webnovel

Kisah Air & Api-Petualangan Cinta Air dan Api

Buku 2 Kisah Air & Api ini banyak bercerita tentang bagaimana kedua tokoh sentral dalam kisah ini berpetualang mencari murninya cinta sejati. Petualangan yang dilakukan begitu dinamis dan dramatis. Penuh dengan bahaya dan tipu daya. Menemui berbagai macam muslihat dan pertarungan yang luar biasa. Termasuk bagaimana ilmu-ilmu langka intisari dari bumi dan kehidupan yang akhirnya muncul lagi ke dunia persilatan. Air, api, udara adalah komponen ilmiah utama penguasa kehidupan. Tanah, kayu dan besi adalah komponen ilmiah pendukung yang tidak kalah pentingnya bagi kehidupan. Jika berdiri sendiri, komponen komponen tersebut bisa bermanfaat dan bisa juga bermalapetaka. Jika digabungkan, maka manfaatnya berlipat-lipat dan malapetakanya bisa dihilangkan. Munculnya kerajaan baru di pesisir selatan jawa yang didukung oleh penguasa gaib laut selatan, membawa cerita seru seputar pemberontakan, sihir dan ketakutan. Tokoh-tokoh lama dan baru saling bergelut dalam intrik dan ambisi yang tak berkesudahan. Perebutan mustika naga api adalah puncak pertama dari kehebatan petualangan dalam buku ini. Diharu-biru oleh pengorbanan luar biasa dari sebuah cinta yang juga luar biasa. Darah dan airmata tumpah menjadi satu dengan rasa takjub dan indahnya sebuah perjuangan demi cinta. Latar belakang sejarah dari perang dingin antara Majapahit dan Galuh Pakuan memuncak dalam sebuah alur cerita heroik yang dipenuhi dengan petir, hujan badai, dan sentuhan dramatis dari pengabdian. Mempertahankan harga diri menjadi pilihan utama. Lebih baik mati digulung tanah daripada hidup tapi menghirup udara belas kasihan. Kemarahan, murka, dendam, cinta, dan kasih setulus hujan kepada bumi, sangat dominan dalam petualangan yang menggiriskan hati. Memberikan arti sesungguhnya dari kata kemuliaan dan keindahan. Begitu mencekam perasaan hingga tangis saja bukanlah pilihan yang menenangkan, adalah intisari dari cerita yang tak mau untuk sudah saat ini.

mim_yudiarto · ファンタジー
レビュー数が足りません
16 Chs

Bab 8

Pagi itu ada karena siang terlambat datang

Siang bisa bertahta karena petang masih terlelap

Petang berdiri gagah sebab malam terlupa jalan pulang

Malam menguasai separuh hari karena pagi takut akan gelap.

Kebaikan itu ada karena kejahatan

Kejahatan terlahir sebab ketidakadilan

Ketidakadilan mengalir oleh timpangnya rasa kebersamaan

Kebersamaan hanya akan timbul jika ada keikhlasan.

Keikhlasan memberi terang pada remang

Keikhlasan memberi harum pada taman yang layu

Keikhlasan memberi hangat pada hati yang pilu

Keikhlasan memberi jalan pada jiwa yang hilang.

Satu purnama sebelum kebangkitan Naga Merapi, Ibukota Galuh Pakuan. Dewi Mulia Ratri sedang bergembira. Alka Awahita diperkirakan sudah berumur setahun sekarang. Gadis kecil itu sedang lucu-lucunya dan semakin lengket pada Dewi Mulia Ratri. Sudah bisa berbicara sedikit-sedikit dan berucap satu kata yang sangat membahagiakan Dewi Mulia Ratri...ibu.

Alkalah yang membuat Dewi Mulia Ratri merasakan kebahagiaan luar biasa. Menghilangkan kesedihan yang sering hinggap tiba-tiba di hatinya. Kesedihan yang timbul itu tidak diketahui sebabnya. Dia sering pulang ke Padepokan Sanggabuana. Bertemu dan melepas rindu kepada kedua orang tuanya. Sepulang dari padepokan, hatinya kembali ditimpa semacam rasa sepi, hatinya kembali dirundung sebuah rasa rindu. Entah rindu kepada apa atau siapa. Perasaan itu selalu saja muncul di siang atau malam hari selepas Alka tidur.

Dirinya menduga ini adalah rasa rindu kepada Andika Sinatria. Pemuda itu memang beberapa purnama tidak terlihat di istana karena mencari keberadaan Putri Anjani. Namun semenjak pangeran muda itu pulang dan sering berjumpa lagi dengannya, perasaan rindu yang sama tetap muncul. Berkali-kali. Hampir setiap hari.

Memang, beberapa purnama yang lalu, hati Dewi Mulia Ratri dipenuhi oleh rasa kesal ketika didengarnya kabar Andika Sinatria membawa pulang Putri Anjani yang masih dalam keadaan terluka. Apalagi semenjak itu, Andika Sinatria sering menghabiskan waktu lebih banyak memperhatikan Putri Anjani.

Dewi Mulia Ratri menyadari sesuatu. Dia memang kesal. Namun rasa kesalnya lebih pada rasa permusuhan yang cukup dalam dengan Putri Anjani. Dia merasa Putri Laut Utara itu telah berbuat seenaknya tanpa ijin kerajaan, tapi sekarang sangat diperhatikan oleh kerajaan. Ini bukan rasa cemburu.

Dewi Mulia Ratri dari awal dulu memang menyimpan perasaan suka dan kagum kepada Andika Sinatria. Dia senang jika pangeran itu mengajaknya berunding atau berlatih tanding. Dia senang jika pangeran itu mengajaknya pergi berburu atau beradu ilmu. Akan tetapi ada suatu rasa yang tidak ada di situ. Gadis itu tidak yakin ini rasa apa. Dia hanya bisa meyakininya dengan bukti tidak hilangnya perasaan sepi meski pangeran tampan itu ada di sekelilingnya.

Saat gadis itu pulang bersama Alka menemui kedua orang tuanya, Pendekar Pena Menawan pernah suatu kali mampir ke padepokan Sanggabuana untuk menengok ayahnya sekaligus ingin melihat kemajuan Dewi Mulia Ratri dalam menyempurnakan ilmu-ilmu yang terdapat di Kitab Ranu Kumbolo.

Pendekar itu sangat puas melihat muridnya sudah menguasai isi kitab sakti itu dengan nyaris sempurna. Bahkan ilmu kanuragan Pena Menggores Awan yang diajarkannya kepada gadis itu sudah sempurna dikuasai. Pendekar Pena Menawan menyarankan agar Dewi Mulia Ratri mempersiapkan diri baik-baik karena kebangkitan Naga Merapi semakin dekat waktunya. Sebuah peristiwa langka yang hanya terjadi 200 tahun sekali. Akan banyak orang berilmu tinggi datang ke sana. Batu Mustika yang ada pada naga tersebut sangat bernilai dan sakti. Siapapun yang berhasil mendapatkannya akan menjadi orang yang tak tertandingi. Saat ini yang akan muncul adalah mustika api karena 200 tahun sebelumnya adalah mustika air.

Kisah ini membuat Dewi Mulia Ratri bersemangat. Tantangan yang sangat besar membuatnya bergairah menjalani hidup. Bisa melupakan sejenak kesepian yang sering mendadak menyergapnya. Gadis ini lalu mengisi hari-harinya dengan berlatih ilmu kanuragan dan menyempurnakan sihirnya. Selain tentu saja merawat Alka Awahita dengan penuh kasih sayang.

Berbekal semangatnya yang berlipat-lipat, membuat Dewi Mulia Ratri juga bersemangat mengurus keamanan kerajaan dan keluarga raja. Gadis ini sadar bahwa sewaktu-waktu bisa terjadi perang terbuka dengan Majapahit. Hal yang sangat menggiriskan hatinya, mengingat jika itu terjadi maka dia terpaksa akan berhadapan sebagai lawan dengan gurunya yang baik hati itu. Dia tidak sanggup memikirkannya saat ini. Tidak mungkin dia membujuk gurunya untuk tidak terlibat. Pendekar Pena Menawan adalah tokoh yang sangat mencintai negaranya dan siap membela kedaulatannya kapanpun dibutuhkan. Apalagi pendekar ini adalah salah satu tokoh penting Sayap Sima.

----

Setelah dirawat secara baik oleh tabib kerajaan dan berkat manjurnya obat Ki Sasmita, Putri Anjani cepat sekali membaik kondisinya. Putri Laut Utara ini sekarang sudah bisa berlatih lagi dan kembali memimpin Garda Kujang Elang. Gadis yang dilanda rasa sakit hati dan dendam membara sejak kehilangan ayahnya ini bertekad untuk membalas sakit hatinya kepada kerajaan Majapahit dan semua tokoh-tokoh yang membelanya.

Hatinya mengeras seperti baja. Dia giat sekali berlatih ilmu warisan ayahnya. Hari-hari dihabiskannya dengan berlatih, berlatih dan berlatih. Beberapa kali dia bertemu dengan Dewi Mulia Ratri. Meski gadis dari Sanggabuana itu berbasa-basi mencoba menyapanya, hanya dengusan pendek dan dingin balasan yang didapatkannya. Hanya kepada Andika Sinatria lah Putri Anjani bersikap normal. Gadis itu selalu menurut apa yang dikatakan oleh sang pangeran.

Dengan kembalinya Putri Anjani, Garda Kujang Elang menjadi sibuk juga berbenah diri. Kemampuan pasukan pengawal keluarga kerajaan yang berjumlah ratusan ini meningkat dengan pesat. Putri Anjani banyak diajari oleh ayahnya, mendiang Laksamana Utara, berbagai teknik mengendalikan pasukan. Istana Laut Utara terkenal dengan ketangguhan pasukannya. Oleh sebab itu, Putri Anjani dengan mudah mengajarkan kepada pasukannya cara-cara dan teknik bertempur sebuah pasukan. Kemampuan gadis ini tidak kalah dengan kemampuan Panglima Candraloka dalam memimpin pasukan.

Dewi Mulia Ratri yang mendengar kemajuan hebat Garda Kujang Elang di bawah pimpinan Putri Anjani, juga tak mau kalah. Gadis ini menghabiskan sebagian waktunya untuk membaca buku-buku perang yang banyak terdapat di perpustakaan kerajaan. Persaingan kemahiran mengatur pasukan dua gadis yang sama-sama elok dan lihai ini menguntungkan kerajaan Galuh Pakuan. Kesiapan dan kemampuan pasukan pengawal Kujang Emas Elang dan Garuda menjadi lebih terasah. Kapan saja dibutuhkan, pasukan ini akan menjadi benteng yang kokoh dalam melindungi keluarga kerajaan dan Sang Maharaja sendiri.

----

Ki Mandara telah berhasil menemui dan membujuk Biang Iblis Ujungkulon untuk bergabung dengan kekuatan kerajaan Galuh Pakuan. Tokoh aliran hitam ini memang terkenal dengan kesesatannya. Namun untuk urusan negara dan kerajaan, tokoh ini akan menjadi orang nomor satu yang akan membela Galuh Pakuan jika kerajaan ini terancam. Kesaktian tokoh yang jarang muncul di dunia persilatan ini sebanding dengan Ki Mandara dan tidak kalah dengan delapan datuk penjuru mata angin.

Biang Iblis Ujung Kulon mempunyai nama sebenarnya Ki Sampaga. Tokoh luar biasa yang bahkan tidak segan-segan memakan daging manusia untuk memenuhi ritual ilmunya. Tokoh ini ditempatkan di sebuah puri kerajaan yang terletak agak jauh di luar ibukota. Pihak kerajaan sangat membutuhkan bantuan tokoh hebat ini, tapi tentu saja tidak mau membuat takut orang-orang di sekitarnya. Oleh karena itu pilihan menempatkan tokoh ini di puri yang jauh dari keramaian sangatlah tepat.

Sebenarnya Ki Sampaga mempunyai seorang kakak seperguruan yang bahkan lebih lihai dari dirinya. Namun sudah lama tokoh ini menghilang dari dunia persilatan. Namanya Ki Gularma yang berjuluk Dewa Gempa. Seorang tokoh yang mempunyai kemampuan luar biasa dalam hal mengendalikan unsur bumi. Tokoh ini juga terkenal sebagai pembela kerajaan kerajaan Sunda. Namun tokoh ini juga mempunyai tabiat yang sangat aneh. Yaitu suka sekali bermain cinta dengan gadis-gadis muda. Tokoh ini mempunyai kemampuan lain yang unik, yaitu ahli membuat ramuan-ramuan aneh seperti ramuan penakluk wanita, ramuan penidur, ramuan perangsang dan lain-lain yang banyak hubungannya dengan percintaan pria dan wanita.

Ki Gularma juga sedang dicari keberadaan tempat tinggalnya oleh Ki Mandara. Tokoh kunci Galuh Pakuan ini mempunyai firasat kuat akan adanya perselisihan besar antara Galuh Pakuan dan Majapahit dalam waktu yang tak terlalu lama lagi. Pergeseran pasukan besar-besaran ke perbatasan memang tidak terlalu terlihat di pihak Majapahit. Namun tokoh-tokoh Sayap Sima akhir-akhir ini sangat sering terlihat di sekitar perbatasan. Ki Tunggal Jiwo bahkan lebih banyak ke perbatasan. Tokoh nomor dua Sayap Sima, Madaharsa juga seringkali terlihat di sekitar sungai Cipamali yang merupakan perbatasan antara kerajaan Sunda dan Majapahit.

Berbeda dengan Ki Tunggal Jiwo yang datang untuk melatih pasukan Sayap Sima di perbatasan. Apa yang dilakukan oleh Madaharsa ternyata adalah menjalankan rencana besarnya untuk mengacau Galuh Pakuan dari dalam lewat Pangeran Bunga. Tokoh licik ini selain melatih ilmu kanuragan secara diam-diam pada muridnya itu, juga mulai menyusun siasat untuk mempengaruhi pangeran mata keranjang itu melalui sajian-sajian menyenangkan bagi sang pangeran. Yaitu gadis-gadis muda dan molek yang sengaja didatangkan dari kota-kota besar di wilayah Majapahit.

Pangeran Bunga yang pada dasarnya adalah penggila perempuan, tentu saja sangat menyukai hal tersebut. Selain mendapatkan ilmu-ilmu tingkat tinggi dari Madaharsa, pemuda hidung belang ini bisa melampiaskan nafsunya terhadap banyak wanita cantik. Pangeran muda ini tidak sadar, ketika dia sedang mabuk dicekoki dengan banyak arak bagus dan wanita menggiurkan, banyak keterangan berharga yang dikorek darinya. Berapa jumlah pasukan Galuh Pakuan, di mana saja ditempatkan, siapa saja tokoh-tokoh lihai yang ada di Garda Kujang, dan lain sebagainya, berhasil didapatkan oleh Madaharsa. Memang tidak sekaligus semua berhasil didapatkan dalam satu dua kali pertemuan, namun dalam beberapa kali purnama akhirnya semua informasi penting telah ada di kantong Madaharsa.

---

Dewi Mulia Ratri sedang menggendong Alka Awahita ketika dari jauh terlihat seorang utusan dari istana tergopoh-gopoh datang. Utusan itu mendapatkan perintah dari Sang Baginda Raja untuk mengundang Dewi Mulia Ratri dalam suatu pertemuan penting. Dewi Mulia Ratri segera bersiap-siap dan berganti pakaian kesukaannya yang selalu serba putih. Diserahkannya Alka kepada para pelayan dan berangkatlah dia ke istana raja.

Gadis cantik dan sakti itu memasuki balairung istana ketika semua orang ternyata hampir semua telah berkumpul. Ki Mandara, Panglima Candraloka, Andika Sinatria, Putri Anjani, Pangeran Bunga, seorang kakek tinggi kurus berjenggot pendek, dan yang mengagetkan Dewi Mulia Ratri, hadir juga seorang gadis cantik manis yang diketahuinya bernama Arawinda.

Dewi Mulia Ratri mengangguk hormat kepada semua orang kecuali kepada Putri Anjani yang dia tahu tidak akan membalas sapaannya. Semua orang mengambil tempat duduknya masing-masing. Dewi Mulia Ratri ditempatkan bersebelahan dengan kakek tinggi kurus itu di sebelah kanan dan Arawinda di sebelah kiri. Sebelum baginda raja Galuh Pakuan memasuki ruangan, Dewi Mulia Ratri mengambil kesempatan untuk bertanya kepada Arawinda di sebelahnya dengan suara berbisik.

"Namamu Arawinda bukan? Gadis dari perang besar Majapahit-Blambangan? Apa yang kau lakukan di sini?"

Arawinda menengok ke arah Dewi Mulia Ratri sambil tersenyum manis penuh rahasia.

"Iya kakak cantik. Aku memang Arawinda. Kau akan tahu apa maksud kedatanganku nanti pada saat baginda raja sudah membuka pertemuan."

Dewi Mulia Ratri ikut tersenyum mendengar ucapan Arawinda karena jawaban itu disampaikan dengan cara yang sangat kocak. Tak lama kemudian, baginda raja memasuki ruangan. Semua yang hadir membungkuk menyampaikan hormat. Raja mempersilahkan duduk.

"Terimakasih atas kehadiran kisanak semua. Hari ini kita kedatangan tamu penting dari Blambangan yang akan menyampaikan berita penting. Ki Mandara juga akan memperkenalkan kepada kisanak semua bahwa telah hadir di tengah-tengah kita seorang tokoh lama Pasundan yang akan membantu kita sewaktu-waktu diperlukan."

Baginda raja kemudian mempersilahkan Ki Mandara untuk memimpin pertemuan.

"Baiklah kisanak semua, sesuai titah Baginda Raja, hari ini aku ingin memperkenalkan Ki Sampaga, seorang tokoh Pasundan yang lama mengasingkan diri di Ujungkulon. Ki Sampaga atau dulu terkenal dengan julukan Biang Iblis Ujungkulon akan tinggal di sebuah tempat rahasia kerajaan. Tempat itu akan menjadi tempat tinggal dan tempat berkumpulnya tokoh-tokoh Pasundan yang peduli terhadap kerajaan Galuh Pakuan."

Ki Mandara melanjutkan.

"Saat ini situasi cukup genting. Terlihat damai dan aman namun menyimpan bara dalam sekam. Pasukan Sayap Sima Majapahit menyebar sepanjang perbatasan. Pasukan reguler mereka juga dilaporkan dipusatkan di Pesanggrahan Bubat. Kita tidak akan melakukan langkah-langkah sembrono yang nantinya akan menyulut peperangan. Majapahit sedang mencari-cari alasan untuk berselisih dengan kita. Kasus Putri Anjani sudah sampai ke telinga Mahapatih Gajahmada. Mereka tahu kita tidak menyidangkan dan mengadili Putri Anjani."

Ki Mandara terus melanjutkan.

"Baginda Raja menitahkan tidak perlu menyidangkan Putri Anjani karena ini adalah urusan pribadi dan bukan tanggung jawab Galuh Pakuan. Baginda Raja juga telah mengirimkan surat secara resmi kepada Prabu Hayam Wuruk mengenai hal ini. Tapi sepertinya ada orang dalam di kerajaan Majapahit yang mencoba memperkeruh situasi. Kita sekarang dalam posisi waspada dan bersiaga namun jangan sampai terlihat seperti orang yang sedang bersiap berperang."

Keterangan panjang lebar itu dilanjutkan oleh Ki Mandara.

"Sementara itu situasi di pesisir selatan juga mulai genting. Kerajaan baru yang mengambil sebagian wilayah Galuh Pakuan di bagian selatan, kerajaan Lawa Agung, belum diketahui keberadaan markasnya. Beberapa tokoh silat sakti diketahui telah bergabung dengan kerajaan baru tersebut. Pangeran Andika Sinatria bahkan sempat bentrok dengan mereka."

Dewi Mulia Ratri menukas cepat sebelum Ki Mandara melanjutkan.

"Ki, apa yang harus kita lakukan sekarang?"

Ki Mandara menatap gadis cantik itu dengan sabar. Belum sempat tokoh itu menjawab, Andika Sinatria juga menimpali.

"Dengan menganalisa situasi seperti ini, ada baiknya jika kita pilah masalahnya dan lalu memohon keputusan kepada Ayahanda Raja siapa yang akan menjadi penanggung jawab. Usul saya; 1. Persiapan menghadapi Majapahit, ini tentu saja menjadi tanggung jawab Panglima Candraloka dan Guru sendiri. 2. Mengatasi situasi kerajaan Lawa Agung, biarlah aku yang bertanggung jawab. 3. Berkaitan dengan rencana Ayahanda Raja mengirimkan Kakak Ratu Dyah Pitaloka yang akan menjadi pengantin Raja Hayam Wuruk di pergantian Saka, aku mengusulkan agar Dewi Mulia Ratri menjadi penanggung jawabnya."

Mendengar kalimat terakhir Andika Sinatria, semua yang hadir serentak kaget. Baginda Raja Galuh Pakuan menyadari kekagetan ini. Raja yang terkenal suka damai dan bijaksana ini berkata sareh.

"Rencana ini memang baru aku bicarakan dengan Andika Sinatria pagi tadi. Di dalam surat yang aku kirim kepada Baginda Raja Hayam Wuruk, aku menyampaikan perdamaian yang langgeng dengan menjalin tali keluarga. Putriku Dyah Pitaloka sendiri tidak keberatan dengan rencana ini. Jika kita bisa menghindari perang, rakyat Pasundan juga tidak akan ikut menderita. Itu intinya."

Semua yang hadir mengangguk-angguk tanda mengerti. Cara berdamai yang umum dilakukan antar kerajaan adalah pernikahan. Setelah melihat suasana tenang kembali, Ki Mandara meneruskan.

"Aku setuju dengan Pangeran Andika. Jika Paduka Raja berkenan mengiyakan keputusan ini, maka kami semua akan melaksanakan dengan lapang hati."

Baginda Raja Galuh Pakuan tersenyum dan bersabda,

"Iya Mandara... diputuskan demikian."

Ki Mandara membungkukkan tubuh lalu menatap semua yang hadir.

"Paduka Raja sudah bersabda mengenai keputusan ini. Ada satu hal lagi. Purnama depan adalah saatnya peristiwa paling penting di dunia persilatan. Naga Merapi akan bangkit dari tidurnya. Semua tokoh silat pasti akan hadir di sana. Semua yang ada di sini pasti juga akan tertarik untuk hadir, termasuk diriku. Kita harus mengatur agar kerajaan tidak kosong sehingga mudah diserang. Siapa di antara kalian yang akan hadir dalam peristiwa langka itu?"

Semua orang saling berpandangan. Tentu saja semua yang ada di ruangan itu ingin menyaksikan seperti apa Naga Merapi dan Mustika Api. Siapa yang harus menjaga istana jika semua ingin hadir?

"Tolong angkat tangan kalian yang ingin hadir di Gunung Merapi?"

Ki Mandara menegaskan.

Hampir semua mengangkat tangan kecuali Ki Sampaga dan Pangeran Bunga. Ki Mandara mengangguk paham.

"Baiklah. Kalau begitu yang bertugas untuk menjaga istana dan kerajaan adalah Ki Sampaga dan Pangeran Bunga. Aku juga tidak akan berangkat. Terlalu berbahaya jika hanya sedikit yang menjaga istana dan kerajaan."

Mendengar hal tersebut raut muka yang hadir terlihat lega, kecuali....Pangeran Bunga.

"Beberapa hal telah kita putuskan. Sekarang saatnya Arawinda menyampaikan pesan penting apa yang dibawanya."

Ki Mandara memandang Arawinda, memberi isyarat agar gadis itu memulai.

"Paduka Raja dan kisanak sekalian. Seperti yang sudah kita diketahui. Kerajaan Blambangan kalah dalam pertempuran di perbatasan melawan Majapahit. Hanya menunggu waktu saja Majapahit akan melakukan serangan terakhir ke ibukota Blambangan. Entah dengan pertimbangan apa, mereka belum juga melakukannya hingga sekarang. Namun Baginda Menakjinggo dan orang-orang yang tetap setia pada Kerajaan Blambangan masih tidak terima dengan keadaan ini. Untuk membantu kekuatan kerajaan Blambangan, kami mendirikan sebuah perkumpulan yang kami namakan Blambangan Gugat. Perkumpulan ini dikepalai oleh seorang tokoh muda Blambangan yang bernama Menak Suro."

Arawinda berhenti sebentar untuk ambil nafas lalu melanjutkan.

"Menak Suro tidak terima dengan keadaan Blambangan yang kapan saja bisa dijajah oleh Majapahit. Keadaan rakyat Blambangan sangat tertekan. Ketakutan akan pecah perang besar-besaran di ibukota Blambangan menghantui setiap benak rakyat Blambangan. Perkumpulan Blambangan Gugat ingin menjalin persahabatan dan persekutuan dengan semua orang... atau perkumpulan... atau padepokan... atau kerajaan yang berseberangan dengan Majapahit. Dimanapun itu...kapanpun itu"

"Baginda Menakjinggo tidak ada kaitannya dengan Blambangan Gugat. Aku datang diutus oleh Menak Suro untuk menawarkan persekutuan dan persahabatan. Kawan Galuh Pakuan adalah kawan Blambangan Gugat. Lawan Galuh Pakuan adalah lawan Blambangan Gugat. Paduka Raja Galuh Pakuan telah menerima surat Menak Suro. Saat ini keputusan ada di tangan Paduka Raja Galuh Pakuan."

Arawinda menghentikan penjelasannya yang panjang lebar sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling untuk melihat bagaimana tanggapan orang-orang.

Baginda Raja Galuh Pakuan bertepuk tangan dua kali. Muncullah seorang hulubalang membawa sebuah bingkisan yang terlihat mewah. Sambil memberi isyarat agar Arawinda mendekat, Baginda Raja Galuh Pakuan mengambil bingkisan itu dan menyerahkan kepada Arawinda.

"Kerajaan Galuh Pakuan dengan senang hati menerima tawaran persekutuan dan persahabatan ini. Bawalah bingkisan dari kerajaan kami. Bawalah ke Blambangan. Sampaikan pesanku kepada Menak Suro, kawan Blambangan Gugat adalah kawan Galuh Pakuan. Lawan Blambangan Gugat adalah lawan Galuh Pakuan."

Arawinda dengan takzim menerima bingkisan dari Baginda Raja Galuh Pakuan. Lalu mundur kembali ke tempat duduknya.

"Baiklah...baiklah...semuanya sudah diselesaikan dan diputuskan dalam pertemuan ini. Silahkan menikmati jamuan yang ada. Aku undur diri terlebih dahulu."

Baginda Raja kemudian bangkit berdiri, semuanya membungkuk hormat dan sang raja pun berlalu.

Setelah Raja undur diri dari pertemuan, Ki Mandara masih melanjutkan perundingan dengan yang lainnya. Termasuk menyusun strategi membatasi ruang gerak kerajaan Lawa Agung dengan cara menempatkan lebih banyak telik sandi di sepanjang pesisir selatan. Para telik sandi tersebut harus dilatih khusus agar tidak mudah diketahui.

Kemudian strategi menanggulangi pergerakan Majapahit di sepanjang perbatasan juga dibahas. Tokoh tokoh sakti penyokong Galuh Pakuan mulai ditempatkan di sepanjang perbatasan. Perbatasan adalah pintu masuk menuju wilayah Galuh Pakuan, jika tidak dijaga dengan ketat, dikhawatirkan penyusupan-penyusupan akan dengan mudah terjadi. Jika hal itu terjadi, maka kekuatan pendukung kerajaan Galuh Pakuan yang berasal dari rakyat dan penduduk di perbatasan akan melemah. Penyusupan dalam strategi perang umumnya dilakukan dengan tujuan memperlemah kekuatan rakyat pendukung dengan cara memecah belah persatuannya.

Ki Sampaga dan Pangeran Bunga akan dikirim ke perbatasan untuk mengatasi hal ini. Ki Mandara sendiri akan dengan sekuat tenaga mencari keberadaan Ki Gularma agar bisa lebih memperkuat Galuh Pakuan. Tokoh-tokoh Sayap Sima Majapahit lihai-lihai. Jika Galuh Pakuan tidak memperkuat diri, maka Majapahit akan dengan sangat mudahnya menaklukkan mereka.

Terakhir, pertemuan itu membahas bagaimana cara Blambangan Gugat membantu Galuh Pakuan dan begitu juga sebaliknya. Arawinda mengusulkan sesuatu yang menarik. Karena dirinya tidak dikenal di wilayah Pasundan, dia akan menyusup ke pantai selatan untuk memata-matai pergerakan Lawa Agung. Tentu saja sepulangnya dari Gunung Merapi baru dia bisa melaksanakan tugas ini. Semuanya sepakat dan setuju mengenai rencana ini.

Dalam pertemuan tersebut Ki Mandara mengingatkan Dewi Mulia Ratri harus hati-hati dalam menyusun rencana pengawalan bagi Putri Dyah Pitaloka. Iring-iringan calon penganten itu akan dikawal secara khusus oleh Garda Kujang Emas Elang dan Garuda. Jumlah pasukan dan tempat di mana akan bertemu dengan Majapahit akan dibicarakan secara lengkap setelah mendapatkan surat balasan dari Majapahit.

Setelah cukup lama berbincang hal-hal lain yang berkaitan dengan keadaan terakhir dunia persilatan, semua yang hadir dalam pertemuan ini membubarkan diri dengan segera. Dewi Mulia Ratri kembali ke istana para pengawal raja, satu arah dengan Putri Anjani sebetulnya, namun kedua gadis ini memilih untuk mengambil jalan memutar masing-masing sehingga tidak perlu harus bersisian jalan.

Sebelum pulang tadi, Andika Sinatria membisikkan sesuatu ke telinga Dewi Mulia Ratri agar pergi bersamanya saat perjalanan menuju Gunung Merapi. Namun di saat yang tidak berbeda jauh, Putri Anjani dengan lantang mengatakan bahwa dia akan berangkat menuju Gunung Merapi bersama-sama Andika Sinatria.

Dewi Mulia Ratri tidak berkata tidak kepada Andika Sinatria, namun juga tidak mengiyakan. Gadis itu hanya mengatakan akan melihat situasinya nanti. Tentu saja dia tidak sudi jika harus berbagi perjalanan dengan Putri Anjani. Sekalipun akan sangat menyenangkan jika bisa berpetualang lagi bersama Andika Sinatria.

Gadis ini hanya bertekad kuat untuk tidak sekedar menyaksikan keriuhan yang akan terjadi di puncak Gunung Merapi. Dia harus berusaha mendapatkan Mustika Naga Api sekuat tenaganya. Bukan untuknya, tapi untuk Arya Dahana yang sangat membutuhkan batu mustika tersebut untuk menyembuhkan sakit aneh yang sudah dideritanya selama puluhan tahun.

Pikiran ini membuat wajah gadis itu berseri-seri. Bertemu dengan Arya Dahana sangat menyenangkan hatinya. Penuh dengan keramaian dan tidak terasa sepi. Sepi..? Aaahhh apakah sepi yang seringkali tiba-tiba singgah di hatinya itu karena merasa jauh dan ingin berjumpa dengan pemuda konyol dan tengil itu? .....hhhhhhhh... Dewi Mulia Ratri diliputi kebingungan yang kembali akhirnya mengharu-biru hatinya. Dibayangkannya wajah Alka Awahita untuk mengusir rasa pahit yang mulai terasa merasuki jiwanya.

********