webnovel

23

"Zean gimana hari pertama sekolahmu?"

"Ckk, sangat tidak menyenangkan. Padahal aku ingin kencan denganmu," ujar Zean membaca buku di atas tempat tidurnya.

"Oiyy kau gila?"

"Kenapa? Agar mereka tidak ada yang mendekatiku lagi, aku bosan," jelas Zean.

"Baiklah aku akan dekat denganmu, tapi ingat ya kau tidak boleh memberi tahu mereka kalau, aku pacarmu."

"Bailah baikla, aku akan berjanji."

Untuk kali ini aku sepakat, akan keluar istirahat ke kantin selama ada Zean.

Aku akan berusaha memberanikan diri keluar daei kelas.

"Zean, aku ke marku dulu ya."

Zean mengangguk, tak melihat Bara, karena ia tengah asik membaca buku.

***

"Yey, yampai," aku turun dari motor Zean tersenyum.

"Senyumnya arah sini dong," ujar Zean yang merapikan rambutnya dari kaca spion.

Aku memindahkan posisiku ke depan Zean, lalu mengulangi senyum kembali.

"Nah gitu dong bagus," aku mendekatkan wajahku perlahan kewajah Bara..

"Ooiy sialan, kau lupa kalau kita sudah di sekolah?" aghh, aku deluan berjalan meninggalakn Zean.

"Aghh," Zean pun mengikuti Bara, tetapi tidak sampai ke kelasnya, Zean kembali ke kelas ia berada.

"Selamat pagi Zean," ujar Nata yang sepagi ini sudah siap mencatati belajaran.

Zean menarik kursinya, ia duduk dingin di samping Nata.

"Ckk, apa kau mengerjakan pr di sekolah?" tanya Zean hanya sekedar.

"Ya enggalah, aku cuma nyusun tugas kelompok buat pelajaran Bahasa indonesia nanti."

"Oh begitu."

Percakapan ke duanya berakhir dingin, Zean mengambil buku yang sering ia baca, dan Nata kembali mengerjakan pekerjaannya.

"Zean, apakah kau seorang yang pendiam?" tanya Nata memberanikan diri.

"Mengapa memangnya?"

Aku menatap Nata, dengan tatapan lurus di mata.

"Tidak apa apa, aku hanya bertanya. Jik kau tidak ingin menjawab itu juga tidak masalah, aku rasa kau tidak perlu menjawab, kalau itu tidak nyaman buatmu."

"Aku tidak pendiam," ujar Zean singkat, kembali membaca bukunya.

"Kau juara satu ya di kelas ini?" tanya Zean yang tak sengaja keluar dadi mulutnya.

"Tidak."

"Tapi, kata mereka kau juara satunya. Beruntung ya bisa sebangku denganmu."

"Tidak Zean, kau tidak perlu percaya atas ucapan mereka."

"Kenapa? Bahkan aku lebih mempercayain mereka denganmu, kelihatannya kau juga pintar."

"Tetapi lebih pintar kau bukan, kau juga terlihat sangat pintar, bahkan kemungkinan kau yang akan menjadi juara satu nanti."

"Siapa bilang?"

"Sudahlah kau juga terbaik."

***

"Angga mau ke kantin?" tanya Bara yang masih memasukkan puku paketnya.

"Engga kok, mau ke kamar mandi dulu," cetus Angga.

"Oh yaudah deh kalau gitu."

Mendengar jawaban Angga, Bara pun kemudian memberanikan dirinya untuk pergi ke kantin sendiri, baru kali ini pertama ia keluar kelas tanpa Angga.

Bara duduk di bangku kantin, ia mengelharkan hpnya dari kantong, dan mulai menghubungi Zean, menyuruh pacarnya itu seceoatnya menemui dirinya.

Pov: Angga.

Sebelum kembali ke kelas Angga pergi ke lokernya, ia membuka lemari yang di dalamnya ada beberapa foto foto ia, dan Bara.

Angga memandangi foto tersebut, kemudian terbentuk senyuman di wajahnya.

"Andai aku memdapatkanmu, Bara cobalah engkau menjadi Gay, agar aku bisa bersamamu. Dan aku bakalan menjadi satu satunya mahluk ciptaan tuhan yang paling bahagia," ujar Angga yang kemudia menutup kembali lemari lokernya.

"Angga sebenarnya kamu tidak perlu mencintaiku balik, kamu cukup di sampingku itu lebih berarti," kemudian barulah Angga benar benar kembali ke kelasnya, ia melihat Bara yang tidak berada di bangkunya.

"Ehh kalian ada yang ngekihat Bara?" tanya Angga kepada teman teman yang sebagian masih berada di kelas.

"Ya ampun Angga, sejak kapan si Bara mau ngobrol?"

"Ckk, ah," Angga pergi keluar menanyakan ke kelas lain.

"Ehh kalian ada yang kenal Bara ga?" tanyq Angga kepada beberapa perempuan di kelas.

"Bara yang pendiam itu ya?"

"Ia, kamu lihat?"

"Engga sih."

Aghh, sebenarnya jawabannya membuatku sedikit kecewa, tapi aku tidak menyerah sampai disitu.

Angga benar benar seperti seorang ibu yang kehilangan anaknya saat di culik, apalagi Bara sama sekali sebelumnya tidak pernah keluar sejauh ini.

Karena tidak ada melihat Angga kembali ke kelas, ia masih menanyakan yang sama. Tetap saja Bara sendiri belum kembali ke kelasnya.

Sementara Bara:

"Bara," ujar Zean duduk di sampingnya.

"Darimana saja kau? Mengapa kau lambat sekali?"

"Maafkan aku, aku barusan dari toilet," jelas Zean.

"Kau sudah lama ya menungguku?"

"Ia, sudah dari tadi. Tetapi kau tidak kuncung datang."

Zean melihati di sekitarnya, ia tidak melihat tanda tanda adanya Angga disitu, karena kurang yakin pada dirinya, Zean menanyakan.

"Kau dengan siapa kemari?"

"Aku sendiri, kenapa memangnya?"

"Kau tidak dengan Angga?"

"Tidak."

"Kenapa?"

"Aku kira kau dengannya ke sini."

"Apa kau tidak melihat bahwa disini tidak ada Angga."

"Ternyata, kau berani juga ya ke mari sendirian, kau bilang kau paling malas keluar dari kelas, dan tidak ingin keluar sendiri, tetapi kau saat ini berani melakukannya."

"Kenapa tidak, itu semua demi kau bodoh. Apa kau lupa, selagi itu kau aku akan bisa," jelas Bara mengambil minumannya.

"Ckk, peria kecil yang imut, aku ingin menciummu."

"Kau jangan gila Zean."

"Aku rindu denganmu, bagaimana kalau nanti malam saja," ujar Zean menggoda Bara.

"Diamlah, aku tidak perduli," Bara bangkit dari tempat duduknya ia kembali ke kelas.

"Ehh Bara kau dari mana saja," ujar Angga yang sedari tadi mencariin.

"Aku hanya keluar sebenyar," cetus Bara menghindari perbantahan.

"Kau ini, aku dari tadi mencariinmu," jawab Angga.

"Aeelah, maaf ga, maaf namanya tadi aku kepingin, lagian tadikan kau ke kamar mandi, aku hanya ingin tidak mengganggumu untuk itu."

"Oh ia, Bara kau ingat tidak besok kita ada kegiatan, kita akan kerja sama pembelajaran, besok jadwalnya kitakan."

"Aku ingat itu, besok aku akan bawa bekal."

"Kau tidak ingin pulang ke kosanku?"

"Sepertinya tidak perlu Bar, kau mau pulang ya?"

"Jika kau ikut denganku, jika tidak aku tidak akan pulang juga."

"Baiklah, terserah padamu."

"Lalu pulang nanti aku akan mengumumkan kepada mereka, kau mau ikut denganku?"

"Tentu saja mengapa tidak," cetus Bara enteng.

"Tunggu dulu," dalam hatinya.

"Angga, aku lupa, sepertinya aku tidak jadi ikut denganmu. Aku ada kerjaan hari ini, aku harus membersihkan sebagian kamarku, aku melakukan renovasi," ujar Bara menarik kata katanya, karena ia tau Zean pasti tidak akan mengijinkan ia bersama Angga.

"Oke, tidak masalah, biar aku sendiri nanti."

"Maaf ya Angga, aku tidak bisa membantumu kali ini."

"Tenang saja, itu tidak masalah buatku."

***

"Bara, kau ini benar benar menggemaskan, kau selalu saja membuatku rindu saat di sekolah," ujar Zean membuka pintu.

"Kau selalu saja, apa kau pikir aku tidak rindu denganmu?"

"Kalau begitu, aku ingin menciummu," Zean langsung mencium bibir Bara, ia melumat, bahkan menggigit hingga bendol.