webnovel

Kemelut Cinta Danila

Danila Sukmajaya tidak pernah membayangkan hidupnya yang indah dan penuh kasih sayang, mendadak berubah seperti di neraka. Setelah keputusannya menerima perjodohan dengan Revano, seorang Presdir dari A.K foundation. Pernikahan yang terpaksa dia jalani, demi menyelamatkan perusahan keluarganya dari kebangkrutan. Kebencian Danila pada Revano bukan hanya karena pernikahan paksa saja. Lebih dari itu, semua orang pun tahu penyebab kebangkrutan Sukmajaya Group adalan Revano Aji Kusumo... -- " Danila ! " gertak Revano, "_" Danila tetap bungkam, " ingatlah.. Aku berhak melakukan apapun padamu, kau istriku yang sah. Danila " suaranya tenang penuh penekanan, membuat Danila merinding dalam diam...

Earlyta · 都市
レビュー数が足りません
4 Chs

Cincin Bertabur Berlian

Mereka berjalan berurutan keluar dari Cafe. Danila mengikuti Revano ke tempat parkir, menuju mobil mewah berwarna hitam. Entah apa jenis dan merk nya, Danila tidak begitu paham yang dia tahu ini bukan mobil biasa. Terlihat elegan.

Revano membukakan pintu penumpang sebeleah kemudi, dan mempersilakan Danila masuk. Setelah menutup pintu dia langsung berjalan ke pintu sebelah, mendudukkan diri dengan nyaman di depan kemudi.

Selama setengah perjalanan, Mereka hanya diam, menikmati pikiran masing-masing.

" Danila.. " suara Revano memecah keheningan, membuat pemilik nama menoleh cepat, " yaa ".

" Kamu ingin konsep seperti apa untuk pertunangan kita? "

" haah.. konsep? A-aku tidak tahu.. Bukankah anda mengatakan akan mempersiapkan semuanya.. " Danila terlihat tidak berminat.

Ekspresi Revano menggelap, suasana canggung begitu terasa. Menyadari itu Danila langsung menyahut, " ehm.. maksudnya, saya tidak begitu paham tentang hal tersebut. "

" Pikirkan saja konsep seperti apa yang kamu inginkan, kutunggu keputusanmu nanti malam. " nadanya dingin membuat Danila sedikit takut.

" Baiklah, " Danila memilih langsung mengiyakan, tidak ingin membuat suasana semakin tidak nyaman.

" Oiya.. " jeda sesaat, " jangan terlalu formal , aku merasa seperti di kantor. "

" ehh.. baiklah, "

Kembali hening, Danila dengan pikirannya tentang konsep apa yang dia inginkan. Revano sendiri berkonsentrasi mengemudi. Mereka sampai di depan rumah Danila, tapi yang duduk di kursi penumpang masih diam.

" kita sudah sampai.. " Revano mengulangi kata-katanya, mengagetkan Danila dari lamunan. " eh, ya.. " dia langsung menoleh, menyadari bahwa mereka sudah sampai di depan rumahnya.

Setelah melepaskan sabuk pengaman dan mengucapkan terimakasih, dia hendak membuka pintu ketika ada tangan yang menarik lengannya dan menoleh,

Degg!!, betapa kagetnya melihat wajah yang begitu dekat di hadapannya. Dengan cepat menarik kepalanya yang langsung terantuk kaca, " aduh, " erangnya.

" pfft, " Revano tidak bisa menahan tawa, melihat ekspresi kaget dan malu Danila. Wajah cantiknya langsung memerah sampai ke telinga. Begitu terlihat karena kulitnya yang putih bersih.

' duh, malunya gue.. diketawain pulak, ' batinnya kesal.

" Jangan lupa hubungi aku nanti malam, aku tidak menerima alasan apapun Danila. "

" ehm, Baiklah.. " suaranya sedikit canggung, " kalau begitu terimakasih sudah mengantar sampai rumah, " Danila langsung keluar dan menutup pintu. Kaca mobil diturunkan, terdengar suara dari dalam. " kamu langsung menutup pintu, tanpa menyuruhku mampir? " ada nada kecewa yang dibuat-buat.

" eh.. eh.. " Danila gelagapan.

Membuat Revano tertawa lirih, " aku hanya bercanda Danila.. aku harus segera kembali ke kantor, titip salam untuk calon mertua ku ya.. " goda nya dengan bibir melengkung.

" I-iyaa, nanti saya sampaikan. " angguknya.

" berhentilah bersikap formal Danila.. " tanpa menunggu jawaban dia langsung menginjak gas setelah menutup kaca jendela di seberang.

Danila berjalan memasuki rumah sambil menggerutu panjang, " apa-apaan tuh Om-om.. bikin tengsin gue mulu, udah gitu seenaknya aja buat keputusan. di dikira tunangan nggak ribet apa?! masih juga disuruh nyari konsep pertunangan, aaargh.. udah mau meledak rasanya kepala gue "

mendengar langkah memasuki rumah, Sekar beranjak dari tempat duduknya di ruang keluarga. " Sayang.. kamu sudah pulang nak? " sapanya lembut denga. senyuman hangat.

" iya Ma, barusan sampai. "

Danila berjalan menghampiri Sekar, mencium punggung tangannya. Meloloskan diri di sofa, menghela nafas panjang . " Haaaaah, " seperti sedang menghadapi masalah yang berat.

" Kenapa kamu Sayang, kok cemberut gitu? " Tidak ada jawaban, Sekar memandang Danila yang ternyata sedang melamun. " Kok diem sih, "

" eh.. kenapa Ma? "

Sekar mengelus rambut Danila yang hitam lurus sampai ke bawah pundak. " Kamu tadi bukannya bertemu sama Revano? "

" he'eh " Danila cuma manggut-manggut, malas menanggapi.

" Trus, kenapa kok cemberut gitu? "

" hhh.. gimana nggak bete coba Ma, masak baru ketemu udah langsung ngajak nikah.. dih, " gerutunya dengan wajah semakin cemberut.

" ya kan tujuannya memang mau menikah sama kamu. Kok malah bete? "

" Ma.. harusnya tuh yaa PEDEKATE dulu kek ato ngajak gimana dulu.. masak langsung ngomongin nikah! yaa ogah Danila, "

" kok gitu ngomongnya.. Danila, pdkt atau apalah itu kan buat anak" ABG. Kalian kan sudah jelas tujuannya, lagian Revano juga bukan ABG atau remaja lagi, sayaang.. "

" nah kan, bener .. dia itu om-om yang kebelet kawin " celetuknya, langsung mendapat tatapan tajam dari Sekar. " husst, kamu nggak boleh ngomong begitu.. "

" ... " Danila memutar matanya malas.

" yasudah, kamu mandi sana gih.. trus istirahat, "

" iyaa Ma, Danila masuk kamar dulu yaa.. " pamitnya lalu mencium pipi Sekar.

Sebenarnya dia ingin memberi tahu tentang rencana pertunangan minggu depan, tapi diurungkannya. Dia ingat kalau Revano yang akan memberitahu mereka langsung.

-

Selesai mandi dan berganti pakaian dengan t-shirt dan celana joger. Danila segera membenamkan diri di bantal. Ingin istirahat, ketika setengah tidur dia mendengar ponselnya berbunyi.

Meraih ponselnya di atas nakas samping tempat tidurnya, melihat layar bertuliskan Papa. Danila segera bangkit menerima panggilan telepon, " Haloo Pa.."

D. " Halo sayang, "

P. " kamu sudah pulang? "

D. " Sudah Pa, baru selesai mandi. Mm, ada apa Pa? "

P. " gini.. Tadi Revano menghubungi Papa, dia bilang minggu depan kalian bertunangan.. apa kamu sudah tahu? "

D. " Hmm.. iyaa Pa, tadi kita bahas itu. Bagaimana menurut Papa? "

P. " Ya Papa setuju saja, bukankah semua keputusan ada di kamu Sayang.. "

Mendengar itu semakin membuat Danila tertekan. Menghela nafas berat, merasa terbebani dengan keadaan ini.

D. " Mmm.. Danila mengerti Pa, ada lagi? "

P. " Oya, Revano meminta Papa untuk mengingatkan kamu.. jangan lupa menghubunginya nanti malam. "

D. " Baiklah Pa, Danila ingat kok.. " dia ingat untuk menghubungi Revano, tapi sesaat tadi lupa maksudnya.

P. " Sayang.. "

D. " iyaa Pa, "

P. " Papa bahagia kamu bisa menyikapi ini semua dengan bijak.. terimakasih sudah membuat Papa bangga, " suara Danu bergetar di akhir kalimat, dia menahan air mata yang menyeruak. Hatinya merasa sedikit tak rela melepaskan putri sulungnya yang masih berusia 22 tahun untuk menikah, demi menyelamatkan keluarganya.

D. " Papa tidak perlu berterimakasih, ini sudah jadi kewajiban Danila untuk membuat Papa Mama bahagia. "

Danila getir dengan ucapannya, mudah kalau hanya kata-kata. Tapi terasa sakit seperti ribuan jarum menusuki hatinya.

P. " Papa mengerti, sekarang putri kecil Papa sudah dewasa. sebentar lagi akan menjadi seorang istri. "

Danu mencoba menetralkan suasana, memberi sedikit candaan pada putrinya.

D. " iih, Papa apaan sih.. Udah ah, Danila mau bobok dulu.. bye-bye Papa, love you.. mmuahh.. "

P. " Love you too, sayaang.. "

Lalu panggilan terputus.

-

Danila sudah akan merebahkan badannya, saat ponselnya kembali bergetar. Ada sebuah pesan masuk, dari Revano.

/aku sudah menghubungi Papa. beliau setuju dengan acara pertunangan minggu depan. kamu jangan lupa menentukan konsepnya. love u /

' dih, siapa elu sok-sokan manggil Papa.. pakek love you segala.. iiiih, om-om ganjen ' ,pikirannya bersungut-sungut. Danila langsung kehilangan rasa kantuknya, dengan cepat menyambar laptop. Mencari beberapa ide konsep pertunangan di media sosial, dia tidak mau acara yang mewah. Sederhana saja, yang penting intinya.

Setelah melihat-lihat sekilas, Danila sudah menentukan konsep yang diinginkannya. " sudah beres..nanti malem aja nelponnya, ntar dia kepedean lagi kalo langsung ditelpon sekarang. "

-

Selesai makan malam, Danila langsung masuk ke kamar. Berdiri di balkon kamar, memegang ponselnya menekan nama Revano di layar. Terdengar nada tunggu 3 kali, lalu disambut suara khas barito.

R. " yaa, halo sayaang.. "

mendengar itu Danila hanya memutar mata. menjawab singkat,

D. " Haloo.. "

R. " bagaimana? kamu sudah menentukan konsepnya.. "

D. " Ya.. aku sudah punya konsepnya, "

Revano mendengarkan penjelasan Danila tentang pertunangan yang sederhana, hanya dua keluarga inti yang datang. Tidak perlu menyewa gedung, cukup di rumahnya saja. Nanti bisa didekorasi, selesai menjelaskan Danila bertanya. " Bagaimana menurut kamu? "

R. " Mmm.. aku kurang setuju kalau acaranya di rumah kamu, untuk konsep oke tidak masalah. Dan lagi Danila, tidak mungkin hanya keluarga inti yang datang. Kamu jangan lupa ini pertunangan keluarga Aji Kusumo dan Sukmajaya. Kakek ku tidak akan setuju dengan hal itu.. "

Danila tercengang, apa maksudnya tidak mungkin hanya keluarga inti saja?

" Jadi? "

R. " acaranya akan diadakan di Hotel Culture 21, akan ada paling tidak 300 tamu undangan. Dan beberapa media yang akan meliput acaranya, "

D. " Ha?! " kaget jelas. Pertunangan sederhana hanya akan jadi angan-angannya saja, " 300 undangan? apakah tidak terlalu banyak.. dan kenapa harus ada media yang meliput? "

R. " Sayaang.. kita tidak mungkin melakukan acara sembunyi-sembunyi, aku ingin semua orang tahu tentang hubungan kita.. "

D. " baiklah, aku tidak ingin berdebat lagi.. untuk baju bagaimana? "

R. " Besok pagi kita akan melakukan fitting baju, tentu dengan keluarga kita.. "

D. " apa?! besok pagi? secepat itu? "

R. " hmm.. Iyaa, lebih cepat lebih baik! "

D. " yasudah lah, aku menurut saja.. "

R. " Bagus. Gadis pintar! " bibirnya melengkung sempurna, menunjukkan senyum yang mempesona. Kalau Danila melihatnya, dia pasti akan langsung berlari mendekat dengan sukarela.

Tapi tidak tahu juga! Danila bukan tipe perempuan seperti itu.

D. " baiklah, nanti kamu kirim lewat pesan saja alamatnya. "

R. " tidak! besok aku yang akan menjemputmu.. "

D. " kenapa? aku kan bisa berangkat sama Papa Mama, "

R. " Papa Mama juga akan di jemput sopir keluarga ku.. kamu berangkat denganku, titik. "

Danila menghela nafas panjang. 'Hhhh, orang ini yaaa.. seenaknya aja, pasti karyawannya tertekan kerja sama bos diktator kayak dia'

R. " Danila.. " Revano merasa curiga tidak ada jawaban dari seberang.

D. " hmm.. "

R. " besok pagi jam 9 aku menjemputmu, sekarang istirahatlah. "

D. " baik. "

R. " selamat malam, sayaang "

mendengar panggilan sayang, membuat Danila menjawab dengan malas. " selamat malam tuan Revano, "

tut tut tut

tanpa menunggu jawaban , Danila langsung mematikan sambungan telepon. Menghindari protes dari lawan bicaranya.

Danila segera keluar kamar, menemui Mama, Papa dan adiknya yang sedang asyik mengobrol di ruang keluarga sambil menonton TV.

Melihat itu, membuat hati Danila terasa hangat. Dia bahagia, melihat orang-orang yang disayanginya bahagian. Merasa keputusannya ini sangat tepat. 'Mereka lebih penting dari apapun di dunia ini,' batinnya.

" ngobrolin apaan sih? seru banget.. " Danila menyerobot duduk di antara Sekar dan Danu, sedangkan Nadila di depannya.

" ih, apaan sih kak! dateng-dateng udah nyrobot aja.." gerutu Nadila,

" biarin.. suka-suka Kakak lah,"

" sudah-sudah.. " Sekar melerai keduanya, " sayaang.. tumben kamu keluar lagi, ada apa? "

karena tidak seperti kebiasaannya, Danila selalu mengurung diri di kamar setelah makan malam. Tidak pernah kemana-mana.

" Mm ada yang mau Danila sampai in Ma, Pa.. "

" Hmm.. ada apa sayaang? " sahut Danu,

" Tadi Danila habis ngobrol sama dia.. "

" Dia? dia siapa Kak? " Nadila menyahut,

" ih, kamu dek! nyaut aja.. belum juga kelar kakak ngomong nya.. " jawaban jutek dari Danila di timpali juluran lidah adiknya.

" Terus gimana sayang? " tanya Sekar,

" gini Ma.. besok pagi.. Papa Mama Nadila akan dijemput buat fitting baju pertunangan.. "

" Hah?! pertunangan Kak?! "

" ih kamu.. diem napa, " Danila menimpali nya dengan bantal kursi.

" yeee.. nyolot!? "

" udah dong, kalian ini kenapa kalau ketemu selalu rusuh? " Sekar mengatakannya dengan wajah tersenyum. Melihat mereka seperti ini, meskipun beradu mulut atau bertengkar kecil tapi mereka saling menyayangi.

" Adek nih Ma.. nyahut mulu! "

" weeek " , ejekan Nadila mendapat jeweran kakaknya.. " aduuh duh.. sakit Kak, " Danila tidak serius melakukannya, hanya bercanda. Nadila pun begitu, menggoda kakaknya membuat bahagia.

" Besok pagi? jam berapa sayang? " tanya Danu,

" jam 9 Pa, "

" Kamu juga kan? "

" Enggak Pa.. katanya Danila berangkat sama dia, " jeda sesaat, " padahal Danila udah bilang ke dia kirim aja alamatnya nanti kita berangkat sendiri.. eeh, dia nya bilang enggak bisa.. yaudah, terserah dia aja! " terangnya dengan muka masam.

" lah, kenapa kakak cemberuut? kan enak, tinggal duduk manis nggak usah repot.. hehehee "

" Yasudah lah sayang, kamu sekarang sudah mengerti kan kalau Revano itu tidak bisa dibantah. " terang Danu, " jadi.. kita turuti saja kemauannya, Papa paham dengan dia.. semua keputusannya selalu tepat, tidak pernah meleset.. " lanjutnya.

Semua hanya manggut-manggut mengiyakan, Danila juga tidak mau protes. Percuma berdebat, Papa pasti lebih mengenal Revano.

Setelah itu mereka asyik mengobrol, sampai jam menunjukkan pukul sepuluh malam. Sekar menyuruh anak-anaknya segera tidur, agar besok pagi bangun dengan tubuh yang segar.

-

Sampai di kamar, Danila mengecek ponselnya. Terkejut ada sepuluh panggilan tidak terjawab, satu dari Revano yang langsung di balas dengan pesan singkat

/ada apa?/

tapi tidak juga mendapat balasan. Yang sembilan semua dari Bagas, sahabatnya. Dengan segera Danila menelepon balik, hanya mendengar satu kali nada tunggu panggilan itu langsung mendapat respon. Sepertinya yang ditelepon sudah menunggu panggilannya,

B. " Haloo.. " suaranya bersemangat,

D. " hmm, ada apa nelpon sampek sembilan kali..? "

B. " nggak kenapa-napa, kangen aja sama kamu.. "

D. " eeh.. sejak kapan jadi aku kamu bahasanya? " ledeknya,

B. " sejak sekarang boleh dong.. "

D. " nggak ah, nggak seru.. udah ah, ada paan lu nelpon kayak neror gue? "

B. " besok jalan yuuk..? "

D. " besok? nggak bisa gue, ada acara keluarga.. "

B. " yaah.. " sahutnya kecewa,

D. " lagian dadakan banget ngajaknya.. "

B. " gue baru liat daftar film di bioskop, kayaknya seru-seru.. mangkanya gue langsung nelpon elo, eh.. yang ditelpon ratusan kali nggak diangkat.. kirain udah ngilang di alam mimpi, "

D. " yak elaah.. kirain pa'an, nontonnya kapan-kapan ajah.. gue mau bobok, udah ngantuk.. tadi siang banyak acara, sampek nggak bisa bobok ciang gue.. "

B. " yaudah, bobok sono.. mimpiin gue yah, " kata-kata nya tulus tapi ditanggapi berbeda oleh lawannya,

D. " ogah.. mending gue mimpiin Kapten Ri hahahaa "

B. " huuu.. ngayak mulu lo, "

D. " biarin.. dah yaa, byee.. "

B. " Byee.. "

panggilan terputus.

-

Danila sudah bersiap setelah sarapan, sekarang jam dindingnya menunjukkan angka 8.50 . Danila menunggu di kamar sambil memainkan ponselnya, menggulir informasi di beranda media sosial miliknya.

tok tok tok

" Kak, disuruh turun tuh sama Mama.. Sopir yang jemput udah dateng.. " Nadila mengatakan dengan cepat, dan langsung bergegas turun setelah mendengar jawaban " Hmm " dari kakaknya.

Danila langsung turun, mendapati 3 orang duduk di ruang tamu. Papa Mama nya duduk di satu kursi panjang, seorang lagi duduk di kursi tunggal, Revano. Duduknya tegap, nampak berwibawa dan auranya membuat semua mengerti kalau dia bukan orang biasa.

Tanpa basa-basi mereka bergegas menuju butik yang sudah ditentukan oleh keluarga Aji Kusumo.

Rombongan Danu, Sekar dan Nadila berangkat lebih dulu bersama sopir dari keluarga Aji Kusumo.

Danila dan Revano mengikuti di belakang mereka. Dalam perjalanan Revano menjelaskan jadwal mereka hari ini.

" Setelah fitting baju, kita akan makan siang bersama.. lalu kita berdua akan pergi ke Grand Mall Kusumo.. " terangnya,

yang ditanggapi kekagetan oleh Danila.

" Hah?! ngapain ke Mall?? "

" Danila.. kita perlu memesan cincin untuk pertunangan kita, dan lagi..aku tidak tau ukuran jarimu.. "

" ooh, kirain mau ngajak shopping.. " jawabnya manggut-manggut.

" sekalian shopping juga oke, " tandasnya tanpa menoleh.

Danila hanya diam, dia tidak seperti perempuan pada umumnya. Yang hobi shopping, membeli barang-barang mewah yang branded. Danila lebih suka menghabiskan waktu luangnya mempelajari hal-hal yang lebih penting, untuk mempersiapkan diri sebagai penerus keluarga Sukmajaya. Itu sebelumnya, kalau sekarang...entahlah, dia lebih santai.

-

Fitting baju lancar, Revano memakai setelan jas warna navy yang terlihat semakin memukau. Sedangkan Danila memakai slim dress bernuansa dusty, memberi kesan lemah lembut dan semakin membuatnya mempesona.

Untuk keluarga Aji Kusumo menggunakan dress code navy untuk laki-laki dan biru langit untuk perempuan. Lalu keluarga Sukmajaya menggunakan dress code nude untuk laki-laki dan pink untuk perempuan.

Konsep yang dirancang langsung oleh Danila sudah disetujui keluarga Aji Kusumo, WO yang ditunjuk juga langsung mengerjakan semua permintaan kliennya. Termasuk undangan untuk para tamu berjumlah 300.

-

Mereka melanjutkan makan siang di restoran hotel Culture 21, dilanjutkan obrolan santai kedua keluarga. Menunjukkan pukul 2 siang, mereka melanjutkan untuk melihat tempat pertunangan akan dilangsungkan.

Tapi Revano menyela, meminta izin untuk mengajak Danila pergi.

" maaf sebelumnya, saya dan Danila tidak bisa ikut.. "

" kalian mau kemana? " tanya wanita yang tadi dikenalkan sebagai ibu Revano, Maharani Aji Kusumo. Meskipun usianya sudah menginjak angka 50 tahun, tapi wajahnya seperti masih berusia 30 an tahun. Daripada dibilang ibu, malah lebih cocok menjadi Kakak bagi Revano.

" Kita mau pesan cincin, Ma.." jawab Revano singkat, Danila hanya mengekor di belakangnya. Ekspresinya dibuat tenang, meskipun dia sangat gugup tentunya.

" Ooh, baiklah.. kamu sangat cepat rupanya, "

" bukan begitu, Ma.. besok pagi Vano sudah harus terbang ke London, baru kembali hari kamis.. kalau enggak hari ini, kapan lagi? "

" Yaa.. yaa.. Mama mengerti, pergilah.. hati-hati saat berkendara.. lagian, kenapa kamu nggak nyutuh Pak Agus untuk mengantar.. "

ada nada khawatir dalam kalimat Maharani. Dia sangat menyayangi putranya, meskipun Revano bukan anak satu-satunya. Bagi Maharani, dia sangat berharga.

Danila berpamitan, membungkuk sopan kepada semua orang dan berjalan menyalami kedua orang tua Revano. Mencium punggung tangan mereka, Maharani memberi kecupan di dahinya.

Berteriak sedikit keras saat mereka berjalan keluar ruangan, " Hati-hati ".

-

Dalam perjalanan, Danila terus mengingat perkenalan singkatnya dengan keluarga Aji Kusumo.

Ada Mama Maharani, ibunda Revano. Dady William, ayahnya. Sayangnya sang Kakek, Aji Kusumo pendiri perusahaan A.K Foundation tidak dapat hadir. Karena masih berada di Singapura, untuk kegiatan amal. Dan adiknya Valerina, berada di London melanjutkan study Pascasarjana.

Mereka akan datang nanti saat acara berlangsung. Meskipun tidak dapat hadir, Danila sempat bertatap muka lewat sambungan video call yang dilakukan Revano.

Kakek nya masih terlihat gagah, meskipun usianya sudah hampir 80 tahun.

Valerina, sang adik. Sangat cantik, wajahnya seperti familiar bagi Danila. Tapi entah di mana pernah bertemu, dia juga ramah. Mengatakan sangat bahagia mendengar kakaknya akan menikah. Mengucapkan selamat, dan menanyakan hadiah apa yang diinginkan Danila.

D, " ah, tidak perlu repot.. "

V, " aku tidak merasa repot, Kak.. "

Danila merasa canggung dipanggil kakak oleh orang yang berusia lebih tua 3 tahun darinya.

D, " jangan panggil aku Kakak.. okee? "

Yang langsung mendapat tatapan heran dari Valeri, dan picingan mata dari Revano.

R, " Kenapa tidak boleh? kamu sebentar lagi jadi kakaknya.."

V, " betul, jadi wajar kalau aku panggil Kakak.. jangan sungkan yaa.. "

Lamunannya dibuyarkan panggilan dari suara di sampingnya, " Danila.. "

" eh, yaa.. " jawabnya singkat kaget,

" kamu kenapa? "

" enggak kenapa-napa kok.. "

" enggak kenapa-napa tapi mukamu serius banget, "

merasa tidak bisa menghindar, Danila menjawab enteng. " Hanya mengingat percakapan tadi, "

" yang mana? "

" Dengan adikmu, "

" ooh, emangnya kenapa dengan adikku? "

" aku merasa familiar dengan wajahnya, tapi entah pernah bertemu di mana.. " katanya sambil mengangkat bahu,

" yaa jelas saja, dia sering tampil di acara televisi.. lebih tepatnya sebagai pemandu acara, "

" haaa?! dia host? "

" begitulah " , sahutnya singkat dengan menggedikkan bahu.

Saat Danila ingin kembali bertanya, mereka sudah sampai di depan Grand Mall Kusumo. Tanpa menunggu lama, Revano langsung turun membukakan pintu untuk Danila. Setelah menyerahkan kunci mobil ke seorang security, dia mengajak Danila masuk.

Melewati outlet-outlet pakaian ber merk, dan berhenti di depan outlet perhiasan bertuliskan Grand Jewelry and Diamond. Danila berhenti sesaat, merasa enggan karena dia tidak terbiasa memasuki toko perhiasan.

" kenapa berhenti.. ayo masuk Danila, " ajak Revano.

Danila tidak menjawab hanya melangkahkan kakinya masuk mengikuti Revano.

Dia sedang melihat-lihat sekeliling, merasa jengah dengan pemandangan begitu banyak kilauan permata. Saat Revano mengatakan kepada pelayan toko, untuk mengambilkan cincin dengan berlian besar di tengah dan di kelilingi beberapa berlian kecil di separo lingkarannya.

Revano memanggilnya lagi, " Sayang, kemarilah.. "

Danila hanya diam, mencoba terbiasa dengan panggilan itu. Segera berjalan mendekat. Begitu kaget, melihat Cincin dengan banyak permata.

" Cobalah.. " katanya sambil menyodorkan cincin tersebut pada Danila,

" jangan yang ini.." tolaknya,

" kenapa? "

" ini terlalu banyak permata.. "

pelayan toko menyahuti, " maaf nona, ini berlian.. bukan permata.. " jelasnya,

' hmm, baiklah.. mau apapun gue nggak suka, terlalu berkilau ' batinnya..

" Danila, aku mau yang ini.. terlihat sesuai dengan kamu, "

" Benar nona, cincin ini akan semakin indah berada di jari anda.. " pelayan toko mencoba meyakinkannya,

" baiklah.. " Danila memilih menurut saja, dia sekarang sudah tahu bahwa Presdir A.K Foundation tidak bisa di debat.

Danila mencoba beberapa Cincin sejenis, dan menemukan satu yang pas di jari manis kirinya.

Cincin yang sangat indah, bertabur berlian.

maafkan typo yang berserakan.

author minta maaf, karena bab kali ini sangat panjang.

tidak tega untuk memangkas nya.

terimakasih :)

Earlytacreators' thoughts