Bab ini tidak akan membahas tokoh-tokoh lama kita, karena ada sosok lain yang sepertinya sangat menarik bagi kalian para pembaca. Sungguh, ini akan menyenangkan, jadi bacalah dengan perlahan-lahan agar tidak kunjung usai.
Aku menoleh, "Jerma, apa kau baik-baik saja?" Jerma mengangguk dan tersenyum Setelah aku bercerita, Jerma seakan diguyur air es, membeku, dingin. "Jangan terlalu dipikir, Jerma. Semua yang ada akan hilang, itu rumus pasti." Aku merogoh saku jubah, mengambil pena berwarna pirang keemasan dengan ukiran indah yang dibuat oleh tangan Ibu.
"Ibu menitipkan ini, maaf terlambat, aku sempat hilang akal sehabis pemakaman." Aku menyerahkan pena itu, jemari Jerma terlihat gemetar saat memegang pena itu, air matanya meluncur jatuh. "Ibu, " lirih Jerma. Aku menepuk pundak Jerma sebelum meraihnya untuk masuk kedalam peluk. "Ibu sangat menyayangimu, kau sudah menjadi anaknya. Jangan menangis, Ibu tak suka jika anaknya tersedu seperti ini." Jemariku mengelus rambut sewarna jingga.
webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください