Adoria sibuk menyiapkan api unggun untuk acar bakar membakar ikan yang sudah ditangkap Deana. Ia kini telah selesai menata ranting kering itu sedemikian rupa dan sedang beralih menyalakan api. Awalnya sulit tapi setelah diberitahu Deana bagaimana cara agar lebih mudah, ia akhirnya bisa menyalakan dengan cepat. Namun di awal ia tetap harus bersabar menunggu api itu menyala cukup besar karena mereka membutuhkan api yang besar agar ikan mereka cepat matang.
Sesekali ia terlihat menepuk pipinya yang memerah. Pikirannya juga terkadang melayang pada kejadian satu jam yang lalu saat Chris benar-benar melucuti pakaiannya sendiri di hadapannya dan Deana. Berkat tantangan yang diberikan Deana, Chris jadi nekat dan benar-benar membuktikan kalau dirinya tak pantas dicurigai. Untung saja Chris hanya sempat membuka atasannya. Kalau sampai bawahnya dibuka juga, mungkin Adoria sudah pingsan.
"Kau memikirkan apa, Adoria?" tanya Chris yang tiba-tiba muncul dari balik pepohonan. Ia diberi tugas membersihkan ikan di mata air terdekat oleh Deana. Setelah apa yang dilakukan Deana, Chris masih saja menurut untuk mengikuti segala perintahnya.
Adoria terkejut setengah mati. Ia enggan menoleh karena ia tahu kalau saat ini wajahnya sudah memerah hingga ke telinga dan oleh karena itu ia tak ingin Chris menyadarinya. Itu memalukan.
"Kau tidak sedang berpikir tentang kejadian tadi, 'kan?"
"He- hei!"
Adoria spontan teriak dan berbalik menghadap Chris yang kini sudah tersenyum licik. Ah, rupanya itu adalah sebuah pancingan agar Adoria memandangnya saat sedang berbicara. Chris ini sungguh pandai ternyata.
Deana yang mendengar kegaduhan di luar akhirnya mendekat. Ia membawa beberapa lembar daun yang sudah bersih untuk alas mereka makan nanti. Ia menghampiri Chris dan Adoria yang tampak saling memunggungi itu.
"Adoria kenapa kau teriak?"
Adoria menoleh. Tak disangka Deana akan keluar secepat itu saat mendengarnya berteriak. Ia akhirnya menggeleng dan membisikkan sesuatu ke Deana yang tentu saja sebelumnya ia sudah menjauh dari Chris sebisa mungkin.
"Gara-gara kau aku jadi selalu memikirkan kejadian tadi. Kalau aku tak mencegah Chris membuka bawahannya, dijamin aku pasti saat ini masih pingsan."
"Kau pingsan hanya karena melihat tubuhnya? Bagiku tidak ada yang istimewa."
Adoria menepuk bahu Deana dengan cukup keras. Ia heran mendengar ucapan Deana yang seperti tak memiliki nafsu terhadap lawan jenis. Sontak itu membuatnya memicingkan mata dan balik bertanya pada Deana.
"Kau tidak menyukai sesama jenis kan, Deana?"
"Kau gila? Tentu tidak! Aku hanya belum menemukan yang sesuai denganku."
"Syukurlah. Kupikir kau tidak normal karena reaksimu datar saja saat melihat tubuh bidang milik Chris."
Deana merotasikan bola matanya. Tak heran Adoria bertanya seperti itu. Ia bukannya tak bereaksi saat melihat tubuh Chris. Ia hanya mencoba tenang dan tetap sopan. Karena kalau ia menunjukkan sedikit saja ekspresi, bukan hal mustahil kalau ia akan menyentuh dada bidang milik Chris dan lupa akan tujuan aslinya. Untung saja Adoria menghentikan Chris untuk tidak membuka penutup bawahnya.
"Adoria, apinya sudah cukup besar. Apa Chris sudah selesai menyiapkan ikannya?"
Adoria menoleh dan melihat Chris sedang menusuk ikan itu dengan batang kayu yang sudah ia runcingkan sendiri. Lantas ia menunjuk ke arah di mana Chris berada dan membiarkan Deana untuk melihat dan bertanya langsung pada Chris.
"Baiklah. Aku akan ke sana dan melihat sendiri. Kau kalau sudah selesai, istirahatlah sebentar di pekarangan depan rumah."
Adoria mengangguk dan memilih duduk bersandar di pekarangan depan rumah Deana. Ia memperhatikan Deana yang mendekati Chris dengan perlahan. Ia tak melihat reaksi apa-apa saat mereka berdua bertemu pandang. Hanya Chris seorang yang tampaknya menyambut kehadiran yang lain dengan ramah.
Chris menyadari saat Deana berjalan mendekat dan ia mencoba mengajaknya berbicara. Kira-kira apa topik yang bagus untuk mengobrol dengan Deana?
"Oh, Deana. Ikannya sudah bersih dan sudah kutusuk semua."
"Ikan untuk Koa mana, Chris? Kau menusuknya juga?"
"Oh! Aku lupa. Baiklah akan kubuka lagi. Apa Koa memakan ikan mentah?"
Deana mendecih. Ia tak habis pikir kalau Chris tak tahu akan hal ini. Memangnya kucing bisa memasak makanannya sendiri di alam liar?
"Kucing bukan manusia, Chris. Mereka akan langsung memakannya habis tanpa peduli itu di masak atau tidak."
"Kau benar. Baiklah sudah kubuka. Kau bisa memanggil Koa untuk makan."
"Sebelumnya maaf sudah mencurigaimu secara berlebih. Kau bisa bergabung dengan Adoria di sana. Biar aku saja yang membakar."
"Tidak. Aku akan membantumu, Deana. Kasihan kalau gadis secantik kau kepanasan di sini sendiri."
"Aku sudah biasa, tapi adoria tidak. Maka dari itu, lebih baik kau menemaninya saja."
"Kau yakin?"
"Sangat yakin."
Pada akhirnya Chris mengalah dan berjalan ke arah Adoria. Deana tak ingin goyah akan apa pun. Maka itu ia menyuruh Chris menemani Adoria. Selain Adoria memang tidak terbiasa sendiri, ia juga tak ingin ditemani oleh siapa pun. Ia ingin mengerjakan semuanya dengan tenang.
"Kenapa kau ke sini, Chris?"
"Ini karena temanmu terlalu baik. Deana menyuruhku istirahat dan ia yang membakar ikannya."
"Dasar Deana. Ia memang terbiasa melakukan segalanya sendiri. Jadi, biarkan saja. Tak usah dipusingkan."
Chris menelaah. Ia menyimpulkan kalau Deana orang yang sulit menerima kehadiran orang baru di sisinya dan lebih menyukai ketenangan. Terlihat dari ekspresi wajahnya. Ia terlihat menikmati kesendirian itu padahal hawa panas pasti terasa membakar kulitnya. Meski begitu, di sana ada Koa yang sedang memakan ikan jatahnya dan sesekali mengeong menatap Deana. Interaksi kecil itu menenangkan suasana di sekitar Deana.
"Hei, Koa! Apa menurutmu Chris adalah orang yang dikhawatirkan nenek? Atau dia memang hanya orang asing yang tak sengaja berjumpa denganku?"
Koa menoleh namun tak bereaksi apa apa selain mengeong. Wajar, kucing tak bisa berbicara dan Deana malah mengajaknya berbincang. Ia sudah gila apabila mendengar Koa menyahuti pertanyaannya.
"Haha, lupakan, Koa. Habiskan saja makan malammu. Kau dapat dua."
Deana memberikan lagi satu ekor kecil untuk sesi kedua Koa. Ia memang mendapat ikan kecil dua ekor untuk Koa. Kasihan Koa karena sedari kemarin ia belum makan ikan kesukaannya. Jadi, hari ini Deana memberikan dua dan itu lebih dari cukup untuk membuat Koa bermalasan setelahnya.
"Mungkin Chris bukan orangnya karena ia terlihat jujur dan tak menyembunyikan sesuatu. Mungkin ada yang lain yang masih menunggu saat yang tepat agar aku lengah dan dia bisa masuk dengan mudah. Benar, aku harus tetap berjaga akan adanya keadaan seperti itu."
Deana berpikir keras sekali. Ia pastinya akan menunggu siapakah orang yang sebenarnya dimaksud oleh Watcher saat itu. Satu hal yang kini ia yakini adalah Chris bukan orang yang diutus untuk menjemputnya.