webnovel

Kimetsu no Yaiba : The Cold Wanderer [ Indonesia ]

Sebuah kisah petualangan dari seorang anak yang tidak biasa, dia lahir dengan sebuah kondisi khusus, ia dibuang oleh ibunya yang sama sekali tidak pernah ia lihat sejak kecil, di dunia yang penuh hal mengerikan ini, bagaimana ia bertahan? Ini bukanlah kisah dari seorang pahlawan ataupun seorang bijak, ini adalah kisah seorang Pemuda yang bersumpah atas hidupnya untuk memusnahkan seluruh Oni di Dunia. Inilah Kisah dari Tetsuya Yashuhiro.

AlexanderArnold · アニメ·コミックス
レビュー数が足りません
20 Chs

Perpisahan dan Warisan

Musim ke Musim, tahun ke tahun, waktu berjalan dengan cepat, setelah hari itu Tetsuya terus berlatih Teknik Pernafasan uniknya sendiri, karena ia tahu bahwa dirinya tidak cocok dengan Teknik Pernafasan Air milik Shishio.

Beberapa bulan lalu usia Tetsuya telah menginjak 15 tahun, dan tingginya saat ini telah mencapai 175 Cm, cukup tinggi untuk anak seusianya. Tetsuya saat ini terlihat sedang berdiri di pintu sambil membawa Tas di punggungnya, ia sudah meninggalkan pakaian lamanya dan terlihat memakai pakaian Putih sederhana.

Yang berbeda adalah, saat ini Tetsuya memakai sebuah Haori berwarna Biru Muda dengan Duri-Duri putih di pinggiran Haorinya.

Rambutnya yang berwarna Navy diikat menggunakan Kain putih, dan Syal putih yang dirajut oleh Nanami masih setia menemani Tetsuya di lehernya, Wajahnya masih terlihat tanpa ekspresi seperti biasa, namun jika dibandingkan dengan Tetsuya saat setelah Ibunya meninggal, ini jauh lebih baik.

" Apa kau sudah membawa semua barang-barangmu, Tetsu. "

Ucap seorang wanita kepada Tetsuya, wajahnya keliatan khawatir saat ia terus memeriksa isi tas dari Tetsuya. Wanita ini adalah Danjurou Hitomi anak dari kepala Desa Kanegawa, dan dia adalah Istri Shishio. Itu benar, Shishio menikah, tepatnya setahun yang lalu.

Pada saat ia memberitahu Tetsuya tentang Pernikahannya, Tetsuya yang saat itu sedang meminum Teh dengannya langsung menyemburkan tehnya dan melebarkan matanya, karena melihat Shishio menikah mungkin adalah salah satu momen paling tidak mungkin dalam pikiran Tetsuya.

Kemudian, Pesta pernikahan diadakan secara meriah seminggu kemudian, hari itu adalah momen yang sangat bahagia, dan pada hari itu setelah sekian lama akhirnya Tetsuya tersenyum tipis. Pertama kalinya setelah hari ulang tahunnya yang ke 11 bersama ibunya.

Namun, tidak ada yang mengetahui hal itu.

Hari-hari Tetsuya terus berjalan, ia terus berlatih Teknik Pernafasannya, dan terkadang ikut mengobrol dengan penduduk desa, karena menurut para warga desa, Ekspresi datar Tetsuya menjadi bahan permainan mereka.

Permainannya adalah membuat wajah selucu mungkin, dan siapa yang dapat membuat wajah Tetsuya berkedut sedikit saja, maka dia akan menjadi Juaranya. Namun, Legenda dari wajah Tetsuya yang tanpa ekspresi tidak pernah dipatahkan.

" Tenang saja Bi, aku sudah memasukkan semua barang-barangku. "

Ucap Tetsuya kepada Hitomi yang masih terus membongkar isi tas Tetsuya. Beberapa saat kemudian, Shishio muncul dari dalam dengan wajah mengantuk, karena baru saja bangun dari tidurnya. Ia menguap sambil menggaruk-garuk perutnya.

"*Yawn* Ah, Kau sudah mau pergi Kiddo? "

Ucap Shishio kepada Tetsuya, ia sama sekali tidak merubah panggilannya kepada Tetsuya, dan masih memanggilnya dengan " Kiddo ". Sementara Tetsuya yang mendengar ucapan Shishio, hanya menggangguk dan berkata.

" Um, bukankah aku sudah bilang kemarin? "

Shishio kemudian seperti mengingat sesuatu dan kemudian membenarkan ucapan Tetsuya.

" Ah, kau benar. "

Shishio kemudian kembali mengingat sesuatu dan berkata dengan menghilangkan mata mengantuknya.

" Ah, aku hampir lupa sesuatu. "

Shishio kemudian kembali kedalam dengan sedikit buru-buru yang membuat Tetsuya maupun Hitomi memiringkan kepalanya karena bingung, kemudian Shishio kembali keluar sambil membawa sebuah Katana dengan Sarung Putih dan gagang yang dilapisi oleh Perban, kemudian Fuchi/Hilt nya berbentuk 8 Duri Transparan yang mengarah ke bilah katananya..

Yang merupakan Katana miliknya sendiri.

" Ambil ini. "

Ia kemudian mendekati Tetsuya dan menyodorkan Katana itu kepadanya. melihat tindakan Shishio, Tetsuya sama sekali tidak mengerti. Ia dengan bingung menerima Katana Putih itu.

" Bukankah ini katana milikmu? Kenapa kau memberikannya kepadaku? "

Tanya Tetsuya dengan bingung, ia sama sekali tidak mengerti kenapa Shishio yang selalu menjaga katananya dipegang oleh orang lain, memberikan Katana Putihnya itu kepadanya. Tetsuya kemudian mengalihkan tatapannya dari Shishio dan menatap Katana yang sekarang ada di tangannya.

" Katana itu sekarang bukan milikku lagi, mulai sekarang itu akan menjadi milikmu. "

Mendengar perkataan Shishio, Tetsuya mengerutkan dahinya, dan kembali berkata.

" Milikku? Katana ini? Lalu bagaimana dengan pekerjaanmu sebagai Prajurit Bayaran. "

Saat mendengar itu, tiba-tiba Shishio memukul kepala Tetsuya menggunakan sisi tangannya. Tetsuya yang kepalanya dipukul, sedikit berkata kesakitan.

" Aduh! "

Shishio kemudian berkata dengan pandangan aneh kepada muridnya.

" Apa kau bodoh? Bukankah aku memang sudah lama berhenti menjadi Prajurit Bayaran, apa saja yang kau lakukan selama setahun ini, hah? "

Mendengar ucapan Shishio, Tetsuya sedikit menggosok-gosok dagunya sambil berkata.

" Hmm... sepertinya aku terlalu sibuk memperbaiki Teknik Pernafasanku. "

Mendengar itu, Shishio hanya dapat menghela nafas, dan kemudian bertanya kepada Tetsuya.

" Memangnya sudah berapa Bentuk yang kau kuasai dari Teknik Pernafasanmu? "

Tetsuya kemudian menjawab dengan ekspresi seperti menghitung.

" Delapan... tidak, sembilan. Teknik pernafasanku memiliki 9 Bentuk untuk sekarang. "

Mendengar itu, Shishio terlihat sedikit terkejut, dan kemudian berkata dengan senyum.

" Hoo~ Sepertinya 2 tahun ini tidak kau sia-siakan sama sekali. "

Tetsuya hanya mengangguk atas ucapan Shishio. Suasana hening sejenak, sebelum Shishio sedikit memperhatikan pedang dan kemudian ia ingat satu hal lagi yang harus ia katakan kepada Tetsuya.

" Dan juga... Katana ditanganmu itu. "

Mendengar ucapan Shishio, Tetsuya menaikkan alisnya sedikit.

" Hmm? "

" Itu bukanlah Katana biasa, melainkan sebuah Katana Khusus yang dapat membunuh Oni, karena Katana biasa yang dibuat menggunakan besi biasa tidak dapat membunuh Oni, maka Korps Pemburu Iblis membuat sebuah Katana khusus menggunakan sebuah Bijih yang secara konstan menyerap Sinar Matahari, yang merupakan satu-satunya kelemahan Oni. "

Mendengar informasi yang begitu banyak, Tetsuya kemudian sedikit memperhatikan Katana di tangannya, dan kemudian sedikit mengeluarkannya dari sarungnya dan terlihatlah sebuah Bilah Putih bersih.

Namun, jika diperhatikan secara teliti, ada sebuah Kanji dipangkal bilah katana yang bertuliskan. " Tenang seperti Air. ", diukir dengan warna Biru Pekat yang kontras dengan warna putih disekelilingnya.

" Para Pemburu Iblis menyebutnya dengan nama, Nichirin. "

Mendengar itu, Tetsuya diam, dan terus memperhatikan Pedang Nichirin ditangannya sebelum akhirnya ia kembali menyarungkan Pedang nichirinnya dan menggantungnya di pinggang. Ia kemudian mengambil Katana lamanya di pinggang satunya dan menyerahkannya kepada Shishio, seraya berkata.

" Aku tidak suka berhutang budi, jadi aku akan menyerahkan Katana ini kepadamu. "

Melihat itu, Shishio sedikit menahan tawa dan berkata kepada Tetsuya.

" Oi, Oi, bukankah awalanya itu juga milikku. "

Namun, Tetsuya tidak goyah.

" Ambil saja. "

Mendengar itu, Shishio mau tidak mau menagmbil katana Tetsuya.

" Ya, ya, terserah kau saja. "

Setelah menyerahkan katanannya, dan merasa bahwa sudah tidak ada lagi yang tertinggal, Tetsuya kemudian langsung membuat hormat dengan cara menunduk kepada Shishio.

" Terima kasih atas bimbinganmu selama ini, Sensei. "

Mendengar dirinya dipanggil Sensei untuk pertama kalinya oleh Tetsuya, Shishio melebarkan matanya karena terkejut. Tetsuya kemudian berdiri dan berkata sambil Tersenyum kepada Shishio dan Hitomi.

" Kalau begitu, Sampai jumpa. "

Melihat itu, baik Shishio maupun Hitomi tidak dapat berkata-kata. Tetsuya yang baru saja mengucapkan selamat tinggal, berbalik dan kemudian berjalan pergi dari Kediaman Shishio. Meninggalkan Shishio dan Hitomi yang terdiam.

Sebelum akhirnya, Shishio membuka mulutnya dengan ketidakpercayaan.

" Hei Istriku, bocah itu baru saja tersenyum, kan? "

Mendengar pertanyaan suaminya, Hitomi hanya dapat mengangguk kosong.

" Um, tidak salah lagi... Dia tersenyum. "