webnovel

Membuntuti Deana

Nikk bertemu pandang dengan Deana saat di pasar. Itu kali pertamanya melihat mata indah milik calon Luna-nya. Ia terpukau. Meski tatapan mata itu datar dan tanpa ekspresi, Nikk bisa melihat kalau gadis itu memanglah takdirnya. Ia juga mengetahui kalau Deana tertarik padanya pada pandangan pertama. Hanya saja Deana pandai menutupi semuanya dengan raut wajah yang terbiasa datar.

Ia memilih tempat yang lebih sepi yang mana ia bisa lebih leluasa mengamati Deana dari sana. Setelah berpapasan dengan Cleon di ujung pasar, ia sedikit menjauh dari sana dan berhenti di tepi luar hutan. Ia memang hanya ingin memperhatikan aktivitas Deana sedari dekat saja.

Deana melanjutkan usahanya agar bisa mendapat barter makanan pokok atau apa pun itu. Tak masalah baginya kalau pun ia hanya mendapat sayur mayur saja karena wajar, ia hanya bisa menukar tembikar hasil karyanya yang tak sebanding dengan bahan pokok lainnya. Terkadang ia mendapat bantuan dari keluarga Adoria yang selalu mau bertukar dengannya. Meski ia tahu kalau mereka sebenarnya tak membutuhkan tembikar karyanya, mereka masih mau membantu. Ia sangat bersyukur.

Deana merasa penat. Peluh membanjiri tubuhnya. Ia mendongak ke atas, matahari rupanya sudah tinggi. Sampai saat ini ia masih belum mendapat tukaran. Mungkin hari ini ia harus mencari bahan makanan di hutan karena pasar pun akan segera tutup.

Deana melangkahkan kaki menjauhi pasar dan matanya bersitatap lagi dengan pasang mata sehitam jelaga milik Nikk. Deana ingin bersuara akan tetapi Nikk lebih dahulu pergi dan meninggalkannya. Sontak saja dahi Deana mengerut. Apa yang salah? Padahal ia ingin memberi tahu kalau baju yang dipakai Nikk sepertinya tersangkut batang poton dan terkoyak sedikit. Tapi apa boleh buat. Nikk sudah pergi dan Deana memilih melanjutkan perjalanannya lagi ke arah dalam hutan.

Nikk berbalik dan melihat Deana menjauh. Ia juga kembali mengikutinya dalam diam. Ia berusaha sekuat tenaga agar Deana tak menyadari keberadaannya. Ia penasaran dengan apa yang akan dilakukan Deana karena ia melihat gadisnya melewati rumah dan terus berjalan lurus ke dalam hutan.

Seekor kucing tiba-tiba mengikuti Deana dari belakang. Deana menoleh saat kucing itu mengeong dan hal itu tentu membuat Nikk terkejut. Nikk bersembunyi di balik pohon besar. Untung saja di hutan ini pepohonannya berbatang besar dan tinggi menjulang. Itu sudah cukup untuk menutupi badannya.

"Hampir saja ketahuan."

Nikk mengintip dari balik pohon dan tak mendapati Deana atau kucingnya di sana. Dengan segera ia berjalan dengan cepat untuk mencarinya. Satu hal yang ia tidak ketahui adalah Deana ada di atas sedang mengamatinya. Ternyata Deana memanjat pohon untuk mengambil sesuatu, namun ia malah menemukan seseorang yang tadi ia jumpai sedang membuntutinya.

"Orang jahat atau baik ya?"

Deana gundah. Ia takut kalau ia menghampirinya ternyata orang itu orang jahat. Kalau di pasar ia bisa berteriak. Kalau di hutan siapa yang akan membantu? Hanya keberuntungan saja yang akan menyelamatkannya. Jadi, ia memilih untuk segera turun dan berjalan menjauhi hutan. Kucingnya juga masih menunggu di bawah pohon itu dengan tenang seperti paham akan sesuatu yang dilakukan majikannya.

Saat Deana turun dan berjalan keluar hutan, Nikk mendengar langkahnya. Deana mengambil jalur yang jarang dilewati karena bunyi dari pijakan antara ranting dan daun kering itu menyeruak masuk ke pendengarannya yang cukup tajam. Ia berbalik dan melihat Deana melangkah dengan terburu. Sepertinya gadis itu tahu kalau ia mengikutinya.

"Ternyata kau cerdas, Deana. Tak salah kau dipilih oleh Dewi Selene untuk menjadi pasanganku."

Nikk tak lagi mengikutinya karena ia tahu kalau Deana akan pulang ke rumah dan tak akan keluar lagi. Untuk saat itu, lebih baik ia kembali ke benteng. Lelah juga rasanya membuntuti Deana hampir setengah hari ini. Nikk memutuskan kembali melewati jalur lain. Ia tak ingin melewati rumah Deana karena ia tak mau terlihat olehnya.

Nikk menyusuri jalan lain menuju bentengnya. Sesampainya di sana ia menghampiri Galen yang sedang sibuk melatih para Schout seperti biasa. Ia menyukai komando tegas yang dimiliki Galen. Posisi Gamma memang cocok sekali untuknya. Tak ada yang bisa menggantikannya sekali pun itu adalah Cleon.

Baru saja Nikk teringat Cleon, ternyata si pemilik nama muncul di depan gerbang. Dengan cepat ia memanggil Cleon untuk menghampirinya. Ia ingin menanyakan sesuatu karena wajah Cleon tampak murung saat itu. Saat Cleon sudah di dekatnya, ia pun tahu masalah baru yang dihadapi Cleon. Ternyata Adoria, calon mate-nya akan segera dilamar. Kabar itu memang belum pasti tapi hatinya terasa sudah hancur. Nikk tak bisa memberikan saran berharga karena dirinya tak punya pengalaman sama sekali akan hal ini. Ia hanya bisa membujuk Cleon agar bisa menyatakan keinginannya dengan lebih cepat karena kalau tidak Adoria bisa diambil yang lain.

"Nikk, bagaimana tadi acaramu membuntuti Deana? Lancar?"

Cleon memilih duduk di ruangan pribadinya setelah memberikan daging tadi pada Omega di sana. Ia membiarkannya untuk mengolah daging itu sebagian dan sebagian lainnya ia perintahkan untuk membagikannya dari pintu ke pintu. Omega di sana memang bertugas sebagai tukang masak dan tukang bersih-bersih. Jadi, tak heran kalau para Omega biasanya diisi oleh kaum perempuan. Tingkatan mereka ada di garis terbawah namun bukan berarti ia bisa semena-mena. Pimpinan dan tetua Klan Mensis malah sangat menghargai para Omega. Karena kalau tidak ada mereka, sudah tak tahu lagi seperti apa bentuk benteng itu saat ini.

Nikk ikut duduk di hadapan Cleon. Ia tersenyum dan berkata, "Deana gadis yang cerdik. Ia tahu aku membuntutinya. Bahkan ia sempat memanjat pohon hanya untuk mencariku."

Cleon tertarik. Ia menunjukkan ekspresi terkejutnya. "Bagaimana bisa? Gadis secantik dan seanggun itu memanjat?"

"Aku pun sama herannya denganmu. Aku tak habis pikir bagaimana bisa ia memanjat secepat itu padahal aku hanya bersembunyi sebentar saat ia menoleh ke belakang. Tahu-tahu aku mendengar suara seperti jatuh dan sudah melihat ia berjalan tergesa menjauhi hutan."

Nikk kembali mengingat hal itu. Rasanya mengejutkan saat tahu gadisnya ternyata bisa memanjat dan lagi ia tak menyadari kehadirannya.

"Kau terkecoh semudah itu? Kau bukannya bisa membauinya?"

"Hari ini Deana tidak mengenakan bajunya, Cleon. Aroma tubuhnya tersamarkan dengan aroma lain."

Cleon mengangguk paham. Yang terpenting Nikk sudah mampu mendekat satu langkah pada Deana. Dengan pandai Nikk mengenalkan wajahnya agar selalu Deana ingat. Lain waktu ia akan bertegur sapa dengan Deana dan berlanjut untuk mendekati sang nenek. Karena bagaimana pun juga, ia harus bisa mengambil hati sang nenek lebih dahulu barulah mudah mendapatkan cucunya.

"Jadi selanjutnya kau mau bagaimana, Nikk?"

"Aku berencana akan berbicara dengan Deana dan tentu saja mencoba mengambil hati Nenek Cia. Aku harus mendapatkan Deana dengan cepat. Karena kalau tidak, Chris akan mengetahui lebih dahulu soal rencana ini dan semua akan kacau balau."

"Kau benar, Nikk."