webnovel

Pergi atau tidak?

編集者: Wave Literature

"Chen'er, sebenarnya kamu sedang membuat apa?"

"Aku sedang mencoba-coba, Ayah. Nanti kalau sudah berhasil akan kutunjukan." Jawab Ye Chen. Ia dulu sering melihat buku cerita lama dan sangat tertarik dengan senjata seperti biji guntur dan lainnya. Di dalam buku itu hanya menggunakan bubuk mesiu biasa. Tetapi karena Ye Chen memiliki kekuatan, maka biji guntur yang dihasilkan juga tidak biasa. Tadi baru percobaan pertama dan kekuatan ledakan mesiu tersebut tidak berbeda jauh dari kekuatan ahli tingkat sembilan. Hal ini membuat Ye Chen semakin bersemangat.

Melihat Ye Chen yang enggan untuk memberitahu, mereka pun enggan memaksa. Namun lubang besar itu meninggalkan kesan yang sangat berbekas untuk mereka.

"Chen'er, jangan bermalas-malasan dan cepatlah berkultivasi lagi!" Tegur Ye Zhantian dengan tegas.

"Baik, Ayah!" Jawab Ye Chen.

Lalu para senior itu meninggalkan tempat Ye Chen.

Di luar rumah ketua telah berkumpul segerombolan orang.

"Ketua, apa yang baru saja terjadi?" Mereka bertanya karena panik. Beberapa tetua klan dan anggota lainnya turut meminta penjelasan pada Ye Zhantian.

"Tidak ada apa-apa, tadi aku dan ketua terdahulu sedang bertanding kungfu!" Jawab Ye Zhantian sambil melambaikan tangan.

Setelah mendapat kejelasan, mereka akhirnya pergi satu per satu.

"Ternyata ketua dan ketua terdahulu sedang berlatih tanding, pantas saja kekuatannya mengejutkan orang lain!"

"Entah siapa yang lebih hebat di antara ketua dan ketua terdahulu."

"Seharusnya ketua terdahulu lebih hebat karena beliau sudah naik tingkat sejak dulu!"

"Belum tentu. Ketua sedang dalam masa gemilangnya, sedangkan ketua terdahulu usianya sudah tua."

Di tengah kerumunan itu ada Ye Moyang yang sedang melihat ke dalam rumah ketua klan dengan wajah penuh kebencian. Setelah Ye Zhantian menerobos tingkat sembilan, posisi Ye Zhantian menjadi semakin kuat di dalam klan. Semua orang menuruti kata-katanya. Hal itu kontras dengan yang dialami Ye Moyang sekarang. Para tetua dan anggota klan enggan mengajak pria itu bicara karena takut akan membuat marah Ye Zhantian. Itu menyebabkan Ye Moyang tidak tahan lagi tinggal di dalam benteng klan Ye.

"Ye Zhantian, kamu yang memaksaku!" Kata Ye Moyang. Saat itu ia baru sadar kalau ada beberapa orang yang sedang melihatnya. "Mereka berani melihatku, mereka terlalu meremehkan!" Gerutu Ye Moyang dalam hati.

Satu minggu telah berlalu dan benteng klan Ye nampak aman dan tentram.

Saat Ye Zhantian sedang menjelaskan hasil penelitiannya terhadap jurus kaisar guntur di rumah ketua klan, sebuah teriakan tiba-tiba terdengar.

"Lapor, Ketua. Ada surat darurat!"

"Cepat bawa masuk!" Ye Zhantian memberi perintah dengan dahi berkerut. Beberapa hari ini tidak ada masalah yang terjadi, entah surat tersebut berasal dari mana.

Seorang anggota klan memasuki kediaman Ye Zhantian untuk menyerahkan dua pucuk surat kepada Ye Zhantian.

Ye Zhantian membuka surat itu dengan dahi berkerut karena khawatir.

"Ayah, apa isi suratnya?" Tanya Ye Chen yang mulai merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres setelah melihat perubahan ekspresi sang ayah.

"Raja Donglin sangat keterlaluan!" Kata Ye Zhantian marah sambil memukul meja.

"Raja Donglin?" Mata Ye Chen mendingin. Bukankah raja Donglin adalah orang yang telah mengusir ayahnya ketika beliau meminta obat?

"Telah terjadi pemberontakan di Negara Xiwu daerah Long Nan. Perang sudah di depan mata dan raja Donglin memutuskan untuk mengurangi jual beli beberapa barang, salah satunya termasuk tambang besi hitam. Hal itu membuat tambang besi hitam di distrik Donglin harus dikelola oleh klan Yun. Kalau nanti terjadi transaksi yang mencurigakan, maka mereka akan dihukum berat! Tiga toko kita yang ada di distrik Donglin juga sudah ditutup!" Kata Ye Zhantian dengan suara berat.

Melihat ekspresi Ye Zhantian, Ye Chen tahu ayahnya sangat marah. Klan Yun pasti membuat suatu kesepakatan dengan raja Donglin agar dapat mempersulit klan Ye. Belakangan ini ekonomi klan Ye sedang tidak baik, beberapa toko di distrik Donglin dan tambang di belakang gunung adalah pendapatan utama mereka, dan kalau sampai harus terputus beberapa bulan, itu berarti mereka tidak akan memiliki pendapatan. Hal itu jelas akan membuat kekuatan klan Ye semakin menurun.

Ye Zhantian tertawa pahit sembari memikirkan suatu hal.

Kalau kejadian ini terjadi setengah bulan yang lalu, mungkin klan Ye akan menyerang balik klan Yun. Klan Yun mungkin sedang menunggu kedatangan klan Ye karena mereka telah bersekutu dengan klan lain untuk bersama-sama menghancurkan klan Ye.

Kalau klan Yun sebagai penguasa di benteng delapan belas awan memilih untuk melawan keluarga lainnya sendiri, mereka tidak akan luput dari pembicaraan orang. Namun kalau klan Ye mulai menyerang mereka, maka mereka akan memiliki alasan yang tepat untuk menghancurkan klan Ye.

Kejayaan klan sudah berada di depan mata berkat jurus kaisar guntur. Itu membuat Ye Zhantian enggan untuk mengambil resiko yang dengan mempertaruhkan hidup mati klan!

"Bagaimana menurutmu Chen'er?" Ye Zhantian bertanya pada Ye Chen.

"Menurutku lebih baik kita bertahan dulu, Ayah." Jawab Ye Chen. Kekuatan mereka tidak sekuat klan Yun, oleh karena itulah yang harus mereka lakukan hanyalah bertahan.

"Ayah juga berpikir seperti itu. Beritahu kepala pengurus kita untuk memerintahkan semua anggota yang berada di distrik Donglin untuk kembali ke sini. Selain itu, perintahkan orang-orang di tambang untuk menghentikan kegiatannya." Perintah Ye Zhantian pada seorang anggota di sampingnya. Karena seluruh penjualan besi hitam akan dilakukan lewat klan Yun, maka tidak akan ada penjualan di tambang besi hitam klan Ye. Kalau sudah seperti itu, maka lebih baik dihentikan saja.

Ye Chen baru saja memikirkan cara untuk meningkatkan efektivitas penambang di sana, namun kini hal itu sudah tidak diperlukan lagi.

Meskipun Ye Zhantian merasa bersalah, tapi hanya ini yang dapat ia lakukan sebagai ketua klan Ye.

"Ayah, apa isi surat yang lain?"

Ye Zhantian mengambil surat yang lain dan membaca surat itu membuatnya makin geram.

"Ini adalah surat dari klan Yun. Sebulan lagi Yun Yiyang akan mengadakan pertandingan kungfu yang harus diikuti oleh seluruh klan yang tergabung dalam benteng delapan belas awan. Seluruh pemuda yang telah mencapai usia delapan belas tahun boleh berpartisipasi. Harus ada senior yang ikut untuk mendampingi peserta yang berpartisipasi." Kata Ye Zhantian sambil tertawa dingin. "Aku yakin ada udang di balik batu dari penyelenggaraan pertandingan ini."

"Ayah, kita pergi atau tidak?"

"Kalau tidak pergi, klan Yun akan menertawakan kita, tetapi kalau pergi takutnya akan termakan jebakannya!"

"Memang benar bahwa klan Yun ingin menghancurkan klan kita, tapi mereka juga tidak ingin kehilangan gengsinya. Mereka mungkin tidak akan secara langsung menyerang kita pada saat pertandingan, namun ketika kita dalam perjalanan!" Kata Ye Chen setelah berpikir. "Benteng klan Ye berjarak puluhan mil dari klan Yun, kalau bisa lebih cepat, seharusnya tidak akan ada masalah."

"Betul. Ayah akan berdiskusi dengan ketua terdahulu dan paman-paman yang lain, setelah itu baru membuat keputusan. Lebih baik kamu pulang dulu dan lanjutkan kultivasimu." Ujar Ye Zhantian yang menyuruh Ye Chen untuk pulang.

Setelah meninggalkan rumah ayahnya, Ye Chen merasa ada suatu perasaan berat yang tak dapat diungkapkan. Saat ini klan Ye sedang tidak stabil dan kalau sampai klan Ye hancur, maka tidak ada lagi tempat perlindungan baginya. Bagaimanapun juga ia harus membantu klan Ye untuk mengalahkan klan Yun!

Ye Chen kembali ke rumahnya dan melanjutkan kultivasi. Walaupun tidak ada jurus kungfu yang sesuai untuk digunakannya berlatih, namun kultivasi jurus spirit anginnya sudah sedikit membuahkan hasil. Selain itu Xuan Qi di dalam tubuhnya juga terasa lebih murni.

Malam telah tiba dan sunyi datang menyergap, yang terdengar hanyalah suara binatang dari dalam pegunungan.

Di sebuah pojok benteng klan Ye, di tengah bayangan pohon yang bergoyang, terlihat satu sosok bayangan hitam yang terbang ke luar dari benteng klan Ye. Sinar bulan nampak menyinari sebagian wajah sosok itu. Dia adalah Ye Moyang yang baru kehilangan posisinya sebagai tetua.