webnovel

Bab 3

hujan.

seharusnya mereka tidak turun malam ini.langit berbintang tergati kan oleh awan yang bergemuruh.ramalan cuaca memang omong kosong.

remaja berjaket itu menghela nafas lesu. biarlah, lagipula hal itu tidak membuatnya tetap diam di dalam sebuah cafe yang ramai itu.iya kemudian melangkah ke meja kasir dan membayar coklat panas yang tadi iya pesan.

walaupun hujan belum deras, jaket yang tidak berfungsi baik untuk melindunginya dari udara dingin dan basah.jam baru menunjukkan pukul 08:04 malam.tapi malam seolah sudah tinggi di akibatkan tidak ada bintang dan sang bulan karena di tutup awan.

suara langkah kaki bersama dengan rintikan hujan yang semakin deras.jalanan basah, hujan sedang membasahi bumi saat ini.dan alasan orang-orang lebih memilih tinggal di rumah bersama keluarganya daripada beraktivitas di luar rumah.yang membuat jalanan yang biasanya ramai itu menjadi sepih. hanya ada beberapa orang-orang yang memakai payung berlalu-lalang dan beberapa orang yang memiliki berteduh dari hujan.

kilat sesekali menyala, memperhatikan petir yang seperti akar pohon yang berwarna kuning terang atau biru terang.di susul dengan suara Guntur yang membuat beberapa orang di dunia ini takut mendengarnya.

hujan turun semakin deras...

namun, remaja tersebut seolah tidak memperdulikannya.kalau di perhatikan dari dekat, orang-orang akan berpikir, bahwa iya adalah seorang gadis dingin dan cuek.dia masih tetap berjalan di bawah langit yang sedang menangis tersebut.mengabaikan pakaiannya yang sudah basah semua.mengabaikan angin dingin yang menyebabkannya dirinya menggigil dan juga seolah tidak peduli, bahwa iya adalah perempuan.sadar atau tidak, bahwa pantang untuk wanita keluar malam.apalagi dengan cuaca saat ini yang sulit untuk di tebak.pakaian merah-hitam, terkesan suram dan misterius.tanduh jaketnya di naikkan, membuat menutupi kepala yang di pakaikan topi yang serasi dengan pakaiannya.sungguh menutupi wajahnya dan ekspresinya benar-benar suram.tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya di pikirkan.

langkah wanita tangguh itupun masih berlanjut, melewati rumah-rumah mewah yang ada di samping kiri-kanan jalan.tidak terasa dia sudah sampai di depan pagar tinggi yang di baliknya terdapat rumah mewah bernuansa Eropa di sana.untuk beberapa saat perempuan itu memandang rumah yang dulunya adalah pembawa kebahagiaan bagi mereka. karena mereka akan berkumpul dengan perasaan senang dan bahagia, sangat berlawanan dengan sekarang. setelah melamun sejenak, remaja itupun memasuki halaman rumah.mulai menekan bell, karena iya lupa membawa kunci cadangan.

tin...tong...tin...tong...

bunyi bel yang di tekan dua kali menggema di dalam rumah itu.remaja itu masih saja menunduk, dengan tundun jaketnya yang sudah di turunkan ke bawah.

"sebentar...."

nada yang terdengar tentang seperti air yang mengalir itu terdengar di telinga remaja tersebut.suara Lanka kaki yang semakin mendekat di balik pintu dan mendengar suara kunci yang di putar.kemudian detik berikutnya pintu di buka dari dalam, memperlihatkan seorang perempuan yang memiliki wajah mirip wanita cantik Jepang. mata sayupnya menatap kakak sepupunya yang sudah pulang.

"kak,kau bermain hujan lagi...? kak halilintar dari mana saja...?"

bukan hanya sifat, tapi gadis pecinta Pikachu itu juga memiliki nama yang sangat identik untuk laki-laki.iya berubah karena semua alasan yang bahkan tidak ada orang yang tahu terkecuali dirinya sendiri dan tuhan yang tahu.

halilintar tidak menjawab,sebab dia merasa tidak merasa harus menjawab pertanyaan yang di lontarkan adik sepupunya itu.dia sangat yakin, adiknya itu pasti sudah tahu, apa yang sudah di lakukannya. pertanyaan yang dia tanyakan hanyalah omong kosong.

halilintar hanya menatap sekilas perempuan yang di depannya, memberikan isyarat untuk menyingkir karena iya ingin lewat dan ingin segera ber'istirahat di kamarnya.menhelah nafas,Laura menurut.dia tidak berkomentar lagi, segera memberikan jalan pada kakak sepupunya itu untuk lewat.kemudian menutup kembali pintu yang tadi iya buka.menatap jendela, menatap rintikan hujan yang membasahi kaca jendela itu sendiri.embun, dingin lagi-lagi mengirimkannya dengan sifat temperamental kakak sepupunya, halilintar.

ya,dia sudah tahu, bagaimanapun juga, dimana ada hujan,di sana akan ada halilintar berada 'selalu menhilan dan datang tampah di duga'.

namun yang membuat dia bertanya-tanya adalah 'apa yang membuat kakaknya bersedia, apa sesuatu yang sama lagi'.

tapi toh sama saja, kakaknya yang keras kepala itu tetap tidak ingin berbicara, apapun alasannya.membujubnya pun percuma,kau hanya akan menghabiskan tenagamu saja.maka Laura memutuskan untuk kembali ke kamarnya.mungkin tidur lebih awal bisa membuatnya lebih berpikir positif.

tatapannya masih melirik sosok yang menaiki tangga dengan Langkah gontai.hai apakah iya mabuk? sadar apa yang baru saja iya pikirkan, Laura menggeleng. ah sialan pikirkannya tidak bisa di ajak untuk berkompromi saja. kemudian kembali melangkah menaiki tangga menuju lantai atas.

iya masih bisa melihat halilintar yang sedang berdiri di depan pintu kamarnya.mungkin sedang membuka kunci kamarnya, karena setiap kali iya pergi pasti kamarnya selalu di kunci.yang sering kali membuatnya berpikir negatif tentang kakak sepupunya.

ingin rasanya iya bertanya, urusan apa yang menyebabkan kakaknya sering kali keluar malam ataupun main hujan.tapi dia sudah bisa menebak apa yang akan kakaknya jawab.sosok manusia yang ber iris coklat madu itu tidak bisa di tebak.ada sebuah tembok yang menghalanginya masuk kedalam dunia halilintar.selalu ada pertanyaan 'mengapa'.