Raka mendorong pintu kamarnya dengan lembut, suara engsel yang berderit tipis memecah kesunyian malam. Lampu kecil di sudut kamar memberikan cahaya redup, cukup untuk melihat Kai yang sudah terlelap di ranjangnya, dengkuran pelan mengisi ruangan. Raka menghela napas panjang, mencoba menjaga kebisingan seminimal mungkin saat ia meletakkan tasnya di meja.
Shade: (dengan nada iseng, sambil melompat dari jendela ke sandaran kursi) "Oh, kau akhirnya pulang. Bagaimana kabar adik kecilmu, Alya? Masih manis seperti biasa?"
Raka: (membalas dengan malas sambil mulai membereskan barang-barangnya) "Dia baik-baik saja. Kenapa kau tidak pernah menanyakan kabarku?"
Shade: (mengibas-ngibaskan sayap, mengangguk seolah puas dengan jawaban Raka) "Itu karena kau dan aku bertemu setiap hari. Kenapa aku harus repot-repot bertanya? Aku tahu kau baik-baik saja... meski sedikit membosankan."
Raka: (berhenti sejenak, menatap Shade dengan kesal) "Terkadang aku berharap kau tidak bisa bicara, tahu?"
Shade hanya mengangkat bahunya dengan cara burung, sesuatu yang entah bagaimana berhasil terlihat sangat mengejek. Namun, setelah beberapa saat, ia mencondongkan kepalanya ke arah Raka, tatapannya berubah lebih serius.
Shade: (nada serius) "Apakah kau memberitahu Alya tentang kekuatanmu?"
Raka: (berhenti merapikan barang-barangnya, menundukkan kepala dengan ragu) "Tidak. Aku masih ragu untuk mengatakan kebenarannya."
Shade: (menghela napas panjang, mengepakkan sayap dengan frustrasi) "Hah... sudah kuduga kau akan seperti ini. Kau terlalu khawatir tentang apa yang mungkin terjadi. Kau tahu, kau adalah dewa. Bagaimana bisa seorang dewa begitu pengecut?"
Raka berhenti sejenak, sebelum tiba-tiba bergerak cepat, menangkap Shade dengan tangan kuatnya dan mencengkeram leher burung itu.
Raka: (nada kesal, menatap Shade tajam) "Berhentilah bicara, burung cerewet."
Shade: (terengah-engah, mencoba berbicara meski tercekik) "Ahhh... K-kau sendiri yang membuatku seperti ini! Ekh!"
Raka akhirnya melepaskan Shade, membiarkan burung itu terhuyung-huyung kembali ke sandaran kursi. Melihat itu, Raka tidak bisa menahan tawa kecilnya, meski ia segera teringat bagaimana ia mengubah Trait milik Shade dengan menggunakan kekuatan [Trait Box] miliknya. Faktanya memang sangat umum bagi Hunter Raven yang memiliki Trait Intelegent untuk bisa berbicara bahasa manusia.
Raka: (membatin, menatap Shade dengan senyuman jahat) "Jadi, kalau aku menghapus Trait 'Intelegent' miliknya..."
Shade: (mata melebar dengan panik) "Ada apa? Kenapa kau tersenyum seperti itu? Tunggu, tunggu! Jangan ubah Trait-ku lagi! Itu sangat menyakitkan!"
Raka: (miringkan kepala, penasaran) "Sakit? Kenapa bisa begitu?"
Shade: (menggelengkan kepala dengan intens, suaranya lebih serius) "Entahlah. Tapi saat pertama kali kau mengubah Trait-ku ketika aku sekarat, tubuhku seperti terkoyak dari dalam. Rasanya seperti mati... lalu dilahirkan kembali."
Raka terdiam, merenungkan pernyataan Shade. Ia menatap tangannya sendiri, perlahan menyadari bahwa kekuatan yang ia miliki mungkin memiliki dampak lebih besar daripada yang ia pahami.
Raka: (berpikir dalam hati, tatapannya melembut) "Kekuatanku ini... mungkin lebih rumit dari yang kukira."
Menghela napas panjang, Raka berjalan menuju tempat tidurnya, menghempaskan tubuhnya dengan berat ke atas kasur.
Shade: (menaikkan alis burungnya, terlihat bingung) "Eh? Kau mau tidur begitu saja? Tidak seru."
Raka: (menarik selimut, menutup mata) "Ya, jadi jangan berisik. Atau aku akan membuat bulumu lebih hitam dari sekarang."
Shade: (mendengus, mengibas-ngibaskan sayap dengan kesal) "Cih, dasar orang yang membosankan. Ngomong-ngomong, apakah benar besok kau akan bertemu dengan gadis kematian yang lain?"
Raka: (membatin dengan heran, membuka sedikit matanya) "Gadis kematian?" (lalu berbicara, nada biasa) "Ya. Dan kau sepertinya harus ikut, hehe."
Shade: (meringis, terdengar tidak percaya) "Kau pasti bercanda."
Namun, Raka hanya tersenyum kecil, menutup matanya, dan tidak menjawab lagi. Shade menghela napas, lalu mengepakkan sayapnya untuk terbang ke sangkar milik nya, menundukkan kepala dengan khawatir.
Shade: (berbisik pada dirinya sendiri) "Burung malang ini selalu jadi korban..."
Kai yang masih terlelap mendengkur semakin keras, mengisi keheningan malam dengan ritme yang konstan. Raka tertidur dengan senyuman, sementara Shade tetap terjaga untuk beberapa saat, sebelum akhirnya menyerah pada rasa kantuknya sendiri.
Di luar, bulan redup tertutup awan, dan malam beranjak pergi, menyambut fajar yang perlahan menyingsing, membawa pagi yang cerah.
---