Hingga hari ini, dia masih bisa merawat bayi itu hingga beberapa minggu benar benar menganggap Luke seperti ayah nya.
Bayi kecil itu tumbuh dengan kuat dan sehat, tapi ada masalah muncul ketika Luke berjalan ke dapur.
Dia melihat bahwa kaleng susu yang ia ambil terakhir kali telah habis dan hanya tinggal sedikit, satu pemakaian pun tak kan ada.
"(Ini sudah hari ke 19, ini sudah dua minggu lebih dan aku bisa merawat bayi itu, kebiasaan bayi itu hanya tidur saja seperti seorang yang sakit padahal dia sehat, tapi yang masih menjadi pertanyaan ku, ada apa dengan tanda di perutnya, aku merasa tanda itu sudah menjalar, bagaimana jika menuju ke lehernya, itu akan kelihatan buruk sekali... Tapi, itu mungkin jangan aku pikirkan dulu, yang harus aku pikirkan dulu itu adalah susu yang aku lihat ini... Aku harus mencari susu, tapi pastinya semua persediaan yang di simpan banyaknya supermarket telah habis, bagaimana jika basi....?)" Luke berpikir keras di dapur sementara bayi kecil itu ada di kamarnya tertidur.
Tiba tiba saja dia bergerak dan langsung berteriak menangis membuat Luke terkejut dari dapur segera berlari menuju ke kamar.
Dia mendekat menyentuh bibir bayi itu yang menandakan bayi itu haus. Tapi mendadak saja, bayi itu memakan jarinya dan seketika menggigit nya membuat Luke terkejut.
"Akh..." dia menarik tangan nya dan melihat jarinya berdarah.
Hal itu membuatnya terkejut. "Apa.... Kau menggigit ku, bagaimana bisa?" dia menatap bingung, ia lalu membuka bibir bayi itu, entah kenapa sudah tumbuh gigi di sana dan gigi itu bentuknya tajam.
"Kenapa sudah tumbuh gigi, padahal gigi bayi tumbuh dalam kurun waktu 6 sampai 10 bulan, ini baru beberapa minggu...." Luke bingung.
Tapi ia mencoba menggeleng dan memberikan botol susu bayi pada bayi itu yang meminumnya dan Luke membawanya.
Bayi itu langsung menghabiskan susunya membuat Luke khawatir karena susunya sudah di nyatakan habis.
Setelah bayi itu tidur, dia meletakan nya kembali dan mengambil mobil remotnya. Kembali memasukan nya ke keranjang besi lalu menurunkan nya untuk sampai di bawah apartemen dimana banyak sekali zombie di sana.
Dia mengendalikan mobil itu dengan video remot yang dia pegang sekarang, dengan hati hati melihat sekitar melalui penglihatan kecil itu.
Tapi, dia terus mencari, tak ada apa apa di sana. Hal itu membuatnya menghela napas panjang putus asa dan mengendalikan mobilnya untuk kembali lagi ke keranjang.
Lalu dia menarik tali keranjang itu, tapi siapa sangka, tali itu mendadak berhenti. Hal itu membuatnya terkejut bingung, dia terus menariknya sekuat tenaga tapi tetap tak bisa.
Hingga terlihat, di lantai bawahnya, ada orang yang memutus tali itu dengan pisau membuat Luke terpental karena tali itu putus, dia kehilangan mobil remot yangg membantunya selama ini.
Tapi bukan itu saja yang membuatnya terdiam, dia berpikir bahwa masih ada orang hidup yang tinggal di bawah, jadi dia memutuskan untuk melihat di dalam remote kontrolnya.
Rupanya benar, di sana terlihat camera dalam mobil remote itu menunjukan bahwa mobil itu di bawa seseorang yang meletakan nya di meja, siapa sangka, itu adalah seorang wanita.
Lalu ada suara wanita itu. "Sial, kenapa tak ada apa apa di ranjang ini."
Dia membuat Luke terdiam dan berpikir sesuatu. "Masih ada orang rupanya, sebaiknya aku harus menyelamatkan nya dan memintanya bergabung dengan ku."
Lalu dia mulai bersiap siap untuk menuju ke lantai bawah dan sebelumnya tak lupa untuk bersiap siap dengan menyimpan senjatanya di bagian tubuhnya, membuat semuanya tertutup, tapi ia teringat sesuatu, yakni ketika jarinya tergigit oleh bayi kecil itu, membuatnya kembali melihat lukanya itu yang rupanya masih berbekas gigitan bayinya.
"(Bagaimana bayi kecil yang belum dikatakan bisa memiliki gigi yang tumbuh, bisa menggigit jariku dan bisa berdarah, gigi yang tajam mulai membuatku berpikir bahwa dia bukan bayi biasa, apa jangan jangan ada sesuatu di dalam dirinya?!)"
Dia mulai berpikir serius. tapi ia sadar, bahwa ia membuang waktu, jadi dia memutuskan untuk kembali fokus menyiapkan senjata, lalu sebelum keluar, dia menatap bayi kecil yang sedang tertidur.
"(Oh ya, aku lupa memberinya nama, namanya adalah Elzein, kelak kau akan menjadi bayi kuat, dan aku berjanji akan melindungi mu hingga kau besar, karena kau bayi yang unik,)" tatapnya, hingga ia benar benar pergi meninggalkan nya untuk misi menemukan siapa wanita yang mengambil mobil remot nya.
Diperjalanan melewati banyaknya lorong apartemen, dia menemukan banyak sekali mereka yang sibuk memakan dan berjalan dengan tatapan kosong, mereka tak mendengar suara jalan Luke yang bisa dengan diam diam berjalan di belakang mereka.
Ketika dia perlahan menjauh dari mereka melewati lorong, siapa sangka, ada botol plastik yang tergeletak di depan nya, karena fokus berjalan untuk mengendap endap, dia akhirnya menginjak botol plastik itu sehingga menimbulkan suara yang membuat makhluk makhluk itu menoleh padanya dengan cepat, lalu mereka mengerang dan langsung berlari menyerangnya.
"Akh, sial...." Luke dengan berani langsung mengeluarkan pisaunya, seketika membunuh mereka satu satu, untungnya hanya beberapa, mungkin 2 sampai 3 saja yang muncul tadi.
Setelah selesai, dia bernapas cepat melihat mayat mereka, lalu kembali berjalan pergi melanjutkan perjalannya dan menghindari mereka yang bisa saja datang lagi.
Lalu ketika sudah sampai di lantai bawah, tepatnya wanita yang berada di sana, dia berhasil menemukan pintunya, tetapi dia memastikan dulu apakah memang benar tempatnya di sana dengan menempelkan telinganya di sana.
Tapi siapa sangka, ada pisau yang menembus pintu itu dan ujung pisau itu ada di depan matanya, dia benar benar beruntung, jika tidak, pisau itu sudah menancap telinganya dari dalam.
"(Sepertinya orang yang ada di dalam, bukan orang yang main main...)"
Dia mundur perlahan, hingga tiba tiba dia mendobrak pintu itu dengan bahunya hingga pintu itu menjadi rapuh dan hancur begitu saja, tampak di dalam ada wanita yang berdiri di hadapan nya, berdiri begitu tegak dan sangat dewasa, dengan pisau yang ia pegang di satu tangan nya itu menatap dingin ke Luke.
"Hei..." Luke menatap canggung.
Tapi wanita itu hanya terdiam.
"Aku...." Luke akan menambah perkataan nya, tapi siapa sangka, wanita itu malah melesat mendekat dan langsung meletakan pisaunya di leher Luke membuat Luke terpojok mengangkat tangan nya ke atas.
"Kau benar benar merusak shelter ku," kata wanita itu.
"Oh maaf, itu karena kau memaksaku untuk masuk ke dalam, padahal aku hanya ingin melihat apakah memang benar ada orang di sini..." kata Luke, lalu di samping itu, dia kebetulan melihat mobil remot nya yang ada di meja di belakang wanita itu.
"Dimana kau tinggal? Apa kau yang punya mainan itu?" tatap wanita tersebut.
"Yah, aku yang punya, dan mungkin kau harus tahu alasan ku kemari juga karena itu..."
"Tsk, baiklah, ambil mobilmu dan pergilah..." Wanita itu entah kenapa melepaskan nya.
Hal itu membuat Luke terdiam bingung. Lalu dia mengatakan sesuatu. "Aku kemari juga karena melihat kehidupan di sini, jadi mungkin apakah kau ingin bergabung dengan ku?" tawar Luke membuat wanita itu terdiam.
Dia terdiam di tempatnya, bahkan sampai berpikir keras di sana, lalu dia menghela napas panjang. "Apa kau punya makanan?"
"Ada."
"Selimut?"
"Ada."
"Air untuk mandi?"
"Mungkin masih ada."
"Baju bersih?"
"Ada, mungkin, tapi aku sarankan tak perlu mandi karena harus menghemat air."
"Ck, baiklah, aku akan ikut dengan mu..."
"Baiklah, sebelumnya bisa aku bertanya, dengan siapa kau tinggal dan apakah masih ada yang masih hidup?" tatap Luke.
Wanita itu terdiam sebentar lalu membalas dengan sedih.
"Aku kehilangan suamiku dan bayiku, dan sepertinya sudah tak ada lagi orang di apartemen itu kecuali kau yang bertemu dengan ku saat ini..."
"Tunggu, kau sudah berkeluarga?" Luke menatap.
"Yah, ceritanya nanti sajalah, jangan bikin aku mengingat itu lagi..."
"Kau bilang, kehilangan bayimu? Apa itu artinya kau seorang ibu yang masih menyusui?" Luke menatap lagi. Lalu wanita itu mengangguk dengan bingung.
"Itu pas sekali!! Aku ada bayi di tempatku."
"Apa? Kau punya bayi? Dimana istrimu memang nya?!!" wanita itu menatap terkejut.
"Tidak, tidak, aku belum menikah, sebenarnya, aku menemukan bayi itu di hutan ketika berburu, dan aku meminta tolong padamu, mungkin kau bisa menyusuinya," tatap Luke dengan wajah memohon.
Wanita itu menjadi terdiam sebentar hingga ia tersenyum kecil dan mengangguk. "Baiklah, aku akan melakukan nya, ini sebagai rasa terima kasihku, karena aku benar benar kelaparan di sini."
"Ya, oh, sebelumnya, aku Luke..." tatap luke.
". . . Aku, Hadiya."
"Nama yang bagus, kalau begitu, ikut aku sekarang," kata Luke.
Lalu Hadiya mengangguk.
Setelah itu terlihat mereka berjalan ke lorong, tapi rupanya ada beberapa zombie yang menghadang nya, tapi hanya beberapa.
Luke mengeluarkan pisaunya akan menyerang tapi Hadiya memegang pundak nya membuatnya bingung menoleh.
"Biar aku saja..." Hadiya juga menunjukan pisaunya membuat Luke masih diam.
Tapi Hadiya melewatinya dengan melesat, seketika menyerang banyak zombie itu membuat Luke terdiam kaku melihat itu.
Hingga ketika selesai, Hadiya bernapas cepat dan menatap ke Luke yang masih terpolongoh, dia tersenyum kecil menatap ekspresi Luke lalu berjalan duluan. "Ayo, kamu tak mau membawaku ke shelter mu?"
Luke menggeleng menyadarkan dirinya, lalu berjalan mengikutinya.
Hinga ketika mereka sampai di bagian apartemen milik Luke, mereka segera masuk dan Luke menutup pintu dan di saat itu juga, Hadiya menatap sekitar dengan detail, dia terpukau dengan banyaknya persediaan, lalu melihat ada bayi di sana.
Dia mendekat ke bayi itu dan seketika terkejut, dia menutup mulutnya, lalu Luke mendekat.
"Kenapa?"
"Ti... Tidak, aku hanya teringat pada bayiku yang berkelamin laki laki juga," kata Hadiya membuat Luke menjadi terdiam mengerti.
"Baiklah, sepertinya ini semua sudah jelas, selamat datang, Nona Hadiya."
Lalu Hadiya mengangguk dengan senyum kecil.
[END FLASHBACK LUKE]