webnovel

Ku lepas kau dengan bismillah

Miranda amat sangat menentang poligami, tetapi pada akhirnya dia sendiri yang meminta suaminya Damar untuk menikahi Kinanti. Tidak ada alasan lain kecuali uang! Miranda mencintai suaminya, namun uang tidak lebih dari separuh hidupnya. Hingga dia rela mengizinkan suaminya berpoligami dan menikahi wanita kaya. Bagaimana kehidupan Miranda atas keputusan terbesarnya membiarkan Damar jatuh pada gadis kaya dan berhati lembut seperti Kinanti ? akankah dia bisa hidup bersama madunya sendiri?? Simak kisahnya ya dan terus dukung saya untuk terus berkarya ^^

A_blue · 都市
レビュー数が足りません
29 Chs

Chapter 19

Kinanti menyambut panggilan telpon dari asisten rumah tangga, mba Tari.

"Bu, perlengkapan dapur sudah habis, mau mba yang belikan atau ibu? Bu Miranda sedang sibuk katanya"terdengar suara diseberang.

"ngga apa-apa mbak biar saya yang pergi belanja"

"baik Bu..."

.

Kinanti beranjak dari kamar masa lajang suaminya, dia menyeret langkah menuju ruang keluarga, tampak nyonya Almira bermain bersama putri kecil.

"Amanda... seneng ya main sama eyang" Kinanti meraih tubuh mungil Amanda lalu menghujani dengan ciuman gemas. nyonya Almira menatap dengan penuh harapan, dia senang kinanti menyayangi cucunya meskipun tidak terlahir dari rahimnya sendiri.

"seneng dong, mom" nyonya Almira menimpali lalu mengelus perut Kinanti seraya mengatakan harapannya "semoga nanti Manda cepet punya Adek ya dari mommy dan papanya".

Jlebbb!

Kinanti terenyuh.

Dia mungkin mau memberikan adik untuk Amanda, tapi bagaimana bisa terjadi, dia saja masih tersegel belum tersentuh sama sekali.

"ibu doakan ya, semoga kamu dan Damar bisa cepat dapat keturunan" doa seorang ibu yang sangat tulus, semoga saja akan terjadi keajaiban diantara hubungan mereka.

"amiin" lirihnya hampa.

Sukmanya seakan terluka seiring dengan kenyataan yang kian jelas terpampang didepan mata.

***

[Damar, nanti pulang dari rumah ibu aku mau ke supermarket, belanja bulanan]

Damar menerima pesan dari Kinanti.

[mau aku temani?]

Ting! sebuah pesan balasan yang ditunggu sekian menit.

[kalau tidak keberatan]

Gadis bermata coklat menghembuskan nafas berat, dia menatap layar ponsel disana ada potret pernikahan sederhana antara dirinya dan pria yang tidak menginginkan pernikahan itu terjadi.

Senyumnya getir seraya terus menahan rasa yang tak mampu ia terjemahkan.

~~

POV Kinanti;

Aku ingin melukis senyum ketika bersamamu, memahat tiap kenangan kita bersama, sehingga kau tidak akan pernah mampu melupakan aku lagi.

Cinta ku tak serumit pemikiran ku sendiri, aku hanya ingin disisi mu dengan segala kekurangan ku. Seandainya kau bisa memaklumi.

~~

***

Kinanti tiba lebih dulu di mall tempat yang ia janjikan pada Damar, mereka akan belanja bulanan hari ini.

Sambil menikmati satu skup es krim bersama Amanda yang bermain di tempat permainan anak-anak. Melihat tingkah pola lucu putri kecil benar-benar menghiburnya.

Dari kejauhan Damar menangkap sosok Kinanti yang duduk sembari memperhatikan Amanda yang bertemu teman baru ditempat permainan itu. Sesekali tawa lepasnya bagai candu bagi siapapun yang memandang wajah sendu nan menawan.

"maaf apa aku terlambat?" Damar sudah berdiri disebelah Kinanti. Dia menengadah, melihat sosok pria tampan berbalut kemeja kerja tanpa jas.

Gadis itu menggeleng, lalu menceritakan tingkah pola menggemaskan putri kecil.

.

Damar mendorong troli belanjaan sementara putri kecil duduk didalamnya. Berceloteh dan tertawa.

Semua orang yang melihat akan menganggap mereka keluarga kecil yang bahagia. Siapa sangka didalam kebahagiaan itu ada banyak kerumitan.

Mata Damar seperti elang, dia sangat teliti dan piawai memilih sayur dan buah segar, lalu beberapa Poto daging, seafood dan ayam semua pilihannya.

Beberapa kali Kinanti mengambil potret kebersamaan mereka. Semua akan jadi kenangan ketika masanya akan tiba.

.

Saat melewati rak-rak tinggi yang tersusun rapi mainan untuk anak- anak Damar mengambil topeng beruang lalu berlagak seperti badut membuat putri kecil terbahak, perasaan yang amat damai. Kekocakan yang nyaris tidak pernah ia lakukan seumur hidup.

Ketika mereka Melawati rak berisi penuh boneka Amanda berontak, dia ingin di turunkan dari troli lalu menggandeng tangan Kinanti, membimbing sang ibu sambung untuk mengambil boneka bayi bermata biru, warna rambut perak dan kulit putih.

Sebuah boneka bayi pilihan putri kecil, suara lucunya mengatakan "mom,, mau dedek,"

"Manda mau boneka ini?" Kinanti berjongkok agar dia bisa sejajar dengan putri kecil

"papa.." gadis kecil itu berlari kearah papanya memeluk kaki pria cinta pertamanya"Manda mau Adek.." bujuknya dengan mata membulat jenaka.

"nah.. tuh.. anaknya mau punya adek " celetuk seorang ibu yang kebetulan juga memilihkan mainan untuk putranya.

Kinanti dan Damar saling memandang, wajah mereka bersemu merah. Mereka jadi salah tingkah. Damar menggaruk kepala yang tidak gatal.

"ya.. nanti papa belikan, Manda mau boneka itu?"

"bukan! Manda mau Adek" rajuknya memuncungkan bibir mungilnya.

Damar jadi kebingungan bagaimana menjelaskan bahwa punya bayi tidak sama seperti membeli boneka yang terpajang di etalase toko.

Kinanti mendekati Amanda yang terus mendesak papanya. Ia menenteng boneka pilihan sang putri kecil .

"Manda,, mau punya adek dari mommy?"

Gadis itu berlonjak dari dekapan Damar lalu menghambur ke arah Kinanti.

"mau mom..." ujarnya polos.

Kinanti membisikkan sesuatu ketelinga putri kecil, Damar sama sekali tidak tahu rahasia para perempuan, mereka akan selalu punya cara membuat konspirasi.

Tampak mereka saling memberikan tos, putri kecil tertawa riang menerima boneka bermata biru. Damar akui kepiawaian Kinanti dalam hal mengendalikan Amanda yang kadang tidak bisa ditebak suasana hatinya.

"apa yang kalian rencanakan?" selidik Damar memincingkan mata.

"rahasia dong" sahut Kinanti memberi kode pada Amanda bahwa bisikan tadi adalah rahasia antara mereka berdua saja

"baiklah,,.aku bukan bagian dari rahasia kalian" Damar menyerah tidak berani mencari masalah dengan wanita!

***

Amanda yang kelelahan tertidur dalam gendongan Damar. Kinanti mendorong troli penuh belanjaan menuju parkiran. Damar memintanya untuk menunggu sejenak di lobby mall, dia akan memindahkan mobil sambil membawa Amanda yang tertidur bersamanya.

"Kinan.." namanya diserukan oleh seseorang, gadis bermata coklat menoleh keasal suara,

Tampak pria yang memanggil Kinanti berlari kecil menuju gadis itu.

"Arsenio?!" Kinanti membelalak.

"akhirnya kita bertemu disini, aku baru mau menelponmu"

"oh ya? ada apa?"

"ya.. mungkin ini yang disebut dengan jodoh" Arsenio nyengir. "kau habis berbelanja? kenapa tidak mencari aku? aku pasti mau menemani mu"

"hmm tidak, ini hanya hal kecil.."

Kinanti jadi salah tingkah, memang penuh belanjaan didalam troli.

"kau sendiri? mau aku bantu?"

"tidak .. Arsen aku..."

Damar baru muncul setelah selesai memindahkan posisi mobil agar kinanti tidak terlalu jauh mendorong troli belanja mereka.

"Kinan, ayo kita ke....." ucapan Damar menggantung, dia ternganga, sejak kapan Arsenio ada disana?

"Damar?" Arsenio memutar kepalanya mencari keberadaan seorang lain yang mungkin juga ada disana "dimana Miranda?" tanyanya heran.

"uhmm.. Miranda tidak ikut.."

Arsenio bahkan tercengang mendengar ucapan temannya. Terlihat Damar juga tengah menggendong Amanda.

"kalian pergi bersama???" tanyanya penuh kehati-hatian.

Damar bungkam.

Mata teduh Kinanti memandang kearah pria yang terlihat serba salah. Tidak kah dengan mudah mengatakan bahwa dia juga istrinya?

kenapa? apa terlalu sulit untuk mengakui semua dihadapan Arsenio? sampai kapan dia harus menyembunyikan identitas sebagai istri seorang Danu Umar? dihadapan semua orang seakan bukan siapa-siapa, mereka yang bahkan satu tempat tidurpun harus tidak diakui?

Baiklah jika hal itu sangat berat mungkin dia sendiri yang harus katakan.....

"Arsenio sebenarnya....."