webnovel

##Bab 57 Nyawa Di Ujung Tanduk

Dia berkata, "Yuwita, sebenarnya, semuanya tidak seperti yang kamu pikirkan."

Jantungku tiba-tiba tersentak. Di belakangku, tatapan Candra terlihat acuh tak acuh tapi juga rumit.

Aku berkata, "Seperti apa? Kamu memiliki selingkuhan adalah fakta, masih seperti apa lagi?"

Candra terdiam, tangan yang berada di bahuku perlahan terjatuh.

Aku meninggalkan apartemen Candra tanpa menoleh ke belakang.

Setelah Candra berkata, "Semuanya tidak seperti yang kamu pikirkan", aku tidak tahu berapa banyak hal rumit yang ada di dalam pikiranku, aku tidak tahu. Pengkhianatan adalah fakta dan aku juga telah merasakan hukuman dari aku yang bersikap gegabah. Aku yang sekarang akan memulai semuanya dari awal, jadi seperti apa kebenaran di masa lalu, apakah itu masih penting?

Aku bergegas kembali ke toko dan mulai menyiapkan pesanan pelanggan berikutnya. Dua hari kemudian, saat sore hari, dua tamu tak diundang datang ke toko.

Mereka berdua bertubuh kekar dan ganas. Mereka masuk dan berkata, "Bos kami memakan kue buatanmu dan tidak enak badan, kamu ikut kami pergi!"

Aku menatap dua orang ini dengan ekspresi kaget. Wajah mereka samar-samar mirip dengan dua wajah dalam ingatanku. Mereka adalah dua pria yang waktu itu menabrakku di rumah sakit. Bos mereka pasti pria berkepala botak.

Aku langsung ingat bahwa salah satu dari orang-orang ini hampir menyayat perutku dengan belati. Saat itu seluruh tubuhku langsung bergemetar.

"Aku tidak tahu siapa bos kalian dan kueku tidak ada masalah. Aku tidak akan ikut dengan kalian." Intuisiku mengatakan bahwa orang-orang ini tidak memesan kueku dan mereka datang ke sini untuk mencari masalah denganku.

Kedua orang ini dan bos mereka bukanlah orang yang baik, mungkin mereka berasal dari dunia mafia.

Selain itu, aku yakin semua bahan untuk kueku berasal dari bahan yang sehat. Hampir setiap hari aku selalu menggunakan sisa kue untuk mengisi perutku. Aku yakin, kedua orang ini sedang berbohong.

"Kamu tidak bisa memilih mau pergi atau tidak!"

Dua pria ganas menendang etalase kue di tokoku dengan keras dan menghancurkan kue yang hampir selesai aku buat ke dinding lukisan hutan bunga persik, kemudian satu orang memelintir tanganku dan menarikku keluar.

Begitu aku masuk ke dalam mobil, mataku ditutup dengan kain hitam. Lenganku diikat dengan tali dan aku hanya bisa mendengar kecepatan mobil, tapi aku tidak tahu ke mana aku akan dibawa.

Sekitar setengah jam kemudian, tiba-tiba mobil berhenti. Aku diturunkan dari mobil lagi, aku tersandung dan diseret ke sebuah tempat yang tidak aku ketahui.

Kain hitam di mataku dilepaskan dan cahaya menyilaukan dari lampu kristal raksasa di ruangan itu membuat mataku sulit untuk beradaptasi. Aku sedikit menyipitkan mata dan di hadapanku adalah sebuah rumah indah dengan dekorasi gaya barat yang sangat mewah. Seorang pria berusia tiga puluhan tahun berdiri di aula sambil memegang gelas anggur di tangannya, dia meminum minuman di gelas itu sambil berpikir.

Pria itu berkepala botak, garis wajah yang terlihat tegas dan mengenakan setelan jas yang memperlihatkan garis tubuhnya. Dia berdiri di sana, bahkan saat dia tidak berbicara sekalipun, dia juga akan membuat orang merasakan aura seram.

Berbeda dari aura seram Tuan Muda Kelima, aura seram Tuan Muda Kelima terlintas sedikit aura jahat, tapi tidak ada aura dunia mafia. Selain itu, aura seramnya hanya akan membuat orang berpikir bahwa tuan muda sedang marah. Sedangkan wajah pria di hadapanku ini menunjukkan semacam aura dari dunia luar.

Seolah-olah sejak lahir dia telah dipenuhi dengan aura pertempuran dan pembunuhan.

"Apakah kamu meminta mereka untuk membawaku ke sini? Apa yang ingin kamu lakukan?"

Aku pikir pria ini pasti ada hubungannya dengan Stella, mungkin dia adalah kerabat Stella.

Pria itu mengangkat matanya yang tajam dan melirik ke arahku, "Apa kamu tahu siapa aku?"

"Tidak tahu."

Aku menggelengkan kepala dengan jujur, dengan hati yang masih penuh dengan kewaspadaan. Jika pria ini melakukan sesuatu yang merugikanku, apa yang harus aku lakukan?

"Apakah kamu kenal Joan Purnomo? Aku adalah Joan Purnomo."

Seketika, aku langsung terkejut.

Joan Purnomo, pemimpin dunia mafia yang terkenal di kota ini, ternyata orang ini adalah Joan Purnomo.

Saat aku melihat pria itu dengan ekspresi yang sangat terkejut, seorang wanita muda perlahan menuruni tangga spiral di lantai dua.

Wanita itu sangat cantik, terutama sepasang matanya terlihat sangat menawan.

"Kak, jangan bicara omong kosong dengannya, buat kedua tangannya cacat terlebih dulu."

Orang ini ternyata adalah Stella. Ketika dia turun, dia memelototiku dengan mata yang seperti pisau es. Aura pembunuh itu terlihat tenang dan terkendali, dia yang sangat mementingkan citranya itu jarang memperlihatkan ekspresi seperti ini.

Ternyata Joan adalah kakaknya Stella, aku ingat Gabriel pernah bertanya padaku apakah aku kenal dengan Joan.

Ternyata Joan adalah kakaknya Stella.

Joan tersenyum dan berkata, "Stella, jangan khawatir, apakah sulit untuk membunuhnya? Tapi karena dia telah dibawa ke sini. Bagaimana mungkin kita tidak bermain dengannya dulu? Pelayan, bawa dia ke gua tiga bos," perintah Joan. Dua pria yang galak dan ganas segera mendekatiku. Mereka mendorongku dengan keras keluar dari tempat yang sangat mewah itu, lalu berjalan melalui tangga batu gelap yang mengarah ke bawah tanah. Akhirnya, mereka mendorongku jatuh ke sebuah lubang dengan kedalaman sekitar dua meter.

Aku terbentur dan jatuh ke dasar lubang, seketika aku merasakan rasa sakit yang seakan seperti mematahkan tulang dan urat. Kemudian, aku mendongakkan kepalaku dan langsung ketakutan hingga nyawaku hampir melayang.

Aku melihat tiga ular boa besar dengan pola berbeda menggerakkan tubuh mereka di sekitar satu meter di depanku sambil mendesis. Dalam sekejap, aku benar-benar ketakutan.

Ternyata yang disebut gua tiga bos oleh Joan adalah tiga bos ini.

Sementara aku tidak memegang senjata dan tanganku juga terikat oleh tali, aku dilemparkan ke dalam lubang ini hidup-hidup seperti ini. Ucapannya yang berkata bermain denganku ternyata menginginkan nyawaku.

"Hahaha. Clara, bukankah sangat menyenangkan sendirian di bawah sana?"

Aku mendengar tawa nakal Stella datang dari tempat yang tinggi. Aku melihat ke atas, aku melihat wajah cantik Stella terbahak-bahak hampir gila.

"Tiga bos ini adalah hewan peliharaan kakakku. Dia biasanya suka makan daging, terutama daging manusia."

Stella kembali terbahak-bahak hingga membuat kulit kepalaku mati rasa.

"Kamu beruntung bisa menjadi santapan mereka hari ini. Jangan khawatir, setelah kamu menjadi santapan mereka, aku akan mengubur sisa tubuh dan tulangmu."

Stella kembali terbahak-bahak, dia berbalik dan berjalan pergi sambil tertawa.

Wanita ini memiliki hati yang lebih beracun daripada kalajengking beracun. Aku menoleh untuk melihat tiga ular boa raksasa. Keringat dingin keluar di dahiku dan punggungku juga telah basah.

Ketiga ular berwajah mengerikan itu masih menatapku dengan waspada sambil mendesis ke arahku. Asalkan aku bergerak sedikit, mereka akan langsung menelanku bulat-bulat. Aku sangat gugup hingga jantungku berdebar kencang, apakah aku akan menjadi santapan ular boa dengan seperti ini?

Aku tidak berani bergerak, bahkan aku berusaha keras untuk mengendalikan pernapasanku. Aku takut jika aku bergerak, ketiga ular itu akan segera datang.

Ada keheningan antara aku dan tiga ular selama 20 menit. Akhirnya, salah satu dari tiga ular itu sudah tidak tahan lagi dan bergegas ke arahku dalam sekejap. Begitu ia bergerak, dua ular lainnya tidak lagi berdiam diri. Ketiga semua bergegas ke arahku.

Pikiranku tiba-tiba kosong. Mungkinkah aku, Clara akan mengakhiri hidupku dengan cara seperti ini?

Tepat ketika aku berpikir aku akan mati, tiba-tiba ada tiga ekor ayam hidup mengepakkan sayapnya dan terjatuh. Hanya dalam sekejap, tiga ayam itu ditelan oleh tiga ular boa raksasa.

Aku meringkukkan tubuhku karena kaget. Aku benar-benar merasa takut. Pada saat ini, suara cemas dan marah seorang wanita datang dari atas kepalaku, "Kak, kenapa kamu tidak membiarkan mereka memakannya?"

Terdengar suara yang sedikit bercanda, "Gadis bodoh, kenapa kamu terburu-buru? Candra belum datang, bagaimana boleh membiarkannya mati? Bagaimanapun juga, Candra harus melihatnya mati, 'kan?"

Tiba-tiba aku melihat ke atas, aku melihat dua orang, seorang pria dan seorang wanita berdiri di pagar atas kepalaku. Pria itu adalah Joan dan wanita itu adalah Stella.

Stella hanya melihat ke bawah dan menatapku, tubuhku meringkuk menjadi sebuah bola dan wajahku memucat. Tiba-tiba aku mendengar seseorang terkikik, "Betul kata Kakak, bagaimanapun juga harus membiarkan Candra melihatnya mati? Dengan begitu, bisa menghilangkan akar masalah."

"Bos, Candra sudah datang."

Pada saat ini, seseorang datang untuk melapor. Joan tersenyum, "Katakan padanya untuk datang ke gua tiga bos."

"Ya." Pria itu berbalik dan pergi.

Sementara saat ini, aku kembali mengambil napas dalam-dalam. Candra sudah datang, bukankah dia lebih mengharapkan aku mati daripada Stella?

Candra muncul di gua tiga bos. Dia memanggil Kakak dan Stella, lalu secara tidak sengaja melirik ke bawah pagar. Saat itu, wajahnya langsung memucat.

"Candra, bagaimana menurutmu dengan makanan yang aku temukan untuk tiga bos ini?"

Joan membuka mulutnya dengan sedikit tersenyum.

Wajah Candra sangat pucat, tapi hanya sebentar saja, kejutan di matanya sudah dia sembunyikan. Dia tersenyum pelan, "Kak, meskipun makanannya enak, kesalahannya masih tidak sampai harus kehilangan nyawa."

Aku sepetinya harus berterima kasih kepada Candra, dia sepertinya memohon untukku.

Joan tersenyum, mata elang itu melirikku dan berkata kepada Candra, "Aku seperti ini juga untuk kebaikan kalian. Beberapa tahun ini, akhirnya kamu dan Stella bisa bersama, tapi muncul wanita seperti ini yang selalu mengusik kalian. Aku tidak bisa melihatnya, aku akan membantu kalian menyingkirkannya."

Candra menatapku dalam-dalam dan menoleh, "Sangat mudah untuk menyingkirkannya, tapi dia adalah wanita Tuan Muda Kelima. Kakak seharusnya tahu latar belakang Tuan Muda Kelima. Ayahnya adalah orang yang bergelut di wilayah militer. Siapa pun boleh disinggung, tapi tidak untuk dia. Selain itu, mungkin Kakak masih belum tahu, belum lama ini Tuan Muda Kelima sudah melamarnya."

Joan tampak sedikit terkejut dan melirikku lagi, "Apa kamu serius?"

"Tentu saja benar. Kakak jangan lupa, aku dan Tuan Muda Kelima adalah mitra bisnis." Candra mengatakannya seakan semua itu adalah kenyataan, tapi aku bingung bagaimana Candra tahu Tuan Muda Kelima melamarku?

Joan termenung sejenak. Dia masih sedikit tabu tentang ayahnya Tuan Muda Kelima. Bagaimanapun, dia bukanlah orang biasa, dia adalah komandan militer yang bertanggung jawab atas kekuatan militer sebuah tempat. Semua masih baik-baik saja jika Joan tidak menyinggung perasaannya, tapi jika dia menyinggung perasaannya, mungkin dia akan mendapatkan masalah besar.

Joan melambai kepada seorang pria berpakaian hitam, lalu berjalan keluar.

Stella segera memanggilnya, "Kak!"

"Kita bicarakan masalah ini nanti."

Joan langsung berjalan pergi.

Stella meraih tangan Candra dan berkata dengan sedih, "Candra, kakak yang ingin menghukumnya, bukan urusanku."

"Aku tahu."

Candra menepuk bahu Stella untuk menenangkannya. Aku benar-benar terkesan dengan kemampuan akting Stella. Wanita ini, baru saja ingin menjadikan aku santapan ular boa, sekarang dia berpura-pura tidak bersalah dan bersedih. Di dunia ini, tidak ada orang lain selain dia yang bisa bersikap seperti ini.