webnovel

Tak Sengaja Bertemu

Kayla dan Alan keluar dari kantor KUA. ya merkeka menyelesaikan urusan pernikahan mereka, melengkapi data administrasi milik Kayla.

Saat keluar dari kantor, Alan tiba tiba meraih tangan Kayla dan menggenggamnya.

Kayla sedikit kaget karena masih belum terbiasa.

Alan menggenggam tangan Kayla yang masih belum ada cincin nikah darinya. Alan meremas tangan Kayla seakan tak mau melepaskan lagi. saat sampai di mobi Alan membukakan pintu mobil untuk Kayla, setelah naik ke dalam mobil Alan malah tak melepas tangan Kayla.

Kayla menatap ke arah Alan, "Kak, kok gak di lepasin?, ayo kita pulang." Ajak Kayla. Alan malah menatap Kayla intens, lalu tiba tiba Alan membungkuk mendekatkan wajah ke arah Kayla, refleks Kayla menutup wajahnya "Jangan disini Kak malu" kata Kayla. Alan terkikik pelan, melihat istrinya itu, "Lho? kenapa? aku kan cuma mau masangin set belt aja Hubby? kenapa mesti malu?" Alan tersenyum jail.

'Si*l, aku dikerjain ma kak Alan, duuuuhh, malunya. di kira apaan siiih?' Kayla ngedumel dalam hati. wajah Kayla bukan merona lagi, tapi malah merah padam.

Alan yang melihat itu tertawa ringan, "Ya Allah, istriku ternyata Malu malu Mau ya?" Goda Alan.

Kayla mencubit perut Alan "Ayo cepet jalan" tangan Kayla malah di tangkap oleh Alan. dan dengan tempo yang se singkart singkatnya Alan mengecup bibi Kayla, Kayla pun membukatkan netranya, mendapat ciuman mendadak dari Alan. Alan segera menutup pintu mobil menghindar dari amukan Kayla. Setelah masuk ke pintu sebelah sopir, Alan tak luput dari serangan Kayla. Kayla mencubit, menggelitik Alan. "uuuuuuuuuuuhhhhhh, dasar Jail, mesum, piktor." Kayla melontarkan tuduhan kepada Alan, yang di sambut gelak tawa Alan. "Aduuh aduh Aduh ampun Hubby, ampun, ya Allah, sakit banget cubitanmu Hubby." Keluh Alan sambil meringis tapi juga tertawa, saat itu Kayla baru sadar bahwa Alan memiliki Gingsul di kedua sisi giginya. 'Subhanallah, Indahnya hasil karyaMu ya Rabb' Kayla terpana oleh wajah Alan. Kayla tak berkedip menatap Alan yang tersenyum meingis kesakitan oleh ulah Kayla. Alan yang di pandangi pun sadar, dan melambaikan tangannya di depan wajah Kayla. "Hubby, kenapa dek? kamu gak papa kan?" Alan menangkup pipi Kayla, yang segera tersadar dari keterpesonaanya pada Alan. Kayla menunduk malu.

"Gak papa kak. Aku hanya kagum" Lirih Kayla berkata.

"Kamu yang memiliki aku sekarang Hubby, kenapa mesti kagum sampai segitunya?" Alan menatap lekat wajah Kayla. yang di tatap semakin menunduk.Alan mendekatkan wajahnya pada Kayla. tapi.....

"Kruyuuuuk" bunyi perut entah milik siapa membuat konsentrasi Alan buyar, dan tersenyum, Alan melirik jam tangan yang melingkar dipergelangan tangan kirinya.

"Benar kata orang, kebahagiaan itu terasa sangat lekas berlalu, kita sudah lewat dari jam makan siang Hubby, kalok begitu kita makan siang dulu ya?" Alan mengajak Kayla ke sebuah Mall, dan menuju restoran yang ada di dalamnya. Beberapa orang melirik ke arah mereka, dengan pandangan yang memuja. Entah apa yang mereka pikirkan, Alan tak peduli, berbeda dengan Kayla yang belum pernah berjalan beriringan dengan lali laki selain mahramnya, bahkan saat menikah dengan Fathoni Kayla tak pernah di perlakukan seperti saat ini, Kayla hanya diam di rumah seperti hiasan dalam rumah itu. Alan menggandeng Tangan kayla seakan tak mau melepaskannya. saat mereka menemukan retoran dengan menu yang cocok dengan selera mereka, pasangan ini pun segera mengambil posisi duduk yang nyaman untuk menikmati kebersamaan mereka.

Alan masih terus menggenggam tangan Kayla, memainkan jari jari Kayla. Kayla hanya menatap tangannya yang di pegang Alan dengan pandangan kosong.

******

suara dari Alan

Alhamdulillah, Wanita yang selalu memghiasi mimpiku sekarang sudah halal untuk aku genggam tangannya.

Aku sedikit grogi saat dia meraih tangan ku dan mengecup punggung tanganku, sungguh, aku lupa jika di sekitar ku masih ada orang lain yang harus aku hormati.

Aku pun mencium puncak kepala wanita idaman hati ku ini, wanita yang di kirim Allah menghiasi hati ku dengan rasa rindu, sungguh aku teramat merindukannya, sampai aku tak sadar mengecup pipi kiri dan kanannya bergantian. saat hilang kontrol aku hendak menyambar bibir mungil yang aku merasa menggoda ku untuk aku kecup. jika saja tak kudengar suara entah siapa yang berdehem dari para sesepuh keluarga ini, aku langsung kembali mengontrol diri ku, bersikap setenang mungkin, cintaku tampak merona, membuatku sangat ingin memeluknya. setelah melakukan permintaan restu pada masing masing orang tua maka kami pun menyelesaikan melengkapi administrasi data Kayla yang belum selesai.

setelah selesai keseluruhan, sungguh, aku masih merasa ini semua mimpi, maka saat aku berjalan dengannya aku selelu menggenggam tangannya, aku khawatir jika aku lepas maka bidadari ini akan kembali ke kahyangan.

"Sayanh Kamu mau makan apa Hubby?" Aku berusaha menghilangkan grogi q dengan terus merasa percaya diri bahwa aku adalah laki laki yang paling beruntung mendapat bidadari seperti Kayla.

"Aku sama seperti Kak Alan saja." jawabnya.

"bener sama kayak Kakak Hubby?" Tanya ku dengan sedikit kerlingan nakal, Kayla tau aku akan menjailinya lagi. maka dia langsung mengambil buku menu dan membuat pesanannya. Aku tersenyum melihat kegugupannya. Aaaah Hubby, taukah kamu? Aku pun sama nervousnya denganmu, tak merasakan kah kau pada dinginnya telapak tanganku yang menggenggammu untuk menghalau rasa nervouse itu?. Sungguh berada di dekatmu aku sangat grogi, aku takut aku kehilanganmu jika aku lepas genggamanku. Aku terus memesan menu yang sama dengan yang di pesan istriku.

selama menunggu pesanan kami mengobrol ringan.

"Kak, kakak kok gak lepasin tangan Kayla kak?, nanti gimana makannya Kayla?" Kayla mengingatkanku.

"Aku takut ini hanya mimpi, karena beberapa kali aku mimpiin kamu, lalu saat bangun kamunya hilang Sayang" jawabku jujur, lalu aku langsung tersadar dengan ucapanku yang keceplosan.

"Kakak mimpiin Kayla? mimpi gimana kak?" Kayla mulai curiga. "Kamu beneran mau tau? gak nyesel kalok dah tau nantinya?" aku menatap wajah Kayla dengan ekspresi nakal, Kayla langsung terdiam. sungguh aku ingin menciumnya, jika saja tak ingat ini adalah tempat umum. karena tak tahan akhirnya Aku bangkit dari dudukku dan mengecup puncak kepalanya, tak lama pesanan kami datang. Kami pun menikmati makanan kami.

*********

Suara dari Kayla

.Ya Allah, sungguh, tingkah laku suami ku ini benar benar akan memperpendek umurku. kenapa dia selalu menghoda ku, bahakan dia tak melepaskan tanganku barang sejenak pun, Aku gemetar, aku yakin Kak alan pun pasti bisa merasakan getaran tanganku.

"Ya habibi, gimana adek bisa makan kalok tangan adek di pegang terus sama kakak?" Rayuku, Kak Alan mencium punggung tanganku, dan puncak kepala ku sebelum akhirnya dia melepas genggamannya. Akhirnya aku bisa makan dengan leluasa, walau masih sedikit merasa canggung.

saat aku menikmati makan bersama suami ku, tak sengaja mataku menatapa sesosok orang yang aku kenal, orang yang menghantarkan aku ke keputusasaan.

yaaah, dia mantan suamiku, Fathoni.

Dia berjalan dengan seorang wanita, kedalam restoran yang sama denganku, tak mau menghiraukan, aku melanjutkan kembali makanku. saat kami menikmati santapan kami berdua sambil mengobrol ringan, tiba tiba dua orang itu mendekati kami, "Kayla?" Fathoni menyebut nama ku. Aku hanya mendongak. "Oh, iya, anda siapa ya?" Aku pura pura b*g*', lupa dan gak kenal. entahlah, apa istilahnya, intinya aku gak mau langsung terlihat tau tentang laki laki ini.

"Haaaah? sebegitu cepatnya kau melupakan aku Kayla? seharusnya aku memberimu kenangan saat kita bersama dulu Kay, agar Kau tak mudah melupakan kau." Fathoni menyeringai jahat.

"Uhuk uhuk uhuk", aku tersedak nasi di tenggorakan ku saat mendengar pengakuan si Toni br*ngs*k ini.

"Hubby, kamu gak papa?, pelan pelan sayang, gak ada yang merebut nasi kamu Cinta" Kak Alan memberiku minuman, dan menepuk bahuku pelan dan penuh kasih sayang, "Kak maaf. aku bikin Kak Alan khawatir." Aku menenangkan Kak Alan yang terlihat panik, aku genggam tangan Suami ku. "Makasih Habibi" Aku kecup punggung tanganya. Akau melirim ke arah Toni, entah karen amerasa di abaikan atau karena hal lain dia terlihat marah dengan sikap ku pada kak Alan.

"Ciiiiiih, anak muda jaman sekarang benar benar tak tau malu, belum menikah sudah berani menunjukkan kemesrahan di tempat umum" Toni berkata menahan marah. Kami berdua tersenyum. "Kami sudah menikah" Aku menjawab Tuduhan Toni.

"Haaahh? oh ya? bahkan masa iddahmu saja belum habis Kayla. tak salah aku menjadikan mu janda, ternyata kamu adalah wanita yang memang butuh belaian laki laki, makanya kamu menikah sebelum ....." belum selesai Toni dengan kata katanya sebuah bogem mendarat di pipi kanannya. Aku terkejut melihat ke arah suamiku yang terlihat menahan amarah setelah memukul Toni.

"Habibi, ya Allah, Sayang, kamu jangan mengotori tanganmu melukai manusia gak penting ini kak, aku mohon, kendalikan emosimu Suamiku" pintaku sambil memeluk tubuh kak Alan agar tak menyerang Toni, aku bukan melindungi Toni, tapi aku tak ingin Suami ku berurusan dengan hukum hanya karena masalah sepele.

akhirnya sebelum Toni bangkit berdiri, aku menyeret kak Alan untuk segera membayar dan pergi dari tempat itu.

sekilas aku lirim Toni di bantu oleh wanitanya untuk berdiri, dia menatap ke arah kami. jika tadi kak Alan yang tak melepas genggamamnya, sekarang aku yang membuat tubuhku berada dalam pelukannya lalu aku tarik pinggangnya untuk segera pergi dari tempat itu.

sampai di parkiran Aku membuka pintu mobil sendiri. sebelum masuk aku elus sayang wajah suami ku, "Kita pulang ya Hubby?" pintaku. Syukurlah, aku bisa bernafas lega melihat senyum di bibir suami ku.

lalu aku segera masuk ke mobil kak Alan. Kak Alan pun segera masuk ke kursi supir. setelah pintu ditutup, tiba tiba kak Alan meraih kepalaku dan mencium bibirku. aku terperanjat, tapi aku tak bisa melawan, karena otak ku masih bisa berpikir rasional, dia suamiku, dia dalam kondisi marah. maka aku biarkab Kak Alan meraup bibirku dengan penuh nafsu, bahkan aku ikuti permainnanya, walau agak sedikit malu, aku pegang pipi kak Alan, dan membalas pagutannya, sedikit ada celah aku melepas pagutan Kami.

"Kak, kendalikan hati kakak, jangan emosi ya? aku takut" Aku mencicit, jujur aku memang takut.

"Maafkan aku Hubby, aku marah pada perkataannya. maafkan aku, aku tak terima kau di hina olehnya. aku mohon ijinkan aku memelukmu untuk meredam emosi di dadaku." Ya Allah, dia meminta izin untuk memelukku, aku tersenyum, lalu akupun berinisiatif duluan memeluknya, "Suamiku, terimakasih" tulus aku mengucapkan itu.

setelah emosinya mereda Kak Alan pun membawaku pulang kembali kerumah orangtua ku.

selama di jalan kami terdiam sibuk dengan pikiran masing masing. Aku melirik ke arah kak Alan.

Lalu dia menarik tangan kanan ku dan mencium jari jari ku. "sayang sebelum pulang aku mau membawa kamu ke suatu tempat, mau kan?" Tanya kak Alan, sambil masih fokus pada jalan. "Iya, kemana pun kakak membawa ku, aku ikut kakak aja." jawabku.

Lalu dia membelokkan mobil ke arah perkantoran.

dan di salah satu perusahaan kak Alan memarkir mobilnya, "Hubby, kaku tunggu di mobil gak papa kan? aku mau ambil sesuatu di Abi Ramdhani." tadi beliau meminta ku mengambilnya di tempat ini.

aku agak aneh tapi aku tetap mengangguk.

setelah itu Kak Alan masuk ke perusahaan itu.

tak Lama lalu keluar lagi.

dia masuk ke mobil dengan nafas yang ngos ngosan.

"Kak, kakak lari lari?" tanya ku.

"iya. takut kamu ada yang nyulik" Jailnya kunat.

Aku cubit pinggangnya sewot. "Au sayang kok kamu suka banget nyubit sih? gak taham ya? sabar ya? nanti malem aku akan lak..." Aku cubit lagi pinggangnya.

"Mesum, piktor" aku mencerca suamiku lagi.

"Ampun ampun ampun Hubby. ya udah kalok gitu kita ke tempat tujuan kita ya?" aku mengangguk.

Lalu dia mengajak aku kevm taman di pinggir kota, suasana sedikt sepi, aku melirim jam di tanganku.

"Kita sholat dhuhur dulu ya? di masjid itu" Kak Alan menunjuk ke arah masjid. Kami pun melaksanakan shalat di masjid itu.

setelah sholat kami kembali ke taman itu Lagi.

terlihat Kak Alan menelpon seseorang, lalu segera kembali pada ku.

tak lama kemudian kaka Alan memintaku melihat ke atas. Aku melihat 2 drone, yang membawa spanduk bertuliskan "Mikayla Adnan, terimakasih sudah mau menjadi belahan jiwaku, Aku Cinta Kamu"

saat aku hendak bertanya pada suamiku, aku melihat dia telah memegang sesuatu di tangannya.

"Hubby, ini adalah Mahar yang sebenarnya hendak aku berikan padamu, tapi karena pernikahan kita yang mendadak dan diluar dugaan maka Abi meminta ku untuk menghalalkanmu dengan yang aku miliki dulu. dan sekarang adalah kesempatan ku untuk memberikan hak mu ini kepada mu Hubby."

sungguh aku terharu dengan kejutan seharian ini.

"Terimakasih kak." aku akan berusaha menjadi istrimu yang kau mau."Bimbing aku menuju jannahNya kak, jadikan aku bidadari surgamu nanti." Aku menerima pemberian Kak Alan, satu set perhiasan emas, tak memiliki berlian tapi penuh dengan cinta, karena kak Alan menyiapkan saat dia akan berangkat ke jakarta dengan niat hendak meminangku.