webnovel

Korban Bullying

Seorang gadis muda bernama Song Mina, harus mengalami betapa kejamnya perundungan dari teman sekolahnya. karena masalah perundungan itu dia harus kehilangan sang ibu, satu-satunya orang tua yang ia miliki. Menjadi seorang gadis yatim piatu. Hingga pada akhirnya ia di asuh oleh nenek yang kini sudah tua renta yang tinggal di sebuah desa pelosok. Yoon Seok Hoon, kakak dari seorang gadis cantik bernama Yoon Inna, gadis yang merundung Song Mina di sekolah. Yoon Seok Hoon diam-diam telah jatuh hati pada gadis malang itu, dan mencoba untuk melindunginya. Namun, ia selalu gagal saat ingin melindungi si gadis. Cinta di antara mereka kini sangatlah rumit, membuat Song Mina ingin menyerah dalam cintanya. Perpisahan demi perpisahan telah di lalui, sampai pada akhirnya nasib mempertemukan mereka kembali. Namun, ujian belum berakhir disana, karena cobaan selalu hadir di antara mereka, mencoba memisahkan keduanya yang saling mencintai. penasaran? yuk ikutin cerita ini. Jangan lupa, sediakan tisu sebelum membaca. Nama-nama pemeran : (1) Song Mina. (2) Yoon Seok Hoon. (3) Yoon Inna. (4) Sung Jae won. (5) Hwang Ju Young. (6) Sejeong. (7) Park Jihoon. (8) Joo Sarang.

Tiana_Mutiara · 若者
レビュー数が足りません
34 Chs

Hadirnya sang kekasih.

"Tunggulah disini, nenek panggilkan dulu."

Nenekitu pun kembali masuk ke dalam rumah nya yang kecil dan tua.

Tak lama kemudian terlihat seorang gadis berambut panjang yang di ikat, dengan memakai kaos berwarna hijau dan rok selutut berwarna putih keluar.

Dia melihat ke arahku, mata kamipun beradu, ku lihat matanya berkaca-kaca.

Tanpa pikir panjang, akupun berlari ke arahnya, dan memeluk tubuh kurusnya.

Dia diam mematung, ku cium kening nya.

Ku rasakan badan nya mulai bergetar, dan seketika tangisnya pecah.

"Menangis lah, keluarkan semua nya, jangan di tahan Mina_ah."

Aku memeluk nya semakin erat, ku rasakan tangan nya membalas pelukan ku.

Kami tak mempedulikan berpasang-pasang mata memperhatikan kami.

Tak lama kemudian kami mendengar suara tepukan tangan dimana-mana.

Kami pun mengakhiri pelukan itu, semua orang bertepuk tangan, dan tersenyum ke arah kami.

"Mina_ah, kau tidak memberi tau nenek kalau sudah punya kekasih!" Nenek tadi menghampiri kami, sambil menepuk setengah memukul pinggul Mina.

"Aku tidak punya kekasih Nek."

"Lalu dia siapa?"

"Saya mantan nya Nek, tapi kami akan segera rujuk kembali kok, mohon restunya Nek!" Jawabku sambil menggoda Mina, mencoba menghiburnya.

"Hey, apa-apaan sih Seok Hoon , jangan mempercayainya Nek!" Gadisku mengerucutkan bibirnya sembari menyeka air mata di pipinya.

"Restui saja Nyonya Song, dia pria yang luar biasa tampan!" Seru seorang ahjumma .

"Iya benar itu, mereka sangat serasi, cantik dan tampan!" Seru ahjumma lain nya.

"Hey, ada apa dengan kalian ini?. Seok Hoon_ah, ikutlah denganku!" Song Mina menarik tanganku.

Aku mengikutinya, menelusuri sebuah ladang-ladang dan akhirnya kami sampai di sebuah kebun buah yang sangat indah.

"Aku sudah bilang, jangan mencariku lagi!"

"Bagaimana aku tak mencarimu? Setalah apa yang mereka lakukan padamu!"

"Tidak usah memperdulikan ku lagi! Kita sudah putus, anggap saja kita tidak pernah punya hubungan apa-apa lagi!" Matanya berkaca-kaca.

"Bagaimana aku tidak perduli, aku masih mencintaimu Mina_ah."

"Tapi aku tidak menyukaimu lagi!"

"Jangan berbohong!"

"Aku tidak berbohong!"

"Sudahlah Mina , aku lelah, jangan berpura-pura lagi!" Ku tarik tubuhnya mendekat, tangan kananku menarik tengkuk nya, ku cium bibir mungil yang sangat ku sukai itu.

Dia memejamkan kedua matanya, air bening mengalir di sudut mata nya.

Akupun memperdalam ciumanku, melumat bibir nya dengan penuh cinta dan kerinduan.

Setelah beberapa saat kami tenggelam dalam suasana romantis, kamipun mengakhiri ciuman ini.

"Mina_ah, saranghae!" Ku tatap matanya dengan penuh kasih yang mendalam.

Dia menunduk, air mata nya berjatuhan kembali, ku peluk gadis malang ku, tak terasa air mataku ikut berjatuhan, merasakan semua penderitaan yang menimpanya.

"Mina_ah, maaf, sungguh maafkan aku yang telah terlambat!"

Dia melingkarkan tangan nya di pinggangku, dan semakin menenggelamkan wajahnya di dada ini.

Setalah merasa lebih tenang, kamipun duduk di bawah pohon besar.

Dia menceritakan detail soal Vidio itu, dari awal hingga akhir.

"Mina_ah," aku menyebut nama nya, sembari memegang kedua tangannya.

"Iya?" Jawabnya dengan suara lemahnya.

"Menikahlah denganku!" Kataku bersungguh-sungguh.

"Hey, jangan bercanda, kita masih terlalu muda!"

"Kalau begitu, tinggallah bersama denganku!"

"Apa? Kamu gila?"

"Aku sungguh ingin melindungimu, aku tidak ingin kamu di tindas lagi oleh mereka, apalagi kemarin Jae won sudah berani menciummu, aku sungguh tidak rela, ingat! Seluruh tubuhnya, dari ujung rambut sampai ujung kaki adalah milikku!" Entah apa yang merasuki ku, kenapa aku jadi cerewet saat bersama gadis ini.

"Hey, mana Yoon Seok Hoon yang dulu terkenal pendiam itu? Kenapa jadi cerewet gitu!"

"Aku tidak bercanda Mina_ah"

"Apakah kamu cemburu?"

"Jelas! Kenapa masih di pertanyakan."

"Seok Hoon_ah,"

"Iya,"

"Apa yang kau suka dariku?"

"Semua nya! Semua yang ada pada dirimu!"

Dia hanya tersenyum dengan mata yang kini mulai menetes kan air mata lagi.

"Kenapa kau menangis lagi?" Sambil ku seka cairan bening yang mengalir dari kedua pelupuk matanya.

Tangan mungilnya, menggenggam tanganku.

Mata bengkak nya akibat menangis menatapku penuh kasih. Melihat hal itu, aku mengerti, sebenarnya dia butuh perlindungan dan kasih sayangku. Namun ia enggan untuk mengatakan.

Ku lukiskan senyum di bibir ini, ku tarik ia, dan kembali ku peluk tubuh nya. Pelukan hangat ini sungguh membuat kami merasa tenang dan bahagia.

"Jangan pernah lari dariku lagi."

"Maaf," Suaranya lirih.

"Tetaplah seperti ini, aku sangat merindukanmu! Dan biarkan aku menginap beberapa hari di sini!"

"Hey, bagaimana bisa seperti itu?"

"Bisa! Setalah itu, ikutlah aku ke Seoul, ku mohon tinggallah bersamaku, dan menikahlah denganku!"

"Jangan aneh-aneh."

"Aku akan meminta izin pada nenek."

"Hey, jangan seperti itu."

"Harus seperti itu."

Dia mengerucutkan bibirnya kesal, akupun mengecup bibir itu singkat, membuatnya melototiku.

----------------------

Langit yang begitu gelap, dengan di hiasi terang nya Bulan dan gemerlap sang Bintang. Terlihat dua sejoli sedang duduk di atas batu besar di belakang rumah seorang Nenek bernama Nyonya Song.

"Malam ini dingin sekali," seru seorang pemuda berwajah tampan.

"Setiap harinya disini memang dingin, disini area pegunungan." Jawab seorang gadis cantik bernama Song Mina.

"Tunggu disini sebentar," lanjutnya.

"Kau mau kemana?"

"Ke dalam sebentar!"

Gadis itupun beranjak masuk melalui pintu belakang.

Tak lama kemudian terlihat sosok cantik itu keluar dengan membawa jaket tebal di tangan kirinya, dan kopi panas di tangan kanan nya.

"Pakai ini, lumayan untuk menghangatkan tubuh mu!" Ia memberikan jaket tadi.

Tanpa pikir panjang Yoon Seok Hoon memakainya, karna tubuh nya memang sudah sangat menggigil.

"Minumlah!" Sembari menyodorkan kopi panas yang sengaja ia buat untuk pria itu.

"Terima kasih." Iapun meminum nya dengan hati-hati.

"Mau menemaniku jalan-jalan?"

"Apa?"

"Temani aku keliling desa ini!"

"Baiklah."

Mereka melangkah demi langkah di sebuah jalan setapak di desa itu, jalan sempit yang di kelilingi ladang menghijau.

Jam masih menunjukkan pukul 20:00, tapi desa ini sudah sangat sepi, beda dengan di kota, yang biasanya sampai tengah malam masih ramai.

Yoon Seok Hoon yang terlahir dari keluarga sendok mas itu sangat menikmati keindahan malam yang alami tersebut.

Se umur-umur ini adalah kali pertama nya menginjakkan kaki di desa pelosok seperti sekarang.

"Jam segini kok sudah sepi?" tanya Seok Hoon.

"Seperti inilah desa, para petani sudah pada lelah karna bekerja seharian, jadi mereka istirahat lebih awal. Palingan cuma ada beberapa warga yang ronda malam, sekitar tiga sampai empat orang setiap malam bergantian." Song Mina menjelaskan.

Lalu bagaimana dengan para anak muda? Apa mereka juga tidur jam segini?" tanya Seok Hoon lagi, karena ia sebelum nya belum pernah tinggal di sebuah desa terpencil seperti tempat kekasih nya tinggal saat ini.

To be continued...