webnovel

Chap 3 (Masa Lampau)

Agustus 2015

Sera menghela nafas panjang, sebyuman getir yang di paksakan gadis itu terlihat jelas di wajah cantiknya.

Dengan rambut yang sengaja ia urai terlihat acak-acakan di sertai kepala pening akibat rambut yang di tarik oleh beberapa teman kelasnya karena tingkah isengnya.

Awalnya sih mereka penasaran dengan rambut aneh yang muncul di bagian pinggir kedua poninya, tetapi sayang mereka malah menarik kuat rambutnya sehingga Sera mendongakkan kepalanya.

Dua hari awal perpindahan sekolah yang tidak mengenalan memang, tapi tidak apa-apa Sera paham.

Semua orang-orang di sini selalu seperti itu kepada Sera, berbeda saat dirinya masih di Jakarta. Di mana semua orang sebayanya selalu senang jika berteman dengannya, bahkan Sera pun banyak teman juga saat dirinya masih sekolah di Jakarta.

Sekali lagi, tidak apa-apa. Ini baru hari kedua di mana Sera kembali ke kota ini dan kembali untuk masuk ke sekolah komplek negeri.

Yang tersedia, SD - SMP - SMA

Semua murid di sini hampir keseluruhan besar bersama karena mereka juga sekolah di SD, SMP bahkan SMA sekarang ini.

Berbeda dengan Sera yang bisa di bilang sering keluar masuk karena faktor kelurganya.

Ya walaupun neneknya adalah guru BK sekolah tetap saja bukan hal tempatnya Sera gampang mengadu bukan?

Terlebih lagi, perihal dirinya yang sering di bully sejak dirinya masih sekolah dasar di sini.

Tidak apa-apa sekali lahi Sera tidak apa dan menguatkan dirinya.

Jam istirahat ini Sera sendirian di kelas, menikmati bekal nasi goreng buatan neneknya yang beliau buat tadi pagi, namun tanpa di sadari pun ada seseorang yang sejak tadi menemani Sera di kelas yang penuh kesunyian ini.

Iya, itu Azka. Laki-laki yang bisa di bilang dekat dengan Sera sejak mereka berdua masih menginjak sekolah dasar kala itu.

Dan di saat dirinya tahu bahwa Sera kembali lagi sekolah di sini dan satu kelas juga dengannya sebenarnya Azka juga senang kok.

Tapi di sisi lin juga sedikit merasa sedih, salah satunya ini. Moment ini di mana Sera selalu jadi bahan bullyan semua teman-temannya.

Jujur, sebagaimana Azka adalah pentolan di sekolahnya. Dengan semua pembullyan yang di lakukan di sekolah ini Azka benar-benar tidak bisa mengontrol hal tersebut, karena nika Azka ikut campur semua akan beranggapan bahwa Azka di bilang cari muka oleh para guru karena berusaha melindungi cucu dari guru BK.

Cih! Busuk. Padahal jelas bukan itu tujuan yang sebenarnya dari laki-laki itu.

Kedua sorot mata tajamnya masih menatap ke arah Sera yang tengah duduk di jarak depan dari empat bangku kosong yang menghalangin jarak di antara mereka berdua.

Rasa ragunya mencuak, mencoba untuk mengajak Sera berbicara dan kembali akrab setelah tiga tahun tidak jumpa karena ia bersekolah di Jakarta saat dirinya menginjak ke sekolah menengah pertama.

Baru saja berniat untuk bangkit, kedua temannya Ryan dan Bram masuk. Membuat Azka langsung mengurungkan niatnya untuk mengajak ngobrol atau berbincang kepada gadis itu.

Dan seperti dugaan Azka, bukannya langsung ke bangku. Mereka berdua malah berbelok ke arah Sera yang masih sibuk menikmati makananya.

"Asik, nasi goreng tuh," Celetuk Bram, kedua matanya melirik ke arah bekal yang berada di atas meja.

Sera mendongak, menatap ke arah Bram dan Ryan secara bersamaan.

"Mau?" Tawarnya.

Azka yang melihat itu rasanya gemas sekali, jelas-jelas mereka berdua tadi menjambak rambut Sera dengan kesengajaan. Kenapa masih aja di ladenin sih?

"Boleh nih? Kebetulan Ryan belum mak-,"

"Ry, Bram ikut gue ke kantin," Celetuk Azka yang memotong ucapan Bram kepada Sera.

Laki-laki itu sudah berjalan ke arah mereka bertiga dan tentu kangkahnya terhenti tepat di sebelah tubuh Sera yang tengah duduk diam di bangku.

Azka sedikit melirik sekilas ke arah Sera, hanya beberapa detik saja. Namun pandangan mereka berdua bertemu di seperkian detik itu.

Membuat Azka yang menyadari hak tersebut menghela nafas panjang.

"Bell masuk bentar lagi masuk ege, lo dari tadi ngapain," Omel Ryan sebagaimana mau tidak mau ikut apa yang Azka katakan.

"Tidur lah, ngapain lagi," Jawab Azka asal dan langsung menarik kedua temannya untuk pergi dari situ, membiarkan Sera fokus dan tenang untuk makan siang di kelas sendirian.

Namun saat Azka keluar barusan, dengan Sera sadari laki-laki tersebut menjatuhkan sesuatu dari kantongnya.

Iya itu selembar kertas, yang sengaja sudah di remas di bentuk menjadi bola itu jatuh tepat di sebelah tubuh Sera.

Sera mendongak, memastikan ada orang atau tidak, minimal bayang hidung Azka deh. Ternyta tidak ada. Alhasil Sera pun mengambil dan membaca isi tulisan di sekembar kertas tersebut dalam diam.

"Bisa gak sih gak usah baikin orang yang udah usil sama lo? Kebiasaan banget,"

Membaca tukisan itu entah kenapa Sera sedikit terkikik geli, kepalanya menggekeng pelan.

Azka tetaplah Azka bukan?

Ia tahu bahwa Azka akan selalu melindunginya entah itu dalam diam seperti ini atau juga secara terang-terangan.

Itu sudah terjadi beberapa tahun lalu, di mana mereka masih menginjak sekolah dasar kala itu di sini.

Iya, kalian benar. Azka itu orang yang dapat memahami Sera dengan baik. Ya seperti di bilang memang mereka itu sebenarnya saling bisa mengisi kekosongan di antara mereka berdua.

Namun sayang semua itu selamu terhalang oleh lingkungan mereka berdya yang seperti ini.

Sera menghela nafas panjang, tapi ya sudahlah. Bagaimana pun kan Azka tidak seperti mereka bukan? Setidaknya yang masih waras di sekolah ini hanya Azka.

Yang tidak menganggap Sera seperti anak terkutuk atau bisa di bilang anak keturunan alien atau anak cacat hanya karena ada beberapa rambut yang berwarna putih asli di kepalanya.

Alhasil tanpa pikir panjang gadis tersebut pun menyobek kertas yang ada di tangannya, sengaja karena jika ia membuang begitu saja di tong sampah pun dan kalau ada yang lihat akan menjadi hal merepotkan juga.

Sera untuk sekarang ini bagaimana pun memilih untuk berjaga-jaga.

Karena niatnya yang membuat ia memutuskan untuk kembali ke kota ini di mana kota yang selalu membuatnya trauma.

Surabaya.

Tidak apa-apa Sera, semua ini untuk masa depanmu.