webnovel

Kisah Putri SANG KIAI

Season 1. Muhammad Barrak, pergi dari rumah karena merasa malu, sebagai putra Kiai dia tidak berguna dan hanya membuat kedua orang tuanya malu. Dia pergi dari rumah dengan dua tujuan, satu memperbaiki diri, dua supaya perjodohannya gagal. Apakah rencananya berhasil? Season 2. Chafiya Afrin Zahraya, adalah putri dari Barrak dengan istrinya tercinta, nama yang memiliki arti orang yang diperhatikan serta ramah, berani dan memiliki karakter yang kokoh. Gadis bercadar ini adalah motivator para pencari Tuhan juga penulis novel Religi. Suatu ketika dia terpesona oleh pemuda bernama Adib, yang tidak lain adalah santri dari Abah yang sudah menjadi Ustadz. Selain itu, editor Faris Hamzah juga sangat ambisius untuk mendapatnya. Namun, pemuda yang memikatnya adalah santri dari sang Abah. Gadis bercadar ini harus meredam perasaannya dalam-dalam, karena sang Abah memilih putra sahabatnya, pemuda yang tidak lain adalah dokter muda, anak dari seorang dokter ternama di Jakarta. Putra dokter itu bernama Muhammad Alif Raffa, pemuda tampan namun juga terkenal sering keluar masuk penjara akibat narkotika, walaupun dia seorang dokter. 'Aku meredam perasaanku, karena Abah. Semoga Allah memberikan jalan terbaik ketika aku memantapkan hati dan bersedia menikah dengan Mas Alif, karena aku ingat kisah cinta Abah dan Umi.' Bagaimana kisah putri Kiai ini? Apakah dia bisa jatuh cinta kepada Alif, yang memiliki kebiasaan buruk? Semoga menikmati cerita ini. Hanya di Kisah Putri Sang Kiai.

Ririnby · 歴史
レビュー数が足りません
228 Chs

Harus Semangat

Para santri bubar setelah solat malam, Barrak berjalan di belakang Kiai.

'Aduh ... kritis ini. Hp Neng Yaya masih aku bawa, dan sepertinya dia sudah masuk ke kandang santri putri. Bagaimana cara aku mengembalikannya? Aduh ... diam ah besok ketemu lagi, semoga halal,' batin Barrak.

"Le mau tidur di asrama atau rumah?" tanya Kiai Imran, Barrak berpikir sejenak.

"Ehe, aku malah bengong, sama santri yang lain saja Kiai," jelas Barrak.

"Ingat, solat subuh berjama'ah," tegur Kiai Mad.

"Siap Grak Yai," ujar Barrak masih sangat semangat. Kedua Kiai menepuk pundaknya lalu berjalan pergi meninggalkan Barrak.

Barrak duduk sendiri di serambi Masjid sambil melihat ponsel milik Yaya. Barrak tidak sengaja menggeser dan musik menyala dengan otomatis.

"Lagu rock, wah ... tidak nyangka wanita kalem itu suka," gumamnya menikmati alunan lagu. Dia berbaring mengecilkan volume dan menikmati malam penuh bintang.

ロックされた章

webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください