webnovel

KEMBALI PADAMU

Kisah hidup Raya menjalani kehidupan yang penuh liku dan panjang, menjalani hidup yang tak terduga, ditinggal papanya yang selingkuh dari mamanya, dan mempunyai anak yang ga tau siapa ayahnya...

Yanti_Wina · 都市
レビュー数が足りません
150 Chs

Memulai aktivitas

Cuti kuliah sudah habis, Ara dan Natan memulai aktivitasnya kembali, tentu Natan lebih dibuka dari Ara karena harus mengurus 3 perusahaan sekaligus sedang Ara mulai mengelola butiknya, sebagai hadiah pernikahan, Natan membuatkan tempat untuk mengembangkan inspirasi Ara dengan membangun sebuah butik.

Pagi itu Ara mempersiapkan sarapan, lalu membantu Natan mengancingkan kemejanya dan memasangkan dasi, setelah itu mereka makan bersama.

"Kuliahmu hari ini sampai jam berapa Ra?" Natan bertanya di sela- sela waktu makannya,

"Sampai jam 1, Kamu mau aku melakukan apa setelah kuliahku selesai."

"Kekantor yah! banyak sekali pekerjaanku sepertinya tak sempat pulang." Ara mengangguk lalu berdiri dan mengalungkan tangannya memeluk Natan dari belakang, Natan tersenyum bahagia mendapatkan perlakuan yang lembut dari Ara, Ara selalu membuatnya merasa baik- baik saja,

Ara berangkat di antar sopir, karena Natan tidak sempat mengantarnya, Ara di sambut hangat oleh keempat sahabatnya.

"Apa kabar Ra? kami kangen sekali." Mika dan Ayu berhambur memeluk Ara tak terkecuali Frey dan Daniel.

"Eith.... jaga jarak, memelukku tidak di sarankan." Frey dan Daniel mengurungkan niatnya untuk memeluk Ara,

"Gimana bulan madu dan malam pertamanya?" goda Mika. Wajah Ara langsung bersemu merah mengingat kejadian yang Ara dan Natan lalui, perlahan- lahan senyumnya mengembang,

"Semuanya sangat indah," tentu sangat indah mengingat mereka melakukannya dan menikah karena saling mencintai.

Semua sahabatnya mengerti dan tersenyum ikut merasakan kebahagiaan Ara.

tap...tap... tap... suara langkah kaki terdengar dan munculah seorang pria tinggi besar dan sangat tampan, berjalan di depan meja mahasiswa lalu, duduk di depan meja Dosen.

"Selamat pagi semua.... perkenalkan saya Anggara pengganti Pak Yosef, beliau pindah ke LE jadi saya menggantikannya." suara riuh terdengar di seluruh ruangan, melihat ketampanan Pak Anggara semua orang tidak bisa mengabaikannya,

"Sudah- sudah... mari kita lanjutkan ke materi, saya sudah membuat kelompok untuk tugas praktek, tugasnya adalah membuat minimal 2 set baju pesta, kalau ada yang mau di tanyakan silahkan." Dari belakang Mika mengangkat tangan, Pak Anggara mengangguk, namun beberapa saat pandangan terkunci pada sosok wanita anggun, cantik berpakaian sederhana tapi sangat terlihat sexy, siapa lagi kalau bukan Arabelle.

" Ya silahkan bertanya."

"Saya mau tanya Pak, umur bapak berapa?" suara riuh terdengar lagi,

"Kalau mau tau umur saya nanti secara pribadi."

"Uhuk... uhuk... uhuk..." Mika tersendak ludahnya sendiri, sedang Ara hanya melirik Mika dan tersenyum karena merasa lucu.

setelah itu Pak Anggara membagi kelompok, semua tidak ada yang protes.

"Silahkan mulai berdiskusi!" semua Mahasiswa dan mahasiswi berkumpul berdasarkan kelompoknya masing- masing.

semua mulai menarikan tangannya di atas kertas putih untuk memulai menggambar gaun indah.

Mata kuliah selesai ... Ara dan teman- temannya keluar menuju kantin kampus, Ara memesan jeruk hangat dan siomay dan mulai memakannya, sebenarnya kepalanya agak sedikit pusing namun Ara menahannya, sakit kepalanya mulai kambuh lagi beberapa hari ini.

"Ra muka kamu pucat," Mika dan Ayu, terlihat khawatir,

"Kepalaku akhir- akhir ini sering sakit lagi." Ara mengambil obat di dalam tasnya dan meminumnya.

"Natan tau?" Ayu sedikit menyelidik, Ara menggeleng,

"Cuma sebentar kok sakitnya, setelah minum obat nanti hilang sendiri." Ara menyandarkan tubuhnya kedinding sambil memejamkan matanya. Setelah beberapa waktu, Ara membuka matanya karena rasa sakitnya sedikit demi sedikit menghilang.

"Udah baikan?" Mika dan Ayu cemas, dan mulai tersenyum saat melihat Ara menganggukan kepalanya.

Setelah membayar, Ara, mika dan Ayu kembali masuk ke kelas dan melanjutkan belajarnya.

Mata kuliah selesai semua berhanbur keluar ruangan, termasuk Ara, Ara berjalan pelan menuju parkiran,

"Mba Ara pucat," Ara hanya tersenyum dan masuk kedalam mobil, mengabaikan pertanyaan sopir Natan.

"Ke kantor Natan ya Pak." suaranya pelan lalu memejamkan matanya,

"Baik mba." Mobil di kemudikan menuju kantor Natan, jalannya gontai di depan pintu ruangan, Ara mengetuk pintu,

"Tok...tok...tok..."

"Masuk." Suara berat dari dalam terdengar, Ara masuk, di sofa ada 2 orang perempuan dan Natan bersama Salsa. melihat Ara yang datang, sikap Natan melembut berdiri dan memeluk Ara,

"Sayang wajahmu pucat." Natan menoleh ke arah tamunya.

"Mohon tunggu sebentar," mereka mengangguk walaupun sebenarnya tidak senang dan merasa iri melihat Ara.

Natan menggandeng Ara keruang peristirahatan, dan membaringkannya di tempat tidur.

"Sakit kepalamu kumat sayang?" Natan terlihat cemas sekali, Ara cuma mengangguk lemah dan memejamkan matanya.

"Aku sudah minum obat." suara Ara lembut meyakinkan,

"Baiklah istirahat dulu, aku selesaikan pekerjaanku dulu." Ara mengangguk, Natan mengecup sekilas bibir Ara.

Natan kembali duduk di samping Salsa dan melanjutkan presentasi untuk pembangunan Mall yang tamunya inginkan, setelah klien puas mereka sepakat.

"Senang bekerja sama dengan anda Pak Natan, pemimpin perusahaan termuda dan cerdas yang baru pertama saya temui," Natan cuma tersenyum dan mereka saling berjabat tangan.

Setelah mereka keluar, Natan menarik nafas panjang,

"Sa, apa aku mesti menentukan standar baju untuk masuk di kantorku ya? makin kesini seakan mereka ingin telanjang di hadapanku."Natan memijat keningnya. Salsa menutup mulutnya menahan untuk tidak tertawa, jelas saja mereka berlomba- lomba berpakaian se sexy mungkin tentu saja agar terlihat menarik di mata Natan, yang sayangnya matanya sudah tersegel dengan Ara.

"Kenapa kamu senyum- senyum sendiri?" Natan melirik Salsa penuh selidik,

"Tidak ada apa- apa Pak, Saya pamit." Salsa tidak mau memperpanjang urusannya dengan Natan dan berlalu dari hadapannya.

Natan bangkit dan masuk ke dalam ruang istirahatnya, Natan melepas jasnya lalu, naik ketempat tidur dan memeluk Ara, mencium aroma tubuh Ara membuat otot- otot tegangnya menjadi rileks kecuali yang di dalam celananya merasa terusik, Natan memejamkan matanya dan terlelap.

Satu jam kemudian Ara terbangun menatap wajah lelah Natan hatinya sakit, Ara bangun dengan pelan- pelan dan memesan beberapa makanan, setelah itu Ara masuk kamar mandi membersihkan dirinya, Ara mengganti pakaiannya memakai dress putih di atas lutut

dengan beberapa pita kecil di sebelah bahunya.

"Tok... tok... tok... suara pintu ruangan Natan di ketuk." Ara perlahan keluar dari tempat istirahat dan mempersilahkan masuk, muncul seorang wanita seumuran dengan Ara dengan seorang pria,

"Permisi, bisa bertemu Natan." Ara memandang wanita itu lalu tersenyum,

"Natan sedang istirahat, 30 menit lagi dia baru bangun, kalau mau menunggu, silahkan."

Wanita itu menaikkan alisnya satu, ingin bertanya tapi ragu akhirnya hanya mengangguk dan duduk di sofa.

"Sa, tolong bawakan minum untuk tamu!" Ara memerintahkan Salsa lewat Intercom.

Tak lama Salsa masuk dan memberi hormat pada Ara, lalu meletakan minuman di meja,

"Ibu mau minum apa? biar saya ambilkan."

"Tidak usah." Salsa mengangguk dan keluar kembali dari ruangan Natan.

"Silahkan di minum."

Ara melirik sekilas dan mengambil kertas kosong lalu memulai mencoretkan pensilnya di kertas itu, dengan lincah beberapa gambar set baju dibuatnya mendekati sempurna, Ara melirik jam dinding terus melangkah masuk kedalam tempat peristirahatan Natan,

"Nat bangun," suara lembut Ara membuat Natan makin terlelap. Ara beberapa kali mengecup bibir Natan dan lama- lama menekannya lalu menggigit sedikit,

"Akh sayank..." Natan malah mendesah, Ara jadi menggaruk kepalanya dan pipinya merona,

"Bangun Nat... ada tamu." Natan membuka matanya tapi mukanya memerah menahan gairahnya,

"Aku pengen..." Ara menempelkan jari telunjuknya ke bibir Natan,

"Ada tamu sudah menunggu dari 30 menit yang lalu sayank." Natan menarik napas kasar dan sedikit kecewa,

"Setelah pekerjaanmu selesai, kamu boleh melakukannya," Natan sedikit tersenyum mendengar ucapan Ara, mencium kening Ara lalu masuk kekamar mandi, Ara menyiapkan kemeja gantinya karena yang di pakai Natan kusut, setelah rapi Natan keluar dari ruang istirahat.

"Lie, Ris, apa yang membawa kalian kemari?" Lilian tak melepaskan pandangannya wajah Natan, bahkan sehabis tidurpun Natan masih mempesona.

"Gambar bangunannya dan perhitungannya belum sempurna Nat. Kami kesulitan perlu bantuanmu, tidak taunya waktu aku kemari, kamu adalah pemilik perusahaan ini dan sulit di temui butuh dengan perjuangan." Aris menarik napas panjang,

"Aku lupa tidak memberi nomor telponku ke pada kalian." Natan menggaruk- garuk kepalanya dan nyengir merasa tidak enak.

"Teman kita yang lain sedang menunggu di cafe sebrang kantor ini, bagaimana?"

"Aku tidak bisa keluar sekarang, satu jam lagi meeting, jadwalku penuh hari ini membuatku lelah kalau bisa, yang lain suruh kemari saja!" Natan menyandarkan tubuhnya di sofa.

"Baik aku hubungi mereka," Aris membuat panggilan untuk temannya agar masuk keruangan Natan.

"Tok... tok...tok..." Salsa masuk kedalam dan membawa beberapa kotak makan,

"Pak, ini pesenan bu Ara." dengan sopan Salsa memberikan makanan pesanan Ara, walau kalau di luar suka manggil Natan sama Ara dengan kamu, tetapi di lingkungan kantor salsa tetap hormat.

"Makasih Sa, oh iya tolong beli beberapa makanan dan buatkan minuman untuk 2 orang lagi, tugaskan ke OB saja! sementara kamu persiapan untuk meeting saya nanti."

"Baik pak, saya permisi." Salsa keluar dan Natan menuju ke ruang peristirahatan,

"Sayang ini makananmu..." Lilian dan Aris saling pandang, tidak lama kemudian Natan kembali dan duduk di sofa tempat semula.

Feriana dan Trian Masuk dan diskusi di mulai, Natan yang usianya sama namun pengalamannya yang jauh sekali dengan temannya, Natan membimbing temannya dari mulai membuat Konsep Rancangan,,

Rancangan / Skematik Desain, Pengembangan Rancangan, Pembuatan Gambar, Proses Pengadaan Pelaksanaan Konstruksi dan Pengawasan Berkala.

Semua ini tidak terlalu menyulitkan Natan, Natan mulai mengecek semuanya sebelum proses pelaksanaan di mulai, semua bekerja sama dalam hal itu dengan serius.

"Nat... aku keluar sebentar, ada yang perlu aku urus di butik,"

"Kemari!" perintah Natan, Ara melihat teman- teman Natan yang menatapnya, Ara mengabaikannya dan duduk di sebelah Natan,

"Tidak bisakah di tunda besok?"Ara menggelengkan kepalanya,

"Tidak bisa, ada beberapa baju yang selesai dan harus aku cek untuk memberikan sentuham akhir, jadi kumohon ijinkan." Nada Ara manja.

"Kepalanya sudah tidak pusing?" tanya Natan cemas,

"Sudah baik." jawab Ara

"Baiklah aku ijinkan, tapi di antar sopir ya." Ara mengangguk ceria. Natan mengecup bibir Merah Ara sekilas dan mengantar Ara sampai pintu,

"Hati- hati, segera kembali setelah selesai!"

"Oke sayang bye..." Ara hilang di pintu lift.

Natan masuk kembali dan melanjutkan diskusinya.

"Ma'af jadi menunggu." yang lainnya tersenyum dan menggeleng...