lifa menunggu kakaknya, dia keluar kamar dengan keadaan yang cantik mempesona. Dengan memakai kemeja pendek dan rok selutut. wajahnya begitu cantik dengan riasan yang sempurna. Sempurna, Anggun. wanginya semerbak dan lebih indah dengan tambahan aksesoris di tangan dan bajunya. Lifa yang melihat Ketryn pun terpesona. dalam benaknya dirinya tidak akan mungkin bisa secantik Kakaknya. Yang begitu menawan dan pekerja keras.
"Yeeeee...ayoooo kita berangkat" seru Lifa yang sudah kegirangan.
"Ayoooo kalau mau ikut keluar." ajak Ketryn kepada Lifa tanpa ada hal yang mencurigakan. Da mereka pun pergi tanpa supir. Hanya berdua Ketryn dan Lifa.
"Ket kita mau kemana si.... ?" tanya Lifa yang masih santai dan penasaran.
"Makan es krim." jawab Ketryn dengan senyum yang di buat-buat. dan Lifa pun mulai ada hal yang dia tak suka.
"Jangan bilang kalau aku mau di suruh turun di pinggir jalan atau di depan taman atau di depan toko es krim yaaaa Ket." ucap Lifa yang udah sedikit kesal.
"Yaaaa itu udah tau."
"Y a udah telfon supir sekarang .!." ucap Lifa yang tambah kesal. sementara Ketryn merasa senang memperlakukan adiknya dengan seperti ini. Dan Mobil pun berhenti. Lifa turun yang kemudian di susul dengan supirnya.
Ini adalah kejadian yang langka namun ini sering terjadi kepada mereka. Hal ini hampir selalu terjadi di hari liburnya, tapi Lifa tidak berani untuk melawan kakaknya karena dia tidak ingin mendengar ucapan yang menyakitkan baginya bahkan jika ia mendengarnya. yang mungkin dia sudah tidak ingin bernafas lagi. Paling hanya diam tidak berani menatap wajah kakaknya.
Lalu dia pulang. Sampai rumah mengadu kepada orang tuanya tentang kebiasaan kakaknya yang suka meninggalkannya di jalan. Namun orang tuanya tak ingin mempermasalahkan nya dan memilih untuk diam. karena mereka tau ini hanyalah sisi lain dari mereka yang sebenarnya saling sangat menyayangi.
Tapi tidak untuk kali ini Lifa tidak ingin langsung pulang ke rumah, dia meminta supirnya buat mengantarkan nya mencari camilan. Tapi Lifa meminta ke tempat yang sedikit jauh buat ngilangin sumpeknya.
"Sonoan lagi dech pak !... nyampeee ujuuuuung sooono!" suruh Lifa dengan nada kesal yang wajahnya sudah muram. dan hampir meneteskan air matanya.
"Emangnya non Lifa tau tempat ini Non?" tanya supirnya penasaran.
"Ah bodo amat, nyasar juga paling kita gak ada yang peduli." jawab Lifa dengan kesal.
"Hahaha Non kesel yaa sama Non Ketryn,
sabar Non orang sabar itu di sayang tuhan." dengan kesabaran supirnya kasih nasehat, mencoba menenangkan Lifa.
"Enggak kok pak .. lagian aku aja yang goblok, udah berapa kali ha..h? gue di goblokin sama dia puluhan .. ratusan kali pak .. tapi masih.. aja aku tu mau ngikut aja!" ucap Lifa yang bertambah kesal. dan menahan air matanya.
"Ya udah coba Non Lifa bilang ke Non Ketryn minta baik-baik kalau ingin ikut pergi."
"Ah... dia mana paham sii apa yang gue minta, dia itu paling bisa belain dirinya , akuuu mulu yang salah."
"Hehehe iyaa Non, saya ingat waktu itu Non Lifa di tinggal di depan rumah itu yaa .."
"Nah itu ... gue bilang mau ikut keluar kan .. eeee beneran cuma keluar dari rumah pas! di depan rumah, si keket emang cerdas sii tapi aneh maksud dia itu apa coba ..? dia kasih gue ikut keluar tapi cuma depan rumah dan dia bilang biar gue gak ilang .."
"Yaaa emang Non Ketryn itu udah dari dulu sifatnya kaya gitu si yaa Non .."
"Tau lah .. capek gue. kesel pak."
"Sudah sampe Non Sepertinya di sini rame , apa mau pilih-pilih makanan di sini non?"
"Ya udah coba parkir dulu ..!"
Lifa yang di temani supir pribadinya berjalan mencari-cari camilan yang di rasa dia menginginkannya. Setelah cukup lama berjalan-jalan akhirnya ada satu jualan yang buat dia penasaran.
"Ini apa yaa kok kaya kipas" tanya Lifa dengan penasaran. Dan penjualnya menerangkan tentang makanan yang dia jual, sedangkan sang supir hanya mendengar kan dengan rasa menahan tawanya.
"Ini adalah pisang goreng. kami membuatnya dengan bahan-bahan pilihan dari pisang yang pas matangnya. kami mengutamakan kualitas rasa yang tidak terlalu manis dan nanti bisa di tambah bermacam-macam jenis topingnya sesuai selera." ucap sang penjual pisang goreng.
"Oooooh pisang goreng ternyata hihihi , beli tiga porsi aja dech mbak .."
dan ternyata di jelaskan panjang lebar juga aslinya Lifa tidak paham. Tiga porsi pun sudah di siapkan dan di bayar oleh Lifa.
"Satu buat aku, satu buat kamu ( dengan memberikannya kepada supir. ) dan yang satu buat mbak yang di rumah, di makan yaa pak!" ujar Lifa yang kemudian bergegas untuk masuk Mobil.
Sesampai di rumah hari sudah siang, menu makan siang pun tersedia di meja tapi Lifa hanya memandanginya saja, entah apa yang ada di pikirannya yang terlintas hanya pisang goreng tapi ada hal yang berbeda, dia berusaha mengingatnya. Tapi entahlah otaknya sedang ngadat tak bisa di ajak bekerja sama untuk memutar kembali kejadian itu, yang tercatat hanya ada yang istimewa di tempat penjual pisang goreng tersebut.
Setelah banyak waktu yang di habiskan untuk mengingat apa keistimewaan di tempat penjual pisang goreng tapi dia tak menemukan jawabannya. Ingatannya tak sampai, yang akhirnya hanya kata "Entah lah." dan dia memutuskan untuk pergi ketemu teman - temannya di tempat biasa.
Mereka adalah sederajat, yang kaya yang merasa berkuasa, seakan dunia bagi mereka adalah milik mereka saja, mereka berbuat yang mereka suka termasuk dalam bertutur kata, Tidak akan ada masalah di antara mereka perihal seberapa banyak uwang yang telah di habiskan ketika duduk bersama, apalagi harus patungan atau trakriran, hal seperti itu tidak ada dalam dunia mereka.
tak jarang kesombongan pun hadir dalam sifat mereka .
Seusai mereka makan bersama, seperti biasa masih ada acara lagi untuk menghabiskan waktu hingga malam berlalu.
Sharyn memanggil Lifa yang sudah di dalam Mobil bersama supirnya.
"Fa... " panggil Sharyn kepada Lifa.
"Kenapa?"
"Sini dech bawa kontak mobil elu!"
Lifa pun tanpa berpikir penasaran, apalagi curiga dengan keinginan Sharyn yang meminta kontaknya dan langsung memberikan kepadanya.
"Klakk." suara kontak mobil Lifa yang terbuang.
"Sharyn .. kok di buang si.. " ucap Lifa yang tak menyangka. Lifa berkata kepada Sharyn dengan pandangan yang kesal dan langkahnya hendak pergi untuk mengambil kontaknya, tapi tangannya di tarik oleh Sharyn.
"Udah dech... gue capek liat elu masih aja pake mobil dekil kaya gini Fa! elu tau kan kalau kita mau ketemu sama keluarganya Gita? plis dech gak usah malu-maluin kita Fa .. , suruh supir lu pulang dan elu ikut gue aja .." ucap Sharyn dengan tegas.
Lifa hanya diam dan langsung masuk Mobilnya Sharyn.