webnovel

Efektivitas 24 Jam (10)

編集者: Wave Literature

Tatapan Leng Sicheng seakan sudah penuh dibutakan oleh darah. Dengan kedua tangan, ia kuat merobek sisa celana penutup Gu Qingqing. Tak ada lagi halangan lainnya yang tersisa di hadapan Leng Sicheng. Leng Sicheng sendiri masih utuh dengan pakaiannya, kecuali untuk lipatan kecil. Ia bahkan tidak repot-repot melepas pakaiannya. Hanya dengan satu klik, ia melepas sabuk dan membuka resleting celana panjangnya.

Gu Qingqing memang tidak bisa menolak untuk bersama Leng Sicheng. Tetapi melihat Leng Sicheng yang seperti ini saat ini, Gu Qingqing hanya ingin memilih untuk melarikan diri. Di mata Leng Sicheng tidak ada rasa belas kasihan, tidak ada rasa hormat, apalagi rasa cinta. Hanya ada insting, nafsu laki-laki, dan kemarahan untuk menghancurkan segalanya.

"Tuan Leng! Apakah Anda di sini, Tuan Leng?"

Meski derap langkah kaki Chen Wenjie semakin dekat, Leng Sicheng tetap tidak ragu untuk semakin menekan Gu Qingqing. Menahan kemarahannya, kini justru muncul rasa takut dan sedikit rasa penghinaan yang merejam hati Gu Qingqing. Ia tidak berani teriak, tidak berani mendorong Leng Sicheng, bahkan tidak berani menolak. Ia takut Chen Wenjie mendengar gerakan sekecil apapun yang mereka timbulkan dan benar-benar mendorong pintu untuk menerobos masuk.

Langkah kaki berhenti di luar pintu. Suara Chen Wenjie terdengar agak ragu saat ia menggumam, "Aneh. Seseorang melihatnya datang ke sini. Tuan Leng? Tuan Leng?"

Suara sepatu hak tinggi terseret-seret menjauh. Pemilik derap langkah itu tak tahu bahwa orang yang ia cari memang benar berada di kamar itu, hanya berbataskan dinding darinya.

———

Tidak tahu sudah berapa lama waktu berlalu. Suasana hangat menyelimuti kamar tenang itu untuk waktu yang lama. Gu Qingqing berusaha bergerak untuk keluar dari lengan Leng Sicheng. Namun, pria di sebelahnya itu langsung mengerutkan kening dan mengencangkan pegangannya.

Gu Qingqing sangat ketakutan saat ia kembali ditarik ke pelukan Leng Sicheng. Leng Sicheng pasti sudah gila! Ini bukan kamar hotel. Bahkan, ini hanya kamar tamu yang tidak terkunci hingga ia bisa keluar-masuk sesuka hati. Jika seseorang kebetulan membuka pintu, konsekuensinya tidak terpikirkan lagi.

Selama tiga tahun terakhir, waktu yang Leng Sicheng habiskan bersama Gu Qingqing bisa dihitung dengan jari. Selain hari di mana Leng Sicheng memberi Gu Qingqing nafkah setiap bulan untuk tidur dengannya selama semalam, Gu Qingqing baru akan merendahkan diri saat ia membutuhkan bantuan Leng Sicheng. Leng Sicheng akan datang bak seorang raja dan tak akan menyia-nyiakan uang yang ia bayarkan setiap kali ia datang. Leng Sicheng tidak akan membiarkan Gu Qingqing pergi tanpa membantingnya tiga atau empat kali di ranjang. Namun, ini pertama kalinya Leng Sicheng tampak begitu galak dan marah hingga tidak sabar untuk membelah Gu Qingqing menjadi tulang-belulang.

Gu Qingqing yang hanya bisa berbaring tiba-tiba teringat bahwa efek obat 24 jam yang ia minum semalam sudah berlalu. Tadinya, Leng Sicheng begitu. Tidak ada kesalahan apapun dan ia tidak kehabisan obat di rumahnya. Ini juga bukan masa aman Gu Qingqing.

Tapi, bisa saja. Bagaimana jika aku hamil? pikirnya. Selain itu, sepertinya Gu Qingqing sedang berbaring dalam pelukan Leng Sicheng?

Setiap Leng Sicheng dan Gu Qingqing selesai, Leng Sicheng akan segera bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan meninggalkan kamar Gu Qingqing sebelum pagi. Ia sama sekali tidak ingin tinggal bersama Gu Qingqing barang sebentar pun. Apakah karena kali ini sofa terlalu sempit dan tidak ada kamar mandi, jadi...

Gu Qingqing kembali ketakutan dan berusaha bangkit dari himpitan lengan Leng Sicheng. Ia segera memungut pakaiannya yang tercecer di lantai dengan gugup. Tanpa ia sadari, Leng Sicheng juga perlahan bangkit dari tidurnya. Pria itu melihat wanita di depannya mengenakan pakaiannya satu demi persatu. Bahkan, dengan seberkas cahaya, Leng Sicheng bisa melihat lekuk tubuh indah dan anggun Gu Qingqing dari samping ketika ia mengambil pakaiannya.

Leng Sicheng bisa melihat Gu Qingqing menyeka noda di kakinya dengan sepotong kain kecil yang ia sobek sendiri. Mata Leng Sicheng berkedip ringan. Tanpa banyak bicara, ia hanya perlahan merapikan pakaiannya lalu duduk memandang Gu Qingqing dengan tenang.