"Lihat aku dek, jangan seperti ini.Aku sudah jujur padamu, hanya kamu yang aku cintai tidak ada yang lain. Kamu harus percaya padaku dek." ucap Barata dengan suara pelan di telinga Kinasih.
Kinasih masih berdiam diri, dengan kedua matanya terpejam dan berpura-pura tidur.
Barata mengambil nafas panjang, setelah tahu Kinasih tidak mau menjawab pertanyaannya.
Dengan hati yang tidak nyaman, Barata turun dari tempat tidurnya dan keluar dari kamar berniat mengambil air putih di dapur.
Sambil meneguk air putih, Barata memikirkan apa yang di pikirkan Kinasih tentang dirinya.
Pikiran Barata seketika lenyap saat merasakan sebuah pelukan yang berada di pinggangnya.
"Dek Asih." gumam Barata dengan hati lega seraya memutar tubuhnya untuk melihat wajah Kinasih.
"Arimbi? apa yang kamu lakukan di sini! dan berani-beraninya kamu memelukku! bagaimana kalau Kinasih tahu?" ucap Barata dengan marah dan menepis kasar tangan Arimbi dari pinggangnya.
"Kinasih tidak tahan tidur malam, dia selalu tidur sore jadi kamu jangan takut ketahuan." ucap Arimbi kembali berusaha memeluk Barata.
"Jauhkan tanganmu dari tubuhku Arimbi! cukup kamu membuat masalah bagiku! Kinasih mencurigaiku gara-gara kamu menggigit leherku." ucap Barata dengan nada marah.
"Kamu kenapa marah Saga? bukannya kamu juga suka dan merasakan nikmatnya gigitanku?" Ucap Arimbi seraya meraba leher Barata.
"Pergilah Arimbi, jangan membuatku mendapat masalah lagi." ucap Barata dengan suara dingin.
"Sudah aku bilang, aku tidak akan pergi! karena sudah perjanjian kita kalau kita tetaplah sebagai sepasang kekasih." ucap Arimbi dengan suara mendesah di telinga Barata.
"Baiklah, terserah kamu masih ingin di sini atau tidak! aku akan pergi!" ucap Barata beranjak dari tempatnya dan meninggalkan Arimbi yang berkali-kali memanggil namanya.
"Sialan! Saga benar-benar mengacuhkannku! aku tidak bisa membiarkan hal ini terjadi. Aku harus bisa menyingkirkan Kinasih dari hidup Saga!" ucap Arimbi dengan hati yang penuh kebencian pada Kinasih.
***
"Asih, kenapa kamu berpakaian rapi pagi ini? bukannya kamu sudah berjanji pada suamimu kalau kamu tidak akan bekerja dan akan di rumah saja?" tanya Arimbi saat sarapan pagi di meja makan bersama Kinasih dan Barata.
"Untuk sementara aku tetap bekerja Bu. Aku akan mendampingi mas Bara untuk beberapa bulan agar mas Bara bisa menguasai lebih dulu masalah-masalah yang ada di dalam perusahaan. Apalagi sekarang Arya masih belum bisa bekerja karena kecelakaan." ucap Kinasih dengan tenang. Entah kenapa Kinasih ingin Barata merasakan cemburu seperti yang dia rasakan semalam.
"Memang kamu tahu darimana dek? Arya mengalami kecelakaan? apa Arya memberitahumu?" tanya Barata dengan mengkerutkan keningnya.
"Aku yang menghubunginya kemarin saat Arya tidak datang dalam pernikahan kita." ucap Kinasih dengan suara pelan.
"Bukannya dengan jelas aku sudah bilang jangan pernah menghubungi Arya dek?" ucap Barata dengan nada dingin.
"Dia kan sahabatku mas, mana bisa aku tidak perduli padanya." ucap Kinasih sengaja membantah ucapan Barata.
"Dek Asih, kalau Arya yang menghubungimu aku tidak apa-apa, tapi kenapa kamu yang malah menghubunginya? aku kecewa padamu dek." ucap Barata dengan wajah kecewa.
"Aku juga kecewa padamu mas, di saat aku menunggumu pulang, kamu pulang larut malam dengan banyak tanda ciuman di leher dan bau parfum seorang wanita." ucap Kinasih dengan tatapan matanya yang sudah berkaca-kaca seraya beranjak dari tempatnya dan pergi keluar rumah.
"Dek Asihhhh, dek Asihhhh!" panggil Barata dengan suara keras tapi panggilan itu tak di dengarkan oleh Kinasih yang sudah terlanjur sakit hati.
"Sudah Saga..biarkan saja Asih pergi, nanti juga amarahnya reda." ucap Arimbi mengusap punggung Barata dengan sebuah senyuman.
"Aku harus menyusulnya, aku tidak ingin ada pertengkaran dengan Kinasih. Usahaku sudah hampir seratus persen aku tidak ingin hancur hanya karena masalah ini." ucap Barata beranjak dari tempatnya untuk mengambil kunci di kamarnya.
Arimbi mengikuti Barata yang masuk kamar. Saat Arimbi sudah di dalam kamar, dengan cepat Arimbi mengunci kamar dan anak kuncinya di masukkan ke dalam bra-nya.
"Arimbi! apa yang kamu lakukan? aku harus mengejar Kinasih." ucap Barata dengan tatapan kesal pada Arimbi yang semakin nekat.
"Kinasih tidak akan kemana-mana, paling dia berangkat kerja. Kamu bisa menyusulnya nanti." ucap Arimbi mendekati Barata sambil menarik dasi kerja Barata agar bisa dekat padanya.
Dengan kasar Barata mengangkat dagu Arimbi dengan tekanan tangannya yang cukup keras.
"Kamu jangan membangunkan kemarahanku Arimbi!" ucap Barata mengambil paksa kunci yang ada di dalam Bra-nya Arimbi dan menghempaskan tubuh Arimbi ke ranjang dengan kasar.
Tanpa memperdulikan Arimbi yang kesakitan Barata bergegas ke pintu dan membuka pintu yang sudah terkunci.
"Saga! jika kamu pergi! jangan salahkan aku kalau aku memberitahu Kinasih kalau kita berselingkuh!" teriak Arimbi dengan nada mengancam.
Barata menghentikan gerakannya dan berbalik menghadap Arimbi, kemudian mendekati Arimbi dan mencekik leher Arimbi dengan kencang.
"Kamu menghabiskan kesabaranku Arimbi! katakan saja pada Kinasih aku tidak takut!" ucap Barata dengan penuh tekanan.
"Oh ya? benar kamu tidak takut? kalau aku memberitahu Kinasih, Kinasih tetaplah anakku. Tapi kalau kamu, mungkin Kinasih minta cerai dan kamu tidak akan mendapatkan apa-apa." ucap Arimbi yang selalu mengalahkan Barata dengan kekalahan telak.
"Wanita iblis kamu Arimbi." desis Barata dengan suara pelan karena sudah tidak bisa berbuat apa-apa selain menuruti keinginan Arimbi yang hiperseks.
"Kamu raja Iblis Saga!" ucap Arimbi menarik dasi Barata dan menariknya ke dalam pelukannya.
"Lama-lama aku bisa membunuhmu Arimbi!" ucap Barata menjatuhkan tubuhnya dalam pelukan Arimbi yang sudah bergerak cepat melepas seluruh pakaiannya.
"Aku rela kamu membunuhku Saga, asal kita mati bersama." bisik Arimbi di telinga Barata.
"Cepat lakukan Arimbi, aku harus menemui Kinasih, aku tidak ingin kehilangan Kinasih hanya karena hal ini." ucap Barata kembali memejamkan matanya membiarkan Arimbi melepaskan nafsunya dengan menyusuri setiap inci tubuhnya.
***
"Ay, kamu ke sini? apa kamu sudah tidak bekerja?" tanya Arya terkejut dengan kedatangan Kinasih dengan kedua matanya yang sembab.
"Aku sudah memutuskan untuk tetap bekerja sementara saja sampai mas Barata bisa menguasai medan pemasaran." jawab Kinasih sambil memperhatikan Arya yang sedang duduk di pinggir ranjang sambil menggapai kursi rodanya.
"Kalau begitu kenapa kamu di sini?" tanya Arya berusaha menapakkan kakinya ke lantai. Karena kedua kakinya masih lemah Arya hampir terjatuh ke lantai jika saja tidak ada Kinasih yang menopangnya dan memeluknya.
Hati Arya berdebar-debar saat Kinasih masih memeluknya dalam pelukannya.
"Ay, jangan bengong..bantu aku duduk di kursi roda." ucap Arya membuyarkan keterpakuannya Kinasih.
"Ehh,..ya..ya! maaf..aku tidak percaya dengan apa yang aku lihat ini." jawab Kinasih yang ingin menangis melihat keadaan Arya yang harus duduk di kursi roda.