webnovel

Kisah Air & Api-Petualangan Cinta Air dan Api

Buku 2 Kisah Air & Api ini banyak bercerita tentang bagaimana kedua tokoh sentral dalam kisah ini berpetualang mencari murninya cinta sejati. Petualangan yang dilakukan begitu dinamis dan dramatis. Penuh dengan bahaya dan tipu daya. Menemui berbagai macam muslihat dan pertarungan yang luar biasa. Termasuk bagaimana ilmu-ilmu langka intisari dari bumi dan kehidupan yang akhirnya muncul lagi ke dunia persilatan. Air, api, udara adalah komponen ilmiah utama penguasa kehidupan. Tanah, kayu dan besi adalah komponen ilmiah pendukung yang tidak kalah pentingnya bagi kehidupan. Jika berdiri sendiri, komponen komponen tersebut bisa bermanfaat dan bisa juga bermalapetaka. Jika digabungkan, maka manfaatnya berlipat-lipat dan malapetakanya bisa dihilangkan. Munculnya kerajaan baru di pesisir selatan jawa yang didukung oleh penguasa gaib laut selatan, membawa cerita seru seputar pemberontakan, sihir dan ketakutan. Tokoh-tokoh lama dan baru saling bergelut dalam intrik dan ambisi yang tak berkesudahan. Perebutan mustika naga api adalah puncak pertama dari kehebatan petualangan dalam buku ini. Diharu-biru oleh pengorbanan luar biasa dari sebuah cinta yang juga luar biasa. Darah dan airmata tumpah menjadi satu dengan rasa takjub dan indahnya sebuah perjuangan demi cinta. Latar belakang sejarah dari perang dingin antara Majapahit dan Galuh Pakuan memuncak dalam sebuah alur cerita heroik yang dipenuhi dengan petir, hujan badai, dan sentuhan dramatis dari pengabdian. Mempertahankan harga diri menjadi pilihan utama. Lebih baik mati digulung tanah daripada hidup tapi menghirup udara belas kasihan. Kemarahan, murka, dendam, cinta, dan kasih setulus hujan kepada bumi, sangat dominan dalam petualangan yang menggiriskan hati. Memberikan arti sesungguhnya dari kata kemuliaan dan keindahan. Begitu mencekam perasaan hingga tangis saja bukanlah pilihan yang menenangkan, adalah intisari dari cerita yang tak mau untuk sudah saat ini.

mim_yudiarto · ファンタジー
レビュー数が足りません
16 Chs

Bab 14

Mempertahankan harga diri

Jauh lebih baik daripada diinjak-injak

Mati bersekutu dengan tanah

Jauh lebih terhormat daripada hidup takzim dan selalu bersembah

Seperti mempertahankan nyala api

Jauh lebih mudah daripada mencari bara yang padam

Gunung Ciremai. Dewi Mulia Ratri mempercepat larinya. Gadis ini sedang dalam perjalanan menuju ibukota Galuh Pakuan. Dia harus segera sampai dalam rangka persiapan rombongan agung Galuh Pakuan berangkat tiga purnama depan ke Trowulan. Dewi Mulia Ratri sengaja memilih jalur terpendek menuju ibukota Galuh Pakuan meskipun harus melewati gunung tinggi dan ngarai dalam. Lagipula dia tidak mau disibukkan oleh berbagai macam urusan dunia jika harus melewati jalanan umum. Dia harus segera tiba. Beberapa pekan yang lalu dia sudah mengirimkan surat kepada Andika Sinatria mengenai hal-hal yang dia temukan di perbatasan. Dan balasan dari Andika Sinatria adalah menyuruhnya cepat kembali ke ibukota untuk perundingan rahasia bersama tokoh-tokoh penting Galuh Pakuan.

Di dalam surat balasan tersebut disampaikan juga bahwa beberapa hulubalang penting kerajaan Galuh Pakuan hilang secara misterius dan beberapa lainnya ditemukan tewas di tempat-tempat yang berbeda. Bahkan satu orang wakil panglima anak buah Panglima Candraloka tewas mengenaskan di rumah pelacuran. Membaca balasan tersebut, membuat Dewi Mulia Ratri sangat khawatir. Ini berarti rencana Alap Alap Nyawa mulai dijalankan. Dia harus mencegahnya dengan cepat. Jika terlambat, bisa dipastikan Galuh Pakuan akan kehilangan orang-orang terbaiknya. Dan ini akan membuat kerajaan Pasundan rapuh dan lumpuh kekuatannya.

Langkah Dewi Mulia Ratri terhenti tiba-tiba. Di depannya berdiri seorang kakek kecil kurus yang menatapnya dengan wajah tajam dan kejam. Datuk Rajo Bumi! Duh Gusti, kenapa harus ada halangan seperti ini? Dia harus segera tiba ke Ibukota Galuh Pakuan, tapi orang di depannya ini adalah rintangan besar. Dia tahu kakek sakti ini bukan orang baik-baik. Dia juga bisa mencium gelagat buruk dari tatap mata kejam kakek sakti itu.

Datuk Rajo Bumi melangkah maju.

"Hmmm....gadis cilik. Kenapa buru-buru? ...aku ingat kamu. Kamu bisa melawan sihirku. Ayo kita main-main sebentar.."

Dewi Mulia Ratri menarik nafas panjang. Tokoh yang satu ini selalu menganggap adu ilmu adalah permainan yang menyenangkan. Dia sedang terburu-buru sekarang. Jika dia melayani kakek ini, maka waktunya akan banyak terbuang. Jika dia tidak melayani, maka kakek ini pasti memaksa. Serba salah.

Tanpa aba-aba lagi Datuk Rajo Bumi mengebutkan lengan bajunya. Seekor kalajengking raksasa menjelma di hadapannya. Kalajengking itu merayap menyeramkan menuju Dewi Mulia Ratri. Sengatnya yang sebesar paha orang dewasa bergerak-gerak mengancam. Gadis cantik ini terpaksa melayani. Dia mengebutkan lengan bajunya juga. Seekor tarantula raksasa menjelma dan langsung menyerang kalajengking. Terjadi pertempuran mengerikan antara dua binatang jadi-jadian itu.

Datuk Rajo Bumi tidak berhenti sampai di situ. Tubuhnya yang kurus kecil bergerak maju menyerang Dewi Mulia Ratri dengan hebat. Gadis dari Sanggabuana itu tidak mau kalah. Tahu bahwa yang dihadapinya adalah datuk sakti yang berilmu lebih tinggi darinya, Dewi Mulia Ratri langsung memainkan jurus-jurus Pena Menggores Awan sekaligus ajian Lembu Sakethi. Tubuhnya yang langsing bergerak berkelebatan mengurung Datuk Rajo Bumi.

Namun datuk sakti itu sama sekali tidak terdesak. Dengan tenangnya dia melayani serangan-serangan Dewi Mulia Ratri. Di dunia persilatan, kakek ini sudah tergolong sebagai manusia yang mempunyai kemampuan setengah dewa. Mungkin yang bisa mengalahkannya hanya Si Bungkuk Misteri atau Ratu Laut Selatan atau Panglima Kelelawar.

Perlahan namun pasti, Dewi Mulia Ratri mulai kewalahan menghadapi kakek sakti ini. Terang saja, kakek ini mempunyai kemampuan dua atau tiga tingkat di atasnya. Hanya pertarungan sihir saja yang bisa diimbanginya karena kehebatan ilmu-ilmu dari kitab Ranu Kumbolo.

Pertempuran antara kalajengking dan laba-laba raksasa itu banyak menghancurkan pepohonan di hutan kaki Gunung Ciremai. Suara riuh rendah mengerikan keluar dari mulut dan tumbangnya pepohonan. Sementara Dewi Mulia Ratri semakin terdesak hebat. Ilmu Pena Menggores Awan dan ajian Lembu Sakethi sama sekali tak berdaya menghadapi kehebatan kakek ini. Gadis ini sanggup bertahan hingga puluhan jurus semata-mata karena tekadnya yang kuat. Namun jika pertempuran ini dilanjutkan, tak sampai seratus jurus lagi gadis ini pasti terluka atau tewas.

Suatu ketika, serangan bertubi-tubi Datuk Rajo Bumi hanya mampu ditangkis dan dihindari oleh Dewi Mulia Ratri. Tapi tak pelak, satu dua pukulan berhasil mengenai tubuh gadis itu. Dewi Mulia Ratri terpekik kecil. Hawa panas yang aneh menjalari sekujur tubuhnya saat pukulan Datuk Rajo Bumi mengenai pundaknya. Gadis itu terhuyung-huyung ke belakang. Darah segar mengalir dari sudut mulutnya. Dia terluka dalam.

Datuk Rajo Bumi melanjutkan serangannya yang mematikan. Tokoh satu ini memang suka sekali bertanding mengadu ilmu. Namun karena kekejaman hatinya, dia selalu terdorong untuk menghabisi nyawa orang-orang yang dikalahkannya. Hal ini dianggapnya sebagai piala kemenangan. Yang lebih mengerikan lagi, kakek jahat ini selalu mengambil piala kemenangan berupa anggota tubuh lawan yang dikalahkannya. Umumnya yang diambil dan disimpannya adalah ibu jari. Entah sudah berapa ratus jari yang disimpannya sebagai tanda kemenangan dalam adu ilmu.

Dewi Mulia Ratri berusaha menahan serangan itu dengan menangkis. Lagi-lagi darah segar yang lebih banyak mengalir dari mulutnya. Luka dalamnya semakin parah. Satu serangan lagi sudah jelas akan menewaskannya. Tapi dia tidak sudi menyerah begitu saja. Gadis ini bersiap untuk serangan terakhir Datuk Rajo Bumi.

Datuk sesat ini mengirimkan pukulan pamungkasnya untuk menyudahi perlawanan Dewi Mulia Ratri. Gadis ini mengerahkan semua tenaga dalamnya untuk menangkis.

Desssss...dessssss....

Datuk Rajo Bumi dan Dewi Mulia Ratri sama-sama terdorong ke belakang. Gadis cantik itu tadi sudah pasrah pukulan hebat kakek itu akan mengakhiri hidupnya. Namun dia merasa aneh karena seperti ada tenaga lain masuk ke dalam tubuhnya menahan pukulan Datuk Rajo Bumi. Bahkan membuat sang datuk terdorong ke belakang.

Dewi Mulia Ratri baru tersadar ternyata ada sebuah tangan lain yang menempel di punggungnya. Mengalirkan hawa hangat menyejukkan melawan rasa panas membara akibat pukulan Datuk Rajo Bumi yang mengenai tubuhnya tadi.

Diperhatikannya wajah Datuk Rajo Bumi berubah pias saat melihat ke belakangnya. Dewi Mulia Ratri menjadi penasaran. Dia menoleh ke belakang dan melihat sebuah pemandangan yang aneh. Seorang kakek bungkuk sedang duduk bersila agak jauh di belakang. Kakek itu sangat renta dan tidak bisa ditaksir berapa usianya. Dewi Mulia Ratri kembali menoleh ke arah Datuk Rajo Bumi. Datuk sesat itu maju perlahan-lahan dengan waspada.

"Tuan Bungkuk....hal apa gerangan yang membuat Tuan Bungkuk ikut campur dalam urusan ini?"

Dewi Mulia Ratri terperanjat. Tidak disangkanya hari ini dia bisa bertemu sekaligus dengan dua orang paling hebat di dunia persilatan. Datuk Rajo Bumi dan Si Bungkuk Misteri! Ini kejutan yang luar biasa. Si Bungkuk Misteri adalah tokoh paling misterius di muka bumi. Jarang sekali bagi siapapun bisa bertemu muka dengannya. Gadis ini sangat bersyukur meski pundaknya yang terkena pukulan tadi masih berdenyut-denyut nyeri.

Kakek bungkuk itu melemparkan pandangan sekilas kepada Datuk Rajo Bumi. Dewi Mulia Ratri tertegun. Kakek itu memang sudah sangat renta, namun mata itu masih berkilat-kilat tajam. Tanda orang berilmu yang tak terukur lagi.

"Datuk Rajo....kau harusnya memilih lawan yang lebih seimbang dibanding gadis ini....kalau kau masih penasaran beradu ilmu dengan gadis ini...dan ingin mengambil pialamu...beri dia waktu beberapa bulan lagi...dia akan mengimbangimu dengan baik."

Belum juga selesai ucapannya, bayangan kakek sakti ini telah menghilang dari tempat itu dengan menggandeng Dewi Mulia Ratri.

Datuk Rajo Bumi tahu diri. Dulu sekali dia pernah bertanding dengan Si Bungkuk Misteri dan kalah. Dia tahu bahwa sekarangpun belum tentu bisa menandingi. Oleh karena itu datuk ini tidak berusaha mengejar. Dia membalikkan tubuh dan berkelebat lenyap.

Dewi Mulia Ratri hanya merasakan angin berdesir-desir di telinganya saat dibawa "terbang" oleh Si Bungkuk Misteri. Lalu mendadak mendarat di suatu tempat yang ternyata adalah puncak Gunung Ciremai. Gadis ini buru-buru membungkukkan badan untuk berterimakasih.

"Tuan Bungkuk...terimakasih telah menyelamatkanku."

Si Bungkuk Misteri memandang gadis itu lekat-lekat. Lalu mengangguk-angguk.

"Kamu berbakat dan cocok sekali dengan Gempa Pralaya. Aku akan mengajarimu itu. aku tidak menguasainya dengan sempurna, tapi aku yakin kamu bahkan bisa lebih baik dariku."

Dewi Mulia Ratri terkejut bukan main. Gurunya, Ki Biantara pernah menyebut-nyebut ilmu ini. Gempa Pralaya adalah ilmu tingkat tertinggi dari unsur tanah yang sangat dahsyat. Orang yang menguasainya pun hanya bisa dihitung dengan jari di dunia ini. Ilmu itu termasuk dalam jajaran ilmu langka unsur-unsur utama bumi.

Gadis ini segera tersadar dan segera membungkukkan badan memberi sembah.

"Terimakasih gu...guru...telah sudi menerima saya sebagai murid...terimakasih."

Orang tua sakti itu tersenyum sedikit. Dia memberi isyarat agar Dewi Mulia Ratri mengikutinya masuk ke dalam sebuah gua yang ada di situ.

"Untuk mempelajari ilmu Gempa Pralaya, kamu hanya memerlukan waktu tiga purnama. Tapi untuk menyempurnakannya, kamu perlu waktu paling sedikit dua saka. Melihat bakatmu, kamu bisa melakukannya. Apa kamu sanggup bertahan selama tiga purnama di tempat ini, Nduk?"

Pikiran Dewi Mulia Ratri langsung berkelebatan seperti bayangan. Tiga purnama? sedangkan tugasnya mengantar rombongan pengantin Galuh Pakuan tiga purnama lagi. Tapi jika dia menolak, maka dia akan menyia-nyiakan kesempatan sangat langka ini. Menyia-nyiakan mendapatkan pelajaran ilmu kuno dan sakti dari Si Bungkuk Misteri, manusia dewa di dunia persilatan? Dan bisa lebih baik dalam menjalankan tugasnya mengingat betapa hebat-hebatnya tokoh-tokoh Majapahit dan Lawa Agung?

"Baiklah guru...saya akan bertahan di sini selama tiga purnama untuk mendapatkan pelajaran dari guru...saya bersedia."

Dewi Mulia Ratri dengan mantap mengiyakan.

Si Bungkuk Misteri mengangguk-angguk. Dan semenjak hari itu, Dewi Mulia Ratri mendapatkan pelajaran ilmu Gempa Pralaya secara langsung dari Si Bungkuk Misteri. Menghilang selama tiga purnama tanpa kabar berita, yang ternyata akhirnya membuat heboh kerajaan Galuh Pakuan.

**************