webnovel

BAB 09

"Sesuatu? Seperti apa?" Tanya Noel.

"Seperti apa? Aku harus menjawab apa? Apa aku jawab saja berudu? Tidak Sila tidak! Pikirkan yang lain." -batin Sila.

"Sesuatu yang.,"

"Yang?" Tanya Noel.

"Yang hidup!"

"Hidup?! Orang itu meletakkan sesuatu yang hidup di dalam Ibu?!" Tanya Noel khawatir. "Ibu?! Cepat keluarkan itu! Itu akan berbahaya bagi Ibu!"

"Astaga dokter sialan! Kau harus bertanggung jawab soal ini!" -batin Sila geram.

Sila pun menatap tajam ke arah dokter tadi, begitu tajam hingga sukses membuat sang dokter merinding ngeri menatap Sila. Sementara Avel dan Ririn di buat terkekeh dengan apa yang mereka saksikan, benar-benar lucu!

"Y-Ya Noel., Ibu akan mengeluarkannya nanti.." ujar Sila.

"Sebenarnya siapa orang jahat yang memasukkan benda itu pada Ibu? Mengapa dia sangat jahat? Bagaimana jika terjadi sesuatu pada Ibuku nanti? Hiks." Tangis Noel pecah.

"Oh tidak! Malaikat ku menangis! Tidak akan ku biarkan!" -batin Sila.

"Tuan Muda? Tenanglah, Duchess akan baik-baik saja. Sesuatu seperti itu akan keluar bila waktunya telah tiba." Ujar Ririn.

"Benarkah? Kalau begitu kapan?" Tanya Noel dengan memelas.

"Umm? 9 sampai 10 bulan?" Ujar Ririn.

"Hiks.., itu sangat lama! Bagaimana jika terjadi sesuatu pada Ibu?!" Tangis Noel lagi.

"Ririn kau sama sekali tidak membantu! Dasar sial!" -batin Sila.

"N-Noel? I-Ibu baik-baik saja!" ujar Sila.

"Benarkah?"

"Y-Ya., Sebenarnya bagus jika hamil. Itu adalah impian setiap wanita." Ujar Sila.

"Benarkah? Kalau begitu Noel juga ingin hamil!" Ujar Noel.

Lagi-lagi Sila di buat terdiam dengan raut wajah lucunya, sementara Avel dan Ririn semakin di buat tertawa di tempat melihat Sila yang sangat kesusahan saat ini.

"Pfff..."

"Pfffffttt...."

"Kalian berani tertawa? Sialan!" -batin Sila.

"Noel? Hamil hanya untuk wanita." Jelas Sila.

"Lalu? Bagaimana cara mereka hamil?" Tanya Noel polos.

"Para pria lah yang membuat wanita hamil." Ujar Sila.

"Benarkah? Kalau begitu Noel akan membuat hamil seorang wanita! Agar mereka bahagia!" Ujar Noel berbinar.

Saat itu pula Avel dan Ririn tak bisa lagi menahan tawanya, mereka tertawa terbahak-bahak di depan Sila tanpa henti.

"Pffft.., hahahaha!" Tawa Ririn pecah.

"Hahaha!"

"Awas kalian!" -batin Sila.

"Noel? Kau tidak boleh melakukan itu, kau boleh melakukannya saat kau dewasa dan sudah menikah!" Ujar Sila.

"Benarkah? Seperti Ibu dan Ayah?" Tanya Noel.

"Yaa!" Ujar Sila tanpa sadar.

"Tunggu! Apa aku baru saja mengatakan ya?! Tidakkkkkkk!" -batin Sila.

"Jadi., Ayah lah yang memasukkan sesuatu ke tubuh ibu?" Tanya Noel.

"Astaga, tolong siapa saja, bunuh aku." -batin Sila.

"Pffft.., uhuk. Tuan Muda? Duchess sangat lelah sekarang. Anda bisa berbincang dengannya nanti. Biarkan dia beristirahat." Ujar Ririn yang sudah tak kuat.

"Haah., Akhirnya kau menolong ku?" -batin Sila.

"Tunggu dulu!" Ujar Noel. "Ayah?!" Panggilnya.

"Ada apa?" Saut Avel.

"Tolong keluarkan benda itu dari tubuh Ibu, Ibu pasti sangat tidak nyaman. Sebagai gantinya aku akan belajar dengan giat dan menjadi anak yang penurut." Ujar Noel memohon.

"Astaga Noel., Ada kah alasan bagi seseorang membenci mu? Mereka sangat bodoh." -batin Sila.

"Sayang?! Tentu saja Ayah akan mengeluarkan benda itu dari Ibu! Tenang saja! Benarkan? Ayah." Ujar Sila sambil memberikan kode pada Avel lewat matanya.

Avel menggeleng tak habis pikir. "Ya Noel, Ayah akan mengeluarkan itu dari Ibu." Ujar Avel.

"Kalau begitu Noel pergi, Besok Noel akan menemui Ibu lagi." Ujar Noel.

Cup.

Noel mengecup pipi Sila singkat kemudian turun dari ranjang dan pergi bersama Ririn. Sementara Sila masih di buat mematung dengan kecupan Noel tadi.

"Astaga Anakku yang tampan!" -batin Sila.

Setelah kepergian Noel, Kini ruangan begitu sepi, hanya ada Sila dan Avel di sana. Mereka saling terdiam. Tidak ada yang ingin mengeluarkan sepatah kata pun baik Sila maupun Avel.

"Kau bisa pergi." Ujar Sila tanpa ingin menatap Avel.

Avel mengalihkan tatapannya pada Sila.

"Apa kau benar-benar hamil? Siapa Ayahnya?" Tanya Avel.

"Apa kau gila? Memangnya aku pernah melakukannya dengan siapa selain dirimu?!"

"Lalu mengapa dokter mengatakan hal itu?"

"Gejala ku mirip orang yang sedang hamil, maka dari itu dia berpikir seperti itu." Ujar Sila.

Avel memicingkan matanya menatap Sila. "Jika aku menemukan sesuatu, aku tidak akan tinggal diam Sila!" Ujar Avel tajam.

"Sialan kau!" -batin Sila.

"Hey? Apa kau yakin masih memiliki otak di dalam kepala mu?" Tanya Sila.

"A-Apa?!"

Sila mendekatkan wajahnya ke wajah Avel. "Aku tidak pernah sekalipun meninggalkan loteng sialan itu! Lalu bagaimana caranya aku bertemu pria lain?!"

Avel terdiam.

"Dia benar.." -batin Avel.

"Sudahlah Avel, lebih baik kau pergi. Sebelum aku kehilangan kesabaran dan membakar Mansion ini." Ujar Sila.

Avel menggelengkan kepalanya tak habis pikir. "Haah., Aku memang akan pergi keluar. Aku tidak akan pulang selama tiga hari." Ujar Avel.

"Apa kau bercanda? Aku sangat bahagia mendengarnya! Sebaiknya kau bawa Sona!" -batin Sila.

"Kau., Akan membawa Sona?" Tanya Sila.

Avel menampilkan smirknya menatap Sila. Sedetik kemudian wajah tampan itu sudah tepat berjarak 5cm dari wajah Sila.

"Bukankah kau bilang aku harus adil? Lalu untuk apa aku membawanya?" Tanya Avel.

"Hey? Tidakkah kau pikir ini terlalu dekat? Menjauh lah aku sesak!" Ujar Sila.

"Wajah tampan mu itu berbahaya dasar bodoh!" -Batin Sila.

"Dan sebaiknya, kau bawa wanita itu. Aku sudah tidak membutuhkan keadilan. Aku hanya ingin hidup berdua dengan Noel!" Ujar Sila.

Avel tersentak.

"Apa?!" -batin Avel.

"K-Kau bercanda?" Tanya Avel.

"Tidak!" Jawab Sila malas. "Aku sudah tidak menyukai atau berharap apa pun darimu! Jadi kau bebas mempunyai istri ke dua atau ketiga sekalipun, aku hanya akan hidup tenang sebagai mana orang mati."

DEG.

"S-Sebenarnya ini bagus, tapi mengapa aku kesal?!" -Batin Avel.

Dengan geram, Avel langsung bangkit dari duduknya dan berjalan keluar tanpa mengucapkan sepatah kata pun, meninggalkan Sila sendiri dengan perasaan kesalnya.

"Sebaiknya jangan pernah baik padaku, karna aku membenci mu." -batin Sila.

******

2 hari kemudian.....

Sudah dua hari berlalu, keadaan Sila yang semulanya selalu lemas tak bertenaga, perlahan mulai membaik berkat perawatan dari Noel yang selalu ada untuk Sila. Sila cukup di buat terharu dengan kebaikan putranya.

Sementara di sisi lain, Sila begitu tenang karna tak ada gangguan dari Avel sedikit pun, karna pria itu memang pergi keluar selama tiga hari. Namun masalah lainnya adalah Sona, Sona sering kali mengerjai Ririn yang akan membawakan sesuatu untuk Sila, agar Sila sama sekali tidak bisa meminum atau memakan sesuatu yang di bawakan padanya.

Seperti hari ini, terlihat Ririn tengah terduduk dengan kondisi yang kelelahan akibat Sona yang selalu mencari cara mengerjainya. Sila tak habis pikir dengan kelakuan kekanakan Sona, ia begitu kasihan dengan Ririn yang menjadi sasaran balas dendam Sona.

"Ririn? Kau beristirahatlah." Ujar Sila khawatir.

"Tidak apa Duchess, saya baik-baik saja." Ujar Ririn masih terengah-engah.

"Tidak! Kau tidak baik-baik saja! Sekarang beristirahat! Ini perintah!" Ujar Sila.

"Haah., Baiklah Duchess.., tapi Tuan Muda.."

Bersambung......