webnovel

Kisah Kehidupan Wawan

Series pertama dari Series "Kehidupan Realita" Part 1 SMP Story. Wawan merupakan Anak indigo yang kocak akan kehidupannya, yang dilahirkan dari keluarga biasa saja. Wawan memiliki berbagai macam sifat Dari mulai konyol, iseng, jahil, dan keinginantahuan yang luar biasa atau biasa disebut dengan istilah kepo. Selain kepo Wawan juga mempunyai sifat ngeselin dan suka ngeluh. Wawan merupakan anak yang terbilang pintar di akademik sekolahnya, tepatnya di SMP-nya. Dikarenakan memiliki dua teman goib sehingga dia bisa mendapatkan juara ke-8 di SMPnya. Bagaimana kisah kehidupannya keseharian si Wawan??? dan Bagaimana Wawan dan kedua teman goibnya bisa kerjasama di olimpiade di waktu SMP?

Alvin_Nardo_1598 · 現実
レビュー数が足りません
25 Chs

Persiapan Sekolah

Selepas pulang dari taman bermain, kini kami telah sampai di depan pintu rumahku. Setelah sampai di depan pintu rumah, aku langsung mengetuk pintu seraya memanggil bapak dan ibuku.

TOK! TOK!! TOK!!!

"Pak!!! Bu!!! Bukain pintunya dong, ini Wawan!!"

"Pak!! Bu!!"

TOK! TOK!! TOK!!

Ketika aku mengetuk pintu rumah, tak lama kemudian muncullah sesosok pria paruh baya yang sedang membukakan pintu untukku sembari mengucek matanya karena ngantuk. Ternyata itu adalah bapakku.

"Mhm... siapa?"

"Ini Wawan, Pak."

Mendengar ucapanku, bapakku langsung fokus dengan pandangannya. "Oh... Wawan, Bapak kira siapa. Kenapa kamu pulangnya malem sekali?"

"Iya, Pak, soalnya Wawan habis nongkrong bareng Kunti sama Ponci. Jadinya lama Pak."

"Iya, Om." Ucap Kunti dan Ponci sambil tersenyum.

Melihat kehadiran Ponci dan Kunti yang berada di sebelah kiriku, ia pun menanyakan kehadiran dari Ponci dan Kunti di rumah.

"BTW, kenapa Ponci sama Kunti belum pulang?"

"Iya, Pak. Soalnya kata Ponci sama Kunti, mereka mau nginep di sini, Pak."

"Oh... mau nginep. Ya udah, mari masuk Ponci, Kunti." Ucap bapakku seraya membukakan pintu rumah.

"Baik, Om, terima kasih." Ucap Ponci dan Kunti seraya berjalan masuk.

Setelah masuk, Bapak langsung menyuruhku untuk bersiap-siap pergi ke sekolah.

"Kamu siap-siap gih. Siapin buku, alat tulis serta mandi ya!!"

"Iya, Pak, nanti Wawan siapkan." Ucapku seraya berjalan masuk ke dalam rumah.

Seusai Bapakku mempersilahkan kami bertiga masuk ke dalam rumah. Kemudian, bapakku langsung menutup pintu rumah serta mengunci kembali.

Beberapa menit kemudian, seusai kami masuk ke dalam rumah. Kami bertiga langsung menuju ke lantai atas. Tepatnya, menuju ke kamarku.

Sesampai di kamarku, Kunti dan Ponci langsung terjun ke atas kasurku. Sementara, diriku langsung mempersiapkan barang-barang yang diperlukan untuk sekolah nanti. Melihatku yang sedang sibuk mempersiapkan perlengkapan sekolah. Ponci pun mengajakku untuk rebahan terlebih dahulu sebelum berangkat ke sekolah.

"Wan, gak rebahan dulu? Mumpung masih jam 4 pagi nih."

Karena sibuk mempersiapkan alat tulis dan buku tulis, aku langsung menolak tawaran Ponci. "Gak dulu, Pon. Soalnya, aku mau siap-siap dulu buat berangkat ke sekolah."

Setelah mendengar perkataanku, Ponci pun bertanya mengenai keberangkatanku.

"Emang, kamu mau berangkat jam berapa, Wan?"

Dengan sontak aku langsung menjawab pertanyaan Ponci, seraya memasukan alat tulis dan buku tulis ke dalam tas. "Jam setengah lima, Pon."

Mendengar bahwa aku berangkat pukul setengah lima pagi, Kunti langsung celetuk dengan nada kecewanya. "Ha-ah, jadi percuma dong kita ke sini buat main..."

Melihat Kunti yang kecewa, aku langsung merasa sedih. Aku pun langsung menyuruhnya untuk mengambil PlayStation milikku di dalam laci meja TV.

"Ambil aja Kun, PlayStation-ku di laci meja TV." Ucapku seraya menunjuk ke arah laci meja TV.

Karena Kunti malas mengambil PlayStation milikku, yang berada di dalam laci meja TV. Kunti langsung menyuruh Ponci untuk mengambilnya.

"Pon, kamu ambil gih PlayStation-nya si Wawan."

"Hem... malas eh, ntar aja. Lagi posisi enak nih Kun." Ucap Ponci yang menolak suruhan Kunti.

"Yaelah, kamu kan yang suruh aku datang ke sini Pon."

"Ha-ah... malas banget, Kun. Ngambilnya."

"Tolonglah, Pon."

Dengan terpaksa, Ponci bangun dan mengambil PlayStation milikku di dalam laci meja TV. "Iya-ya, Baiklah. Aku ambilin PlayStation-nya."

"Makasih Ponci," ucap Kunti sambil tersenyum.

Ponci pun beranjak dari tempat tidurku, menuju ke arah laci meja TV-ku.

---Tujuh menit kemudian---

Selang tujuh menit aku mempersiapkan alat tulis serta buku tulis yang diperlukan untuk hari pertamaku masuk sekolah. Kini, semuanya telah beres. Setelah itu aku pun langsung beranjak pergi menuju ke kamar mandi. Dan tak lupa, aku mengambil seragam SMP-ku.

"Pon, Kun. Aku mau mandi dulu ya."

"Oh iya, kamu mandi dulu, Wan." Ucap Ponci seraya sedang mencari PlayStation milikku.

"Oke, Wan." Ucap Kunti yang sedang masih rebahan di kasurku.

Aku pun segera menuju ke kamar mandi, yang berada di lantai bawah.

---15 menit kemudian---

Setelah 15 menit berlalu. Kini, aku telah selesai bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah, mulai dari mandi sampai memakai seragam batik SMP-ku beserta atribut seragam. Setelah semua sudah selesai, aku pun beranjak ke meja makan untuk sarapan.

"Bu, sarapan Wawan udah siap belum?"

"Sudah, Nak, tuh di dalam tudung saji." Ucap ibuku yang masih berada di dalam dapur.

Memastikan adanya makanan di dalam tudung saji, aku pun langsung membuka tudung saji. Setelah memeriksanya, aku langsung mengambil piring serta sendok untuk sarapan.

Ketika aku sedang mengambil lauk-pauk yang berada di atas piring, bapakku datang menghampiri meja makan dan juga sekaligus mengambil piring serta sendok yang berada di cutlery holder. Sembari menanyakan persiapan alat tulis serta buku tulis yang aku bawa untuk bersekolah.

"Kamu udah siapin alat tulismu, Wan?"

"Sudah, Pak, sudah Wawan masukkin ke dalam tas."

"Baguslah kalau begitu."

Selang beberapa menit setelah bapak dan aku berbicara mengenai persiapan alat tulis beserta buku tulis. Ibuku datang menghampiri kami seraya membawakan minuman untuk kami berdua.

"Nih, minuman kalian berdua."

"Makasih, Bu." Ucapku dan bapakku seraya menerima minuman.

Setelah menerima minuman dari Ibu, bapak langsung menawarkan tumpangan untuk mengantarku berangkat sekolah, karena waktu untuk berangkat ke sekolah sudah menunjukkan pukul 04.45 pagi.

"Wan, kamu mau berangkat ke sekolah bareng Bapak gak?"

"Hem... kayaknya, Wawan pergi sendiri aja deh Pak. Soalnya masih lama juga kan waktunya."

"Iya sih, masih lama, cuman kan waktunya loh udah jam 04.45 pagi. Dari rumah butuh waktu dua jam buat berangkat ke sekolahanmu, Wan."

"Gapapa Pak, Wawan bisa kok berangkat sendiri."

"Yakin nih? Gapapa?" tanya bapakku menyakini ucapanku.

"Iya Pak, gapapa kok."

Mendengar penolakanku untuk diajak pergi bareng, sontak bapakku mengiyakan perkataanku sembari mencari-cari keberadaan tasku. "Ya udah, tapi kamu harus cepat ya. Soalnya tasmu masih berada di dalam kamar kan?"

Aku yang sedang makan pun langsung mengiyakan pertanyaan dari bapakku. "Iya, Pak, nanti Wawan ke atas buat ambil tas."

"Iyaudah deh, kalau gitu. Kamu cepat habiskan makanannya ya, Wan." Suruh Bapak seraya menunjuk ke arah makananku.

"Baik Pak."

Setelah berbincang-bincang dengan bapakku, kini aku pun segera menghabiskan makananku. Dan menuju ke kamar tidurku untuk mengambil tas.

---05.00 A.M.---

Setelah semua persiapanku telah selesai. Dari mulai mandi, memakai baju seragam, memasukan alat tulis beserta buku tulis untuk keperluan sekolah, dan lain sebagainya. Kini, aku langsung berangkat ke sekolah pukul lima pagi. Sebelum berangkat ke sekolah, tak lupa aku berpamitan dengan orangtuaku dan sekaligus meminta uang saku untuk jajan, berangkat, dan pulang sekolah nanti.