webnovel

Bab 7 : Pilihan

Sepasang dua insan sedang asik bercanda dan bercanda ria itu rupanya adalah Rega dan Angel. Mencoba untuk tenang, namun Aini tidak bisa. Jujur ia kesal karena Rega lebih mementingkan gadis itu ketimbang dirinya sendiri. Walau mereka hanya sahabat, setidaknya Aini juga harus diperdulikan oleh Rega.

"Aini?" seseorang kaget akan kehadiran nya, siapa lagi kalau bukan Rega. Mungkin lelaki itu kaget karena tidak menyangka akan kehadiran nya.

Daniel menyenggol lengan Aini, memberi kode padanya, "Tuh Rega panggil."

"Gak penting." Aini lebih memilih meninggalkan kedua insan itu tanpa memperdulikan panggilan Rega yang masih meneriakinya. Mood nya hari ini hancur, justru semakin hancur ketika melihat Rega bersama wanita lain.

"Ai, tunggu please tunggu. Kita harus perbaiki ini semua, gue ga tau kenapa Lo bisa marah dan kesel sama gue. tolong gue Ai, ngomong sama gue apa yang bikin Lo semarah ini." Rega menahan Aini sekuat tenaganya. Pria itu langsung beranjak dari duduknya ketika Aini memilih tidak menghiraukan panggilan darinya.

"Gak ada," hanya itu jawaban yang keluar dari mulut Aini.

"Ai, please."

"Bukan disini tempatnya Ga! Lo ngerti gak sih?! Lagi pula disini banyak orang. Bahkan ada cewe Lo juga noh. Peduliin aja dia, gak usah peduliin gue!" tegas Aini terlihat marah. moodnya untuk makan semakin berkurang. Seharusnya datang kesini ia akan kenyang dan tenang. Tapi ini justru tidak.

"Tapi dia bukan cewe gue Ai!" teriak Rega dengan kencang. Sehingga banyak pasang mata yang memperhatikan keduanya. Tak terkecuali Angel. Gadis itu hanya diam ketika Aini menatap dirinya.

"Apapun itu, gue gak peduli. Niel, ayo cabut." keputusan akhir adalah Aini memilih pergi dari tempat itu untuk menghindari kekacauan nya dengan Rega nantinya. Ia tidak ingin, apalagi ditempat umum.

"Ai, kita harus ngomong."

"Gak usah pura-pura. Kalo gue Dateng Lo baru pura-pura sok peduli. Coba kalo gue gak Dateng, Lo pasti asik aja sama tuh cewek. iya kan? dari pada ganggu mending gue pulang." ujar Aini.

"Gak Ai, Lo bukan pengganggu. Niatnya tadi gue pengen samper Lo. Tapi Angel ngajak gue main, dan itu bikin gue gak tega untuk nolaknya." ucapnya jujur. jelas ucapannya itu terdengar jelas oleh Angel yang berada di dibelakang.

"Iya Lo gak tega nolak dia, tapi Lo tega sama gue kan?" ucapan itu langsung membuat Rega terdiam sekejap. Walau benar, ia masih mengelak karena ini juga demi kebaikan dirinya.

"Ai, please kita harus bicara. Nanti ya setelah pulang dari sini gue bakal kerumah Lo. Tapi tolong jangan pura-pura gak denger."

Aini tak menjawab. Ia justru mengajak temannya tadi untuk pergi saja dari sini dan menjauh dari Rega. Karena kondisi hatinya kini benar-benar sedang tidak baik-baik saja. Masalah lama belum selesai kini justru nambah masalah baru.

Tak ada alasan lagi untuk Rega menahan Aini untuk tetap bersamanya sekarang. Karena posisinya sekarang juga ada Angel. Bagaimana pun juga ia harus menghargai perasaan Angel sekarang.

"Rega, sorry" lidah Angel terasa keluh, ia benar benar merasa bersalah atas apa yang menimpa Rega sekarang. Ditambah lagi ia seperti membuat hubungan keduanya hancur.

"Gak papa, Ngel. ini bukan salah Lo, jadi stop ngomong kaya gitu."

"Yaudah kalo gitu aku pulang aja ya, kamu langsung samperin Aini aja. Biar semuanya cepat selesai. Aku merasa bersalah banget soalnya."

Rega tahu Angel ini tipe cewe yang selalu memikirkan perasaan orang lain, sementara Aini? dia tidak pernah memikirkan perasaan Angel atau bahkan dirinya. Dia merasa bahwa dialah yang paling benar.

"Gak perlu, kita pulang bareng. Lagi pula masih banyak waktu untuk ketemu sama Aini."

Rega memang benar benar brengsek. ia akui, didepan Aini ia takut kehilangan Aini, tapi didepan Angel ia juga takut kehilangan gadis ini.

"Tapi kesempatan nya gak ada dua kali, Rega."

"Udah ya kita pulang aja. Gak usah dipikirin, ini biar jadi urusan gue aja. Ayo"

******

Utomo tak bisa diam, dia terus memikirkan kemana anaknya, Angel pergi kali ini. Bahkan hampir ingin malam. Biasanya Angel tak pernah seperti ini, ditambah lagi ia juga tak mempunyai teman. Bagaimana jika Angel kenapa-napa?

Sedari tadi Utomo menelfon nya tapi tak kunjung diangkat juga. Hal ini justru menambah kekhawatiran dalam diri Utomo. Karena Angel juga tidak terlalu tahu jalan.

"Makasih ya, Ga. Lain kali kalo emang ada kesibukan ngomong aja gak usah pedulikan aku. Nanti yang ada kamu repot."

Utomo langsung terkejut ketika mendengar suara itu. Ternyata Angel sudah didepan rumah bersama seorang lelaki yang sangat tidak asing. dia adalah Rega.

Lagi-lagi Utomo tak menyangka jika anak gadisnya kini bisa dekat dengan orang lain, ditambah lagi itu seorang lelaki.

"Tenang aja Ngel. Oh iya doain ya supaya Aini maafin gue. Kemungkinan besok gue bakal temuin dia, gue jadi kepikiran kata Lo tadi. kesempatan gak bakal datang dua kali. gue takut banget kalo mungkin nantinya hubungan gue sama Aini gak bisa diperbaiki lagi."

Angel termenung. Ia benar takjub dengan sikap gigih Rega yang sepertinya memang tidak mau kehilangan seorang Aini. Padahal tadi ia bersikap bahwa tanpa Aini ia akan baik-baik saja.

"Yaudah aku masuk dulu ya. Makasih untuk hari ini." Angel melambaikan tangannya pada Rega yang membalasnya dengan senyuman. Entah mengapa Angel merasa sedih.

Ketika masuk rumah, Angel sudah disambut dengan sosok Papanya yang sudah memasang raut wajah tak suka.

"Kemana lagi? kenapa gak izin dulu?" tanya Utomo beruntun pada Angel yang bahkan baru saja masuk rumah.

"Mau coba mandiri, salah?" jawab Angel terdengar nyeleneh, padahal ia hanya ingin Papanya itu mengerti jika ia ingin berubah.

"Mandiri tanpa ngerepotin Papa? Tapi kamu nyadar gak, kamu itu ngerepotin orang lain!" tegas Utomo membuat Angel terdiam bisu.

"Kenapa sih Pah? Rega aja bahkan gak pernah bilang kalo aku itu ngerepotin dia. Bahkan dia sendiri juga yang ngajak aku main bareng, salah aku main bareng dia? aku ngerepotin apanya sih? kenapa sih dalam pikiran papa selalu bilang kalo aku ini ngerepotin. Gimana aku mau berubah kalo dalam otak Papa sifat aku yang paling Papa ingat cuma ngerepotin. ngerepotin. dan ngerepotin. Kenapa Pah?!" Angel seperti mengeluarkan uneg-uneg nya selama ini. Selama ia hidup terkekang bersama Papanya. Ditambah lagi setelah kepergian mamanya, Papanya sangat berubah drastis.

"Udah ya Pah, aku capek banget berdebat terus. Aku mau ke kamar, mau istirahat."

Angel meninggalkan Papanya yang membisu dalam diamnya. Bahkan sama sekali tak ada jawaban atau respon terhadap Angel.