webnovel

Kehangatan dari Senja

Ini kisah Senja Anindita Setiawan, wanita cantik populer yang digandrungi kaum Adam. Siapapun yg melihatnya akan terpesona. Terutama Langit Aryana Dezz. Sang most wanted SMA GALAXY yg disegani dan ditakuti. Tapi, langit tak pernah mengakui bahwa ia mencintai Senja. "Lo gila ya? Lo ngehajar siapapun yg dekat sama gue, setres lo" senja sambil menggebu gebu "ini belom seberapa kalo perlu, gue kirim keneraka sekalian"jawabnya dingin Hingga saat dimana Langit menyesali perbuatannya. Langit baru mengetahui bahwa Gadis yg dicintainya itu tak pernah mendapat kasih sayang dari Ayah nya. Hati Langit itu tersayat. Bukannya mengobati, Langit Malah menambah luka Akankah mereka bersatu?Atau Ego yang akan kembali menang. Atau malah Takdir punya Rencana lain?. Jangan lewatkan kisah Senja dan Langit yang punya banyak Kejutan yaaa!

fennycyntiia · 若者
レビュー数が足りません
176 Chs

Pikun

"Kepedean banget lo, siapa juga yang cemburu sama cewek ganjen kayak lo"

"Langit cuma sama Senja kan ngomongnya banyak begini?" Tanya Senja masih menampakkan Senyum manisnya.

Deg. Hati Langit berdetak sangat kencang, tentu saja ia bercerita panjang lebar hanya pada Senja. Bahkan, teman temannya sekalipun tak pernah ia ceritakan tentang masalah keluarganya. Namun, ia menceritakan itu semua pada Senja.

"Langit kenapa diam?" Tanya Senja membuyarkan lamunan Langit.

"Itu gue. Gue cuman nguatin lo doang! Biar lo tau, ga cuma lo sendiri didunia ini yang punya masalah." Langit mengakhiri percakapannya dan kembali fokus pada layar laptop miliknya.

Senja terdiam. Tapi Langit belum mengetahui seluruh permasalahannya, Langit hanya mengetahui bahwa Senja kehilangan Mamanya, yang lain Langit tidak mengetahuinya.

Mungkin ketika Langit mengetahuinya. Langit akan merasa Senja adalah manusia terkasihan yang ada dibumi. Senja tertawa miris dalam hatinya, cukuplah hanya dia yang mengerti apa yang ia rasakan.

"Langit ganteng banget kalau lagi fokus" Ucap Senja yg memperhatikan Langit dari tadi.

Langit tak menjawab, padahal wajahnya sudah memerah dan Senja menyadari itu.

"Langit lihat deh keluar sana" Tunjuk Senja pada jendela yang tepat berada di punggung Langit.

"Habis hujan Langit mendatangkan pelangi. Indah banget. Boleh gak bawa Senja kesana?" Mohon Senja pada Langit memasang puppy eyes nya

Langit menoleh kearah jendela yang dimaksud Senja. Ia juga sangat suka pada pelangi. Ada cerita indah dibalik pelangi ketika ia bersama Bunda dan Ayahnya dulu.

"Gue bawa lo kepelangi? Mana bisa lo kira gue bisa terbang"

"Bukan, maksudnya bawa Senja ngelihat pelangi dari luar, kalau bisa ke rooftop"

"Dari koridor aja"

"Iya udah"

Langit segera berdiri berjalan kearah tempat tidur Senja. Ia membantu Senja untuk berjalan, Langit memegangi air infus Senja.

"Lo kenapa si?" Tanya Langit yg masih curiga akan penyakit Senja.

"Gak apa apa kok. Cuman perlu istirahat aja"

Kini Langit dan Senja berada di lorong koridor rumah sakit. Menyaksikan keindahan pelangi dari sini, tak lama Senja meneteskan air matanya. Dulu ia dan Mamanya sangat sering melihat pelangi bersamaan. Bahkan mereka akan segara berlari ke rooftop rumahnya demi melihat pelangi.

"Jangan nangis. Gue ga suka liat cewek nangis apalagi kalo itu lo" Ucap Langit yang sadar bahwa Senja sedang menangis.

"Tadi Langit bilang apa?" Tanya Senja dengan antusias. Senja yakin kupingnya tak salah dengar

"Jangan nangis" Langit mengulang kembali yang ia bicarakan tadi

"Setelah itu bilang apa?"

"Gue ga suka lihat cewek nangis"

"Setelah itu?"

Tiba tiba ponsel Langit berbunyi menandakan ada telefon masuk. Langit segera merogo kantung celananya.

Bunda is calling

"Assalamualaikum Bunda"

"Waalaikumsalam salam nak. Bagaimana keadaan Senja?"

"Sudah tidak apa apa Bunda"

"Alhamdulillah, kalau begitu kamu pulang terlebih dahulu. Nanti kamu kembali lagi kesana"

"Baik Bunda"

Langit memutuskan sambungan telefonnya. Dan meletekkan kembali ponsel kedalam saku celananya.

"Ayo masuk. Gue mau balik Bunda udah nyariin gue" Ajak Langit seraya menarik tangan Senja.

"Yaaa. Senja sendirian dong disini" Ucap Senja

"Kan ada Bi Ija"

"Paling bentar lagi pulang. Bi ija kan pembantu papa Senja, bukan pembantu Senja"

"Bokap lo kemana? Ga bisa ngejagain lo?" Tanya Langit

"Papa itu sangat sibuk. Pekerjaannya banyak banget dan gak bisa ditinggalin. Andai aja Senja gak sakit pasti udah.."

Belum sempat melanjutkan omongannya Langit memotong percakapan Senja.

"Jangan menyesali hal yang udah terjadi, karena waktu gak bisa diulang. Tapi lo bisa ambil pelajaran dari hal tersebut."

Senja terdiam. Sungguh Langit adalah Pria yang ia cari cari selama, Pria yang mampu selalu menguatkan dirinya. Langit melanjutkan jalannya sambil memegangi pergelangan tangan Senja.

Ketika sampai diruang rawat Senja. Langit membopong tubuh Senja untuk naik ketempat tidur rumah sakit tersebut.

"Lo jangan kemana mana lagi. Nanti gue balik lagi" Ucap Langit sambil memasangkan selimut Senja.

"Benerankah?" Tanya Senja semangat

"Iya. Makanya selagi gue gak ada lo harus tidur dan jangan kemana mana"

"Siap pak bos" Senja menghormat ke Langit

Langit memasukkan laptopnya kedalam tas. Dan segera keluar ruangan Senja. Langit menyempatkan diri ke kantin rumah sakit untuk sekedar menemui Bi Ijah. Langit menemukan Bi Ija sedang makan di pojok kantin rumah sakit dan segera menghampirinya

"Bi saya pamit dulu. Nanti saya kembali lagi tolong jaga Senja" Pinta Langit

"Tapi den saya mau pulang, sebentar lagi tuan besar akan pulang saya takut dimarahi jika tidak berada dirumah"

"Tuan besar?" Tanya Langit heran

"Iya den. Papanya neng Senja"

"Oh begitu." Jawab Langit menganggukan kepalanya.

"Den Bibi bisa minta tolong. Tolong temani neng Senja kasihan dia sendirian, Bibi lihat hanya den Langit lah yang bisa mengembalikan senyuman diwajahnya"

Langit merasa ada sesuatu yang mengganjal di ucapan Bi Ija barusan. Ia ingin bertanya lebih detail. Namun, waktu tidak memungkinka ia harus segera kembali kerumah sakit untuk menemani Senja.

"Iya bi. Nanti Langit balik lagi kok" Ucap Langit pada Bi ija

"Terimah kasih den"

"Langit pamit pulang dulu Bi" Langit berjalan keluar dari arah kantin. Betapa bodohnya dia, bagaimana ia bisa pulang sementara motornya ada dirumah Senja. Langit memutar kembali langkahnya. menuju ruangan Senja

Setiba didepan ruangan Senja. Samar samar Langit mendengar Senja sedang berkata dengan sesorang.

"Apa ada obat untuk sakit saya dok?"

"Melihat kondisi kamu yang sekarang, saya tidak bisa menjamin. Namun, kamu bisa berusaha dengan meminum obat obatan ini secara teratur"

"Saya sekarang harus bergantung dengan obat obatan ini?"

Dokter itu mengangguk. Tak lama Langit membuka pintu kamar Senja, Dengan wajah herannya. Mengapa Dokter Bella tak berbicara tentang obat obat Senja saat tadi ia masih bersama Senja?. Maengapa harus menunggu ruangan kosong.

"Ada apa ini?" Tanya Langit meminta penjelasan.

"Saya hanya memberikan obat ini pada Senja" Jawab Dokter Bella tenang. Seperti tidak menutupi sesuatu, membuat Langit mengurungkan niatnya untuk bertanya lebih dalam.

"Mana kunci mobil lo. Gue mau ngambil motor gue diruma lo"

Senja memikirkan akan ada hal buruk jika papanya melihat Langit ada dirumahnya. Senja tak ingin Langit mengetahui lebih dalam permasalahan hidupnya.

"Kamu naik mobil aku aja. Nanti aku suruh anak buah buat ambil motor kamu dirumah aku. Ni kuncinya" Senja memberikan kunci mobilnya yang tadi diberikan Bi Ija. Bi ija menemukannya dikamar mandi rumah sakit, Langit sunggu ceroboh.

"Kok bisa ada di lo? Tadikan lo pingsan" Langit menggaruk kepalanya yg tak gatal.

"Kamu kenapa minta sama aku? Kan tau tadi aku lagi pingsan" Senja kembali bertanya.

"Gue lupa kuncinya dimana, kali aja lo tau ternyata beneran sama lo"

"Noh, tadi jatuh dikamar mandi"

Astaga! Langit menepuk jidatnya, lagi lagi ia terlihat seperti orang tua yg sudah pikun