Kejadian keracunan kemarin sudah cukup membuat jantung pemuda dengan rahang tajam itu hampir terlepas dari tempatnya, dirinya bahkan sudah kehilangan napas selama beberapa menit saat melihat tubuh yang lebih kecil darinya itu terbujur kaku di lantai kamar asrama Sekolah Menengah Kosong yang dirinya dan Rair huni. Dia berharap ini adalah terakhir kalinya Rari berbuat seperti ini, berbuat hal yang membuat dirinya ingin menghukum diri sendiri.
Memang benar adanya jikalau pemuda itu tidak pernah memerintahkan Rair untuk tidak melakukan hal ini ataupun hal itu, dirinya selalu menyerahkan segala keputusan kepada sahabat kecilnya yang sungguh sebenarnya tidak perlu diberikan kesempatan dalam memilik keputusan. Tetapi menurut pemuda itu Rair selalu berhak atas kesempatan memilih kesempatan, dia yakin jikalau takdir tidak pernah salah arah dan sasaran.
webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください