webnovel

Kisah Air & Api-Petualangan Cinta Air dan Api

Buku 2 Kisah Air & Api ini banyak bercerita tentang bagaimana kedua tokoh sentral dalam kisah ini berpetualang mencari murninya cinta sejati. Petualangan yang dilakukan begitu dinamis dan dramatis. Penuh dengan bahaya dan tipu daya. Menemui berbagai macam muslihat dan pertarungan yang luar biasa. Termasuk bagaimana ilmu-ilmu langka intisari dari bumi dan kehidupan yang akhirnya muncul lagi ke dunia persilatan. Air, api, udara adalah komponen ilmiah utama penguasa kehidupan. Tanah, kayu dan besi adalah komponen ilmiah pendukung yang tidak kalah pentingnya bagi kehidupan. Jika berdiri sendiri, komponen komponen tersebut bisa bermanfaat dan bisa juga bermalapetaka. Jika digabungkan, maka manfaatnya berlipat-lipat dan malapetakanya bisa dihilangkan. Munculnya kerajaan baru di pesisir selatan jawa yang didukung oleh penguasa gaib laut selatan, membawa cerita seru seputar pemberontakan, sihir dan ketakutan. Tokoh-tokoh lama dan baru saling bergelut dalam intrik dan ambisi yang tak berkesudahan. Perebutan mustika naga api adalah puncak pertama dari kehebatan petualangan dalam buku ini. Diharu-biru oleh pengorbanan luar biasa dari sebuah cinta yang juga luar biasa. Darah dan airmata tumpah menjadi satu dengan rasa takjub dan indahnya sebuah perjuangan demi cinta. Latar belakang sejarah dari perang dingin antara Majapahit dan Galuh Pakuan memuncak dalam sebuah alur cerita heroik yang dipenuhi dengan petir, hujan badai, dan sentuhan dramatis dari pengabdian. Mempertahankan harga diri menjadi pilihan utama. Lebih baik mati digulung tanah daripada hidup tapi menghirup udara belas kasihan. Kemarahan, murka, dendam, cinta, dan kasih setulus hujan kepada bumi, sangat dominan dalam petualangan yang menggiriskan hati. Memberikan arti sesungguhnya dari kata kemuliaan dan keindahan. Begitu mencekam perasaan hingga tangis saja bukanlah pilihan yang menenangkan, adalah intisari dari cerita yang tak mau untuk sudah saat ini.

mim_yudiarto · ファンタジー
レビュー数が足りません
16 Chs

Bab 13

Kesedihan atas kehilangan

Berbaur dengan rasa hutang budi

Dan tetesan terakhir darah pengorbanan

Membawanya ke alam yang bukan surga atau neraka.

Arya Dahana meneriakkan letih ke angkasa

Membuang rasa percaya ke dalam jurang

Dan mengutuk Tuhan atas ketidakberuntungan.

Gua Danu Cayapata. Arya Dahana duduk terpekur di depan makam Dyah Puspita. Tubuhnya terlihat sangat kurus. Matanya sayu tanpa gairah kehidupan. Berhari-hari dia melakukan perjalanan mencapai gua itu. Jenazah Dyah Puspita tidak rusak karena Arya Dahana mengolesinya dengan ramuan dedaunan pengawet yang dulu dipelajarinya dari Ki Gerah Gendeng. Sima Lodra dengan setia ikut menemani. Harimau itu bahkan yang menjadi penunjuk jalan di mana mulut gua yang sangat tersembunyi itu. Sima Lodra terlihat juga sangat kehilangan. Perawakan harimau yang biasanya sangar dan gagah itu ikut juga melayu.

Siapapun yang melihat makam Dyah Puspita pastilah tercengang. Makam itu terbuat dari batu sebesar rumah yang diambil Arya Dahana dari reruntuhan dinding gua. Begitu tiba di mulut gua di bibir jurang dalam itu dan setelah meletakkan tubuh dingin Dyah Puspita di dalam ruang kecil yang dulu terdapat batu Safir Bumi dan kitab Danu Cayapata, pemuda ini mengamuk sejadi-jadinya. Pukulan-pukulan Geni Sewindu dan Busur Bintang bergantian dilancarkan secara bertubi-tubi. Sima Lodra yang sebelumnya berada di dekat pemuda itu sampai harus berlari menjauh saking ngerinya melihat akibat dari pukulan-pukulan tersebut.

Arya Dahana seperti sedang berusaha mengubur dirinya dalam gua bersama Dyah Puspita. Semua amarah dan kesedihan terbawa dalam pukulan-pukulan dahsyat itu. pemuda itu bertekad, jika bebatuan gua tidak mengubur dirinya, maka dia berharap semua pukulan terkuatnya akan membalik kepada tubuhnya dan menewaskannya.

Tapi yang terjadi justru sebaliknya. Pukulan Geni Sewindu dan Busur Bintang yang dihantamkannya ke dinding gua malah semakin hebat luar biasa! Kilau keperakan Geni Sewindu bahkan terlihat sangat membutakan mata saking berkilauannya. Warna kehijauan yang keluar dari tangan kirinya karena pukulan Busur Bintang juga terlihat sangat hijau tua. Hawa panas dan dingin luar biasa bergantian keluar dari sepasang tangannya. Dinding gua yang tersusun dari batu gunung yang sangat keras hancur berantakan dalam bentuk serpihan dan debu. Bukan dalam bentuk reruntuhan besar yang diharapkan Arya Dahana bisa mengubur dirinya. Pukulannya benar-benar menghancurkan batu menjadi debu.

Pemuda yang sedang dilanda rasa putus asa ini benar-benar mengamuk tak henti-henti. Mulut gua yang sebelumnya hanya bisa dimasukin satu orang saja, sekarang menjadi sangat lebar. Sepasukan orang berkuda pun bisa masuk melalui pintunya. Pukulan yang diharapkan juga membalik agar membunuh dirinya, tidak terjadi. Batu Mustika Api yang dimasukkan ke mulutnya oleh Dyah Puspita benar-benar telah menyembuhkan dan meningkatkan tenaga dalamnya secara ajaib dan luar biasa.

Akhirnya rasa lelah mengalahkan pemuda ini. Tubuhnya terkapar tak berdaya di mulut gua. Sima Lodra yang sedari tadi mengawasi dari jauh, mendatangi lalu menyeret tubuh lemas itu ke dalam. Bersamaan dengan runtuhnya sebongkah besar batu sebesar rumah ke mulut gua tempat Arya Dahana terkapar tadi. Sedikit saja Sima Lodra terlambat, tubuh pemuda itu pasti sudah gepeng tertimpa.

Hampir sehari semalam pemuda itu pingsan. Begitu terbangun, rasa badannya seperti remuk redam. Ditambah lagi saat dia melihat tubuh Dyah Puspita yang terbujur kaku ditunggui oleh Sima Lodra. Dikuatkannya dirinya untuk bangkit dan menuju bibir gua yang hampir separuh tertutup oleh batu besar itu. Mata berduka pemuda itu sedikit bersinar. Dikerahkannya tenaga dalam untuk melubangi batu itu dan membuat sebuah lubang kuburan. Setelah lubang dibuat, dimasukkannya tubuh Dyah Puspita untuk dikuburkan. Ditutupnya kembali menggunakan batu penutup yang sengaja tidak dihancurkannya.

Setelah semuanya selesai, Arya Dahana terpekur lama di depan makam itu. bersamadi sambil mengenang masa-masa ketika masih bersama Dyah Puspita. Kebaikan gadis itu, kesabarannya, pengorbanannya, rasa welas asihnya. Dua tetes airmata melompat dari pelupuk mata pemuda itu tanpa disadarinya.

Arya Dahana terjaga dari samadinya hanya ketika Sima Lodra menarik-narik bajunya menggunakan mulutnya. Dibawanya pemuda itu ke dalam. Ternyata Sima Lodra membawa seekor kijang hasil buruan. Bahkan harimau itu ternyata juga membawa setumpuk ranting kering. Pemuda itu tersenyum lemah penuh terimakasih kepada Sima Lodra. Digerakkan tubuhnya yang sangat letih dan mulai membersihkan daging segar kijang itu. Bau wangi bunga yang beraroma sihir itu ternyata masih ada, namun kini tercampur oleh aroma aneh yang belum pernah dibauinya. Seperti bau dupa yang disiram oleh minyak kasturi.

Arya Dahana awalnya tidak memperhatikan hal itu sebagai sebuah hal yang harus diperhatikan. Tapi ketika bau aneh itu makin mengeras masuk ke dalam penciumannya, mau tidak mau pemuda itu bangkit setelah daging mulai dipanggang. Aroma itu membawa dirinya masuk ke dalam sebuah ruang kecil lain yang ternyata terhubung dengan ruang kecil saat dulu bersama Dyah Puspita dia menemukan kitab Danu Cayapata.

Hasil amukannya menggunakan pukulan-pukulan dahsyat kemarin ternyata malah membuka ruangan itu karena dinding yang membatasi runtuh akibat pukulannya di luar gua. Arya Dahana tidak menyadari bahwa aroma itu sangat berbahaya karena mengandung bisa pelemah tubuh dan penyerap kekuatan. Namun pemuda itu tersadar waktu dilihatnya Sima Lodra tidak mau masuk dan dengan tertatih-tatih menyeret tubuh besarnya menjauh. Harimau itu terkena pengaruh wangi yang mengerikan itu!

Arya Dahana tidak takut. Dia kebal terhadap segala macam racun dan sihir. kakinya terus melangkah masuk ke dalam ruangan kecil itu. Matanya memeriksa sekeliling dengan cermat. Bau harum yang aneh itu menguar keluar dari sebuah peti kaca kecil. Diraihnya peti itu sambil membersihkan debu tebal yang menutupinya. Di dalam peti nampak sebuah buku tebal berwarna putih, sebatang lidi panjang dan setangkai bunga aneh berbentuk segi delapan.

Pemuda itu dengan hati-hati membuka tutup peti. Bau harum yang aneh itu memenuhi udara dengan seketika. Sangat tajam dan menusuk. Dari luar terdengar suara auman lirih Sima Lodra. Auman ketakutan dan kesakitan. Arya Dahana mengenali auman itu. Buru-buru ditutupnya peti kaca. Namun sebelumnya dia masih sempat mengambil buku tebal berwarna putih yang terlihat sudah sangat lama.

Kitab Amurti Arundaya-Pukulan Bayangan Matahari

Kebajikan dan Kemuliaan oleh Panas yang lebih dari Api

Arya Dahana terbelalak. Ini ajaib! Ternyata buku ini adalah kitab kuno yang sangat hebat itu. Terletak tidak sampai satu depa dari kitab Danu Cayapata yang mereka temukan dahulu. Luar biasa! Ajaib!

Pemuda ini berlari keluar agar bisa meneliti kitab ini secara lebih teliti. Sebelum keluar diambilnya bunga kecubung aneh beraroma sihir yang ada di ruangan sebelahnya yang dulu ditinggalkannya. Dia punya sebuah rencana.

Sesampainya di mulut gua dilihatnya Sima Lodra terbaring lemas seperti kelaparan berhari-hari. Diperiksanya sebentar harimau itu. Tidak ada luka atau apapun juga. Dan yang paling utama masih bernafas dengan teratur. Arya Dahana menggelengkan kepala takjub. Pengaruh bunga tadi ternyata luar biasa dahsyat. Sebelum memusatkan perhatian pada kitab ajaib itu, pemuda ini membuka tutup makam Dyah Puspita dan meletakkan dua macam bunga aneh dan beraroma tidak biasa itu di dalam makam, lalu menutupnya kembali dengan kuat. Dia tidak ingin siapapun mengganggu jenazah Dyah Puspita. Dia ingin tubuh itu awet selamanya di dalam makam batu itu. Agar jika sewaktu-waktu dirinya datang menjenguk, Dyah Puspita masih utuh dan ada.

Arya Dahana berjongkok dan menyalurkan hawa murni ke tubuh Sima Lodra beberapa saat. Setelah harimau itu kelihatan pulih, pemuda itu memberikan isyarat agar Sima Lodra meninggalkan tempat itu dan menunggunya di ruangan luas ke arah jalan keluar di dalam gua.

Setelah yakin Sima Lodra aman, Arya Dahana membuka kitab putih tebal itu. isinya ternyata memang luar biasa. Inilah ilmu yang dicari-cari oleh banyak orang. Amurti Arundaya, Pukulan Bayangan Matahari! Pemuda ini membuka-buka lembar awal kitab itu. Ilmu dahsyat ini mensyaratkan bagi siapapun yang hendak mempelajari kitab ini, maka orang tersebut harus sedikitnya mempunyai hawa murni panas tingkat perak. Di dalam kitab tersebut disebutkan secara rinci berbagai macam tingkatan hawa murni panas. Jingga, merah, biru, perak dan emas adalah urutan hawa murni panas dari tingkat terendah hingga tingkat tertinggi. Aaahh dia sudah sampai tingkatan perak. Artinya dia bisa mempelajari kitab ini.

Semangat hidup Arya Dahana seperti disuntikkan kembali dengan adanya kitab ajaib itu. pemuda itu berniat untuk menghabiskan sisa hidupnya di gua ini, menemani Dyah Puspita dan mempelajari kitab ini sampai habis.

*************