webnovel

Jumpa Deana

Cleon membawa Nikk bersamanya ke pasar di desa paling selatan itu. Ia menapakkan kaki entah sudah yang ke berapa kali saat itu. Pertemuan awalnya dengan Adoria hanya sebatas tuntutan kebutuhan saja. Ia menggantikan Beta terdahulu karena memang masanya sudah habis dan kali itu dirinyalah yang dipercaya memegang posisi itu. Selain karena ia adalah adik dari Nikk, ia juga diakui kemampuannya oleh anggota yang lain.

Cleon berjalan beriringan dengan Nikk namun ada jarak yang sengaja diberikan Nikk di sana. Ia berjalan sedikit lebih lambat dari Cleon, jadi ia berada di belakangnya. Itu karena ia merasa sedikit gugup memikirkan reaksi macam apa yang akan ditunjukkan oleh Deana nanti. Sedangkan Cleon yang tahu kekhawatiran Nikk memilih untuk tidak berkata apa pun.

Tak berapa lama kemudian, mereka hampir sampai di halaman depan pondok daging keluarga Adoria dan benar saja mereka langsung menangkap fitur kedua gadis itu tengah bersenda gurau. Tampak raut wajah mereka yang bahagia sekali dan itu adalah kali pertama Nikk melihat Deana tertawa lepas dan itu membuat hatinya menghangat.

"Luna cantik sekali ya, Nikk."

"Iya, sangat memukau. Aku beruntung bisa berpasangan dengannya."

Cleon terkekeh. Ia ternyata bisa menjebak Nikk sampai mengucapkan kalimat itu dengan tanpa ragu atau malu sekalipun. Ia bahkan melihat Nikk ikut tersenyum sebelum ia menggoda Nikk tadi. Cleon mendekati Adoria dan menyapanya lembut. Ia juga tersenyum manis sekali di hadapan Adoria dan juga Deana. Senyumnya penuh rasa bersahabat.

Di sana, Nikk masih tak begitu berani mendekat. Ia memilih duduk di tepi dan mendegarkan percakapan antara Cleon dan Adoria dalam diam. Sesekali ia juga mencuri pandang ke arah Deana namun Deana tampak tak tertarik padanya. Wajahnya juga terlihat bingung. Apa mungkin ia melihat wajah Nikk yang membuntutinya tempo hari itu? Kalau iya, bisa gawat.

"Oh, Adoria. Kenalkan, ini Nikk, sahabatku. Kali ini ia akan membantuku membawa daging."

Adoria mengangguk dan mengulurkan tangannya pada Nikk. Awalnya ia tak sadar, tapi setelah disenggol perutnya oleh Cleon barulah ia menerima jabatan tangan Adoria dan tentu saja, Adoria tahu kalau Nikk adalah kaum sebangsa Cleon. Ia pun kini menarik Deana mendekat dan memperkenalkannya pada Cleon dan Nikk. Saat pandangannya bertemu pandang dengan Nikk, ia spontan mengucapkan sesuatu yang tak begitu jelas terdengar sekali pun di telinga Nikk.

"Apa kau mengatakan sesuatu, Nona?" tanya Nikk penasaran. Akan tetapi Deana malah menarik tangannya dengan cepat dan menggeleng.

"Bukan hal penting. Anda bukannya yang tempo hari saya lihat di pasar? Anda orang yang asing. Saya tak pernah melihat anda sebelumnya dan anda ini bangsa werewolf."

Nikk mengangguk. Ia membenarkan perkataan Deana karena memang begitu adanya. Selagi bukan masalah membuntuti, ia akan mengakuinya.

"Benar. Aku sedang menunggu Cleon yang berjanji akan menemaniku keliling desa ini akan tetapi ia telat karena menangani hal lain lebih dulu."

Deana mengangguk. Tampak ia tak memberi jarak atau bersikap was-was seperti sikapnya pada Chris. Ia terlihat baik-baik saja dan bertindak seperti biasa. Ternyata keberadaan Cleon memang sangat membantunya. Jadi, Deana berpikir dengan sederhana saja.

"Baiklah. Salam kenal."

Tak disangka oleh Nikk karena ia mendapat sambutan hangat dari Deana. Ia melihat gadis itu tersenyum ramah sekali. Matanya sedikit menyipit saat sudut bibirnya terangkat ke atas. Sentuhan lembut tangan Deana juga membuat hatinya menghangat. Meski tak selembut telapak tangan Adoria, ia yakin tangan itu akan menciptakan kehidupan yang kedepannya bisa saling melengkapi.

"Cleon, tadi tujuan kita ke sini untuk membeli daging. Bisakah kau langsung pesan? Ingat, hari ini purnama."

"Kau benar. Tapi bukannya kau suka berlama-lama di sini?"

"Aku tidak mau mengambil risiko, Cleon."

Ucapan Nikk terdengar jelas di telinga Deana dan ia hanya diam, tak ada niatan untuk menjawab atau semacamnya. Ia hanya berjalan menuju Adoria dan menariknya mendekati meja di mana ia menggantungkan dagangannya.

"Benar. Tuan Cleon, anda mau pesan seperti biasa atau dilebihkan?" tanya Adoria yang mengerti gelagat deana dan juga isi percakapan Cleon dan Nikk.

"Nikk, apa akan cukup kalau kita beli seperti biasa? Bukannya ada perayaan yang harus kau buat hari ini?"

Nikk tertegun. Perayaan apa? Tunggu. Cleon baru saja menggodanya lagi.

"Lebihkan saja, Nona Adoria." jawab Nikk langsung tanpa mau menjawab Cleon lebih dahulu. Ia jadi salah tingkah hanya karena kalimat sederhana itu.

"Baiklah. Mohon tunggu di depan, Tuan. Kami akan siapkan lebih dahulu."

Adoria memanggil Deana untuk ikut masuk dan membantunya karena daging yang dipesan lebih banyak.

"Deana, kau tampak ramah pada mereka. Sikapmu berbanding terbalik dari pada dengan Chris lusa lalu."

Deana menghela napas. Ia memotong daging itu menjadi lebih kecil dan memasukkannya ke daun untuk langsung dibungkus dan diikat dengan serat kayu.

"Itu karena dia sahabat dari pangeranmu. Aku percaya kalau dia orang yang baik. Jadi, aku bersikap ramah padanya. Berbeda dengan Chris yang kita tak tahu asal-usulnya. Kau tak mengenal baik dirinya atau pun dia bukan sahabat dari sahabatmu. Untuk apa aku memperlakukannya ramah?"

"Kau ini. Selalu saja begitu. Dulu juga sama. Padahal orang itu manusia tapi kau bersikap tak ramah."

"Adoria, aku tak akan bersikap ramah kalau aku tak tahu asal-usulnya. Atau paling tidak aku tahu itu adalah temanmu atau teman dari temanmu. Dulu orang yang kau kenalkan bukan orang desa kita dan kau bilang juga kau baru bertemu dengannya kemarin karena ia tak sengaja tersesat, 'kan?"

Adoria berpikir, "Benar juga. Yah, intinya aku bersyukur kalau kau bisa ramah dengan Tuan Nikk dan Cleon. Cleon tak akan sembarangan mengenalkan orang meski pun itu hanya untuk sekadar membantunya membawa daging. Lelaki itu pasti orang baik. Kau lihat tadi? Ia bahkan tak ingin ambil risiko kalau terlalu lama di sini karena purnama jatuh hari ini. Dia mempedulikan bangsa kita juga."

Deana mengangguk membenarkan. Hal itu juga dipikirkan olehnya, maka dari itu ia hanya diam saja tadi tanpa merespon apa pun. Ia tahu, dari cara bicara dan cara pikirnya menandakan ia bukan sembarang orang yang hanya menemani Cleon saja. Ia terlihat seperti orang yang punya andil lebih. Meski awalnya ia tampak pemalu, tetapi sikapnya bisa berubah sesuai keadaan.

"Kau benar, Adoria. Aku percaya padanya karena ia juga tampak meyakinkan untuk dipercaya dan aku punya perasaan yang bagus saat melihatnya."

"Bagus bagaimana? Apa maksudmu kau menyukai tuan itu? Tampilannya memang gagah sekali. Diam saja ia sangat rupawan. Bagaimana kalau ia tersenyum? Pasti sangat menawan."

"Ingat, kau sudah menetapkan hati pada Tuan Cleon. Jangan sampai persahabatannya rusak."

"Tidak. Aku malah tak mau persahabatanku denganmu yang rusak. Hehe...."

"Kau ini...."