webnovel

BAB 03

"Bagaimana bisa suami istri ini mengabaikan anak mereka? Yang satu selalu mengurung diri karna rasa kurang percaya diri, dan yang satunya lagi lebih fokus pada istri ke dua. Lalu siapa yang akan memerhatikan anak itu?" -batin Sila.

Perlahan bulir air matanya mulai jatuh membasahi pipi putihnya, hatinya benar-benar sakit saat ini.

"Hiks."

Tiba-tiba sebuah tangan terulur menyentuh lengan Sila, hal itu berhasil membuat Sila tersentak dan langsung mengalihkan tatapannya ke arah pemilik tangan.

DEG.

Seketika Sila langsung membulatkan matanya penuh menatap si pemilik tangan, tangan yang begitu kecil dan rapuh serta tatapan mata yang di penuh kekhawatiran bercampur rasa takut.

"N-Noel?" Panggil Sila pelan.

Siapa lagi anak itu jika bukan Noel? Anak dari pasangan Duke dan Duchess Nixton. Anak kandung yang di abaikan oleh kedua orang tuanya.

Ketika melihat anak itu, Sila langsung berjongkok dan memeluk tubuh kecil itu erat dan menangis di sana seolah menumpahkan segala kesedihannya.

"Noel?" Panggil Sila, sebab Noel sama sekali tidak mengeluarkan suaranya sedari tadi.

Sila mulai melepaskan pelukannya pada Noel dan menatap Noel dalam. "Mengapa dia diam saja?" -batin Sila.

"Noel ada apa?" Tanya Sila.

Noel menggeleng pelan dan menatap sendu ke bawah. Sila yang melihat itu langsung merasakan sakit, sakit yang seperti tersayat di hatinya.

Tanpa sengaja tatapan Sila jatuh pada tangan Noel, di mana ada banyak luka di sana. Sila langsung menarik lengan itu dan melihatnya.

DEG.

Rasa sakit itu kembali, begitu sakit seperti ada yang mencabik-cabik hatinya sekarang. Tidak mungkin seorang anak kecil mendapatkan luka sebanyak ini! Sebenarnya apa yang terjadi?

"Noel? Ada apa dengan mu?" Tanya Sila khawatir

Noel menggeleng.

"Noel?! Jawab aku!"

Noel tersentak dan langsung menatap Sila.

"I-ini.., ini hukuman dari Nyonya Sona.." cicit Noel.

"Hukuman? Bagaimana bisa dia memberikan hukuman seperti ini?! Apa dia sudah gila?!" Marah Sila.

"I-ini karna aku tidak sengaja menumpahkan teh di gaunnya."

"Apa? Hanya sebuah gaun?" Tanya Sila. "Dia benar-benar harus di kasih pelajaran!"

DEG.

Seketika Noel menatap terkejut ke arah Sila. Tatapan yang menyiratkan ke tidak percayaan serta rasa bingung. Hal itu jelas di rasakan oleh Sila.

"Ayo." Ajak Sila.

"M-Mau ke mana?" Tanya Noel.

"Kita harus mengobati ini agar kau cepat sembuh." Ucap Sila menatap lembut pada Noel.

"I-Ibu.."

Sila tersentak.

"Ah! Dia memanggil ku ibu?" -batin Sila terharu.

"Ah maaf! Aku tidak akan memanggil Ibu lagi!" Ucap Noel dengan raut wajah takut.

"Apa?! Tidak boleh! Kau harus memanggil ku ibu!" -batin Sila.

"Tidak! Panggil aku ibu." Pinta Sila.

Noel tertegun menatap Sila.

"Tapi., A-apa tidak apa-apa?" Tanya Noel murung.

Sila tersenyum, ia mulai mengulurkan tangannya menyentuh lembut pipi Noel seolah menyalurkan perasaannya pada Noel.

"Tidak apa-apa sayang, aku Ibu mu. Mulai sekarang aku akan menjagamu. Tidak akan ada yang berani menyakiti mu." Ucap Sila.

"Duchess Sila? Di kehidupan ini ataupun sebelumnya! Kau dan aku adalah satu! Jadi biarkan aku membalaskan dendam mu!" -batin Sila penuh kemarahan.

"Hiks..," Isakkan tangis mulai terdengar dari tubuh kecil di depannya.

"Noel? Maafkan Ibu., Selama ini Ibu selalu mengabaikan Noel. Mulai sekarang Ibu janji akan selalu bersama Noel.." ucap Sila penuh kelembutan.

Bruk!

Langsung saja Noel menghamburkan tubuhnya ke pelukannya Sila dan mengeluarkan semua tangisnya di sana. Tubuh kecil itu bergetar hebat di pelukan Sila, sepertinya anak itu benar-benar sudah tidak tahan.

Sila mulai mengulurkan kedua tangannya dan menyambut pelukan Noel. Ia mengelus kepala Noel lembut memberikan ketenangan untuknya.

"Seseorang memberitahu aku menangis adalah cara untuk membersihkan hati, tak apa jika Noel ingin menangis. kau tidak harus berpura-pura baik-baik saja Noel." Ucap Sila.

"Yaah, pelatih ku selalu mengatakan itu jika aku merasa putus asa dan ingin menangis. Aku harap Noel akan termotivasi." -batin Sila.

Perlahan tubuh kecil itu mulai tenang, Sila pun tersenyum sambil terus mengelus pucuk kepala Noel.

"Seberapa banyak beban yang kau bawa Noel? Biarkan aku berbagi beban itu dengan mu." -batin Sila.

"Kalau begitu, ayo kita obati luka Noel terlebih dahulu. Ibu akan menggendong Noel." Ucap Sila lembut.

******

"Ririn? Ambilkan obat untuk Noel." Pinta Sila.

"Baik Duchess."

Sila pun kembali mengalihkan tatapannya pada Noel, anak itu tengah terduduk di atas kasur Sila sambil menatap Sila dengan senyuman bahagia yang terpasang di wajahnya.

"Nah sekarang, ayo buka baju Noel. Ibu akan mengobatinya." Ucap Sila sambil mengulurkan tangannya untuk membantu Noel membuka baju.

"T-tidak!" Tolak Noel.

Sila terdiam.

"Ada apa?" -batin Sila.

"B-biar aku saja.."

Sila mulai menatap curiga pada Noel, sebenarnya apa yang anak kecil ini sembunyikan? Pikirnya.

"Apa jangan-jangan?" -batin Sila.

Sila mulai menatap tajam pada Noel. "Noel? Buka bajunya, biarkan aku melihatnya." Ujar Sila dingin.

Noel tersentak.

"I-Ibu.."

"Buka."

"Ugh.." Noel mengangguk, ia pun langsung melepaskan kancing bajunya perlahan.

DEG.

Setelah Noel benar-benar melepaskan pakaian yang ia pakai, betapa terkejutnya Sila ketika melihat tubuh Noel yang di penuhi Luka. Bahkan jelas sekali tidak ada yang merawat luka itu.

Perlahan air mata Sila kembali luruh membasahi pipi putihnya, hatinya benar-benar sakit ketika melihat luka-luka di tubuh Noel.

"Sebenarnya apa yang mereka lakukan pada Anakku? Bagaimana bisa mereka begitu kejam? Bahkan tidak ada yang mengobati lukanya, Bagaimana jika terinfeksi?" -batin Sila.

"Duchess? Saya membawa obatnya." Ucap Ririn yang baru datang.

Ketika Ririn datang, lagi-lagi Ririn di buat terkejut dengan luka-luka yang ada di tubuh Noel, ia bahkan langsung menutup mulutnya kaget.

"T-tuan muda?"

"Ririn? Cepat ambilkan perban." Pinta Sila.

"B-baik Duchess!" Ucap Ririn dan segera pergi.

"Berbaliklah Noel, Ibu akan mengobati mu." Ucap Sila.

Noel menurut, ia pun segera berbalik dengan patuh.

"I-Ibu?" Panggil Noel. "Apa Ibu marah?"

"Apa yang kau katakan? Tentu saja Ibu marah."

"M-maafkan aku.."

"A-apa? Mengapa dia minta maaf? Dia tidak salah di sini! Apa dia sudah terbiasa meminta maaf?!" -batin Sila.

"Tidak, Ibu tidak marah dengan Noel, Ibu hanya marah pada mereka yang sudah menyakiti Noel." Ucap Sila.

"A-aku baik-baik saja Ibu.."

"Berhenti mengatakan kau baik-baik saja Noel. Ibu berjanji akan membalas mereka semua yang berani mengganggu anak kesayangan Ibu!"

"A-anak kesayangan? A-apa aku anak kesayangan ibu?" Tanya Noel.

"Tentu saja!"

"T-tapi., Mengapa Ibu selalu mengabaikan aku?" Tanya Noel.

DEG.

Sila terdiam. "Itu benar, Sila yang asli selalu mengabaikan Noel dan mengurung dirinya di kamar. Bahkan di malam pertama pernikahan dia memberikan obat perangsang, maka dari itu Noel lahir. Ck., Betapa bodohnya kau Duchess Sila?" Batin Sila. "Setidaknya aku sudah menggantikan hidupmu, dan aku sangat yakin 100% kalau ini adalah dunia buku bergambar anak yang aku temukan saat itu."

Bersambung.....